7🤝 🔞🥵

635 30 32
                                    

Semenjak kejadian tersebut, Seungmin tak lagi menampakan batang hidungnya di hadapan Minho maupun Felix. Si anak kecil berbintik itu pun selalu terlihat murung saat bermain dengan lego-lego kesayangannya, tanpa Minho sadari dia sudah membuat senyuman manis anak semata wayangnya itu luntur.

"Umh... Mas... Aku... Boleh tanya sesuatu?" Tanya Minho ragu saat keduanya tengah menikmati makan malam bersama.

"Iya? Ada apa Ho?"

"Umh, sudah beberapa hari ini aku ga lihat Seungmin pulang kerumah. Apa --- dia baik-baik saja?"

"Owh... Dia bilang sama aku sih katanya mau instrospeksi diri, supaya bisa menjadi seseorang yang lebih baik, berkarisma dan bisa bertanggung jawab atas hidup orang lain nantinya. Jadi, selama proses itu, dia tidak akan kembali kerumah, ya kurang lebih seperti itu pesan yang dia tulis di chat. Aku sendiri sih, ga begitu mengerti apa maksud perkataannya, tapi --- selama hal itu berdampak baik, aku akan selalu mendukungnya." Ujar Chan bijak.

"Mas... Aku minta maaf ya... Sepertinya, Seungmin tersinggung dengan perkataanku tempo hari. Aku --- sangat menyesal." Minho tertunduk lesu.

"Oh begitu? Apa kamu bertengkar dengan Seungmin?"

"Umh, bagaimana ya? Mungkin perkataanku telah melukai hatinya. Jadi --- dia lebih memilih menjauh sekarang. Aku benar-benar menyesal Mas... Lain kali aku akan lebih hati-hati menjaga lisanku ini."

"Hm --- ya sudahlah. Toh Seungmin juga sudah dewasa. Mungkin memang sudah saatnya aku membiarkan Seungmin mengambil jalannya sendiri, dan membiarkan Seungmin menemukan kedewasaannya sendiri di luar sana." Ucap Chan tegar namun Minho dapat menangkap ekspresi lain dari wajah tenang itu.

"Mas, maaf ya karena sudah membuat kamu sedih." Minho begitu menyesal.

"Bukan salah kamu, Ho. Aku hanya merasa sedikit overthiking dan merasa terbuang saat Seungmin tak lagi membutuhkan kehadiranku di sisinya sebagai seorang ayah dan pemimpin keluarga. Hidupku ini --- rasanya hampa dan seolah tidak ada gunanya lagi saat Seungmin telah mampu melakukan semuanya seorang diri, layaknya pria dewasa." Ujar Chan sedih.

"Kok mas bisa berpikir seperti itu? Bukankah bagus jika Seungmin bisa mengatur hidupnya sendiri? Harusnya mas merasa bangga karena mas berhasil mendidik Seungmin dengan baik."

"Tentunya aku merasa senang dan bangga padanya, karena putraku telah mampu mengambil keputusannya sendiri. Namun di balik hal itu, aku juga merasa sangat kesepian, hingga terkadang aku mencari kebahagiaan lain di luar rumah untuk mengusir rasa suntukku ini."

"Jujur --- Aku sangat senang saat terakhir kali Seungmin kembali kerumah. Untuk pertama kalinya anak itu menghabiskan banyak waktu di tempat ini. Tertawa, makan bersama, bahkan dia pun tak segan bercanda dengan Felix seperti dua anak kecil yang saling menggoda satu sama lain."

"Hal tersebut, membuat diriku seolah-olah tertarik kembali ke masa-masa saat almarhum Rossi masih hidup dulu. Tawa Seungmin kecil selalu mengias rumah ini, tak perduli hujan dan badai yang menerpa persinggahan kecil kami, Rossi dan Seungmin selalu ada untuk memeluk dan memberikan semangat padaku, hingga akhirnya kami bisa melewati badai tersebut dan mengukir senyuman di wajah satu sama lain." Tatapan Chan begitu dalam dan sendu saat dirinya mengingat kembali masa-masa indahnya dulu.

Minho terdiam, entah mengapa hatinya terasa ingin menjerit mendengar penuturan Chan yang menyayat hati. Tidak seharusnya dia mengatakan hal jahat pada Seungmin hanya karena melihat tampilan sang pemuda yang ugal-ugalan. Karena sesungguhnya, anak itu hanya berusaha menyembunyikan kebenaran akan jati dirinya yang sesungguhnya.

.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[BL] Duda Cantik Dan Tuyul BintikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang