Poon Mitpakdee merupakan mahasiswa akhir jurusan teknik komputer. Seperti mahasiswa lainnya, Poon juga tengah sibuk menyiapkan tugas akhir. Dia berharap, semua perjalanan ini dimudahkan karena Poon ingin segera keluar dari kota ini dan kembali ke kota tempat tinggalnya. Hanya tinggal satu langkah, Poon akan berhasil melupakan kenangan apapun yang ada disini. Setidaknya, Poon berharap, tidak ada lagi masalah yang menghalangi.
Masalah percintaan memang sering terjadi, ini masalah umum untuk remaja tanggung seperti Poon. Namun jujur saja, ini terlalu menyakitkan untuk Poon, cinta pertama yang menyesakkan. Natarit Worakornlertsith atau biasa dipanggil Marc, mantan Poon, yang menjadi alasan Poon untuk segera kembali ke posisi awalnya. Mereka kenal sejak sekolah menengah atas, Poon merupakan murid pindahan saat kelas dua dan menjadi temen sekelas Marc. Mereka tidak begitu dekat bahkan saat kelas 3 mereka tidak sekelas. Jadi mereka hanya temen sekelas biasa. Tapi jujur saja, Poon sudah tertarik dengan Marc saat pertama kali dia memasuki kelas, dia berusaha untuk menjadi teman dekat tapi Marc seakan menjaga jarak sehingga Poon memutuskan untuk memperhatikan dari jauh saja. Mencintai sendirian memang tidak menyenangkan namun itu lebih baik daripada ada status tapi tidak pernah dianggap.
"Poon..." pria bermata bulat ini mendongak ke arah suara.
Poon sedang mengerjakan Tugas Akhir di taman fakultas, Poon begitu fokus hingga tidak tau jika dia sudah di perhatikan sedari tadi.
Ketika melihat si pemilik suara, Poon mengabaikan dan memilih untuk berpura-pura fokus. Jujur saja, kepala Poon sudah buyar.
"Maaf..." lanjutnya, pemilik suara itu adalah Marc, mantan Poon, tapi mungkin hanya Poon saja yang menganggap mereka pernah punya hubungan.
"Marc, aku sudah menjelaskan, tidak perlu kata maaf. Kamu tidak salah, putusnya kita dengan keadaan baik-baik saja. Tolong, jangan ganggu aku lagi." Suara Poon lirih, bukan pertama kali Marc mencari Poon namun penjelasan apapun akan tetap tertuju pada kenyataan yang sama.
Poon menutup laptop, mengemasi barang-barangnya ingin segera pergi namun tangan Marc menghalangi.
"Kalo sikapmu saja begini, apa yang baik-baik saja?"
"Aku baik-baik saja."
"Jangan bohong!"
"Kalaupun bohong, tidak ada urusannya denganmu!" Poon menepis tangan Marc dan melenggang pergi tanpa menengok sama sekali.
Bukan pertama kali Marc mengganggunya sejak mereka putus. Seakan Marc adalah orang yang dirugikan dalam putusnya hubungan ini. Jika mengingat masa lalu, mungkin hanya Poon yang menikmati kebersamaan. Marc tidak pernah antusias dalam hal apapun yang berhubungan dengan Poon, bahkan setelah 2 tahun mereka menjadi sepasang kekasih. Puncaknya adalah sebulan yang lalu ketika Poon mengetahui alasan hubungan mereka dan saat itu pula memori 3 tahun silam berputar diotak seakan meyakinkan jika yang didengar Poon adalah kenyataan.
*****Flashback On*****
Tiga tahun lalu
"Jadilah pacarku!" Seru seseorang membuat Poon terperanjat ketika membuka pintu.
Tubuh Poon terpaku saat mengetahui jika Marc dibalik seruan itu. Mata mereka bertemu, Poon membuka ponsel dan baru tahu jika dia salah memasuki kelas. Poon tersenyum kaku sembari meminta maaf, menutup kembali pintu dan kabur dari pengakuan Marc. Poon tidak besar kepala, Poon tahu bukan dia orang yang seharusnya menerima suka Marc. Poon juga mempertanyakan siapa orang beruntung itu yang mendapatkan cinta Marc. Tapi sejak hari itu, setiap Poon memandang, selalu ada Marc yang balik memandangnya. Pertemuan mereka semakin intens bahkan meski mereka tidak satu jurusan. Padahal ketika sekolah menengah atas, mereka jarang bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love or Friendship
FanfictionAku ingin jadi cinta dan sahabatmu tapi mungkin aku tidak pantas bahkan untuk salah satunya.