bab 1

70 2 0
                                    







Pagi hari dikediaman Sinclair, pria muda meregangkan tubuhnya setelah ia bangun dari tidur lelapnya, senyum manis terpatri di bibirnya, ini hari pertama nya di Arun, setelah kepindahannya kemarin dari Cordelia, kepulauan Sagar.

Pria muda itu segera turun dari tempat tidurnya dan lekas bersiap untuk pergi bersekolah, sebenarnya sang ayah meminta ia untuk istirahat dulu dan baru bisa masuk esok namun karena merasa tidak sabar, pria muda itu ingin cepat pergi ke sekolah.

Ia berjalan dengan muka berseri, namun senyuman manis itu luntur kala ia tak sengaja mendengar beberapa kalimat tak mengenakan tentang dirinya dari dalam ruang pekerja.

Ia terus berjalan namun mukanya tak lagi berseri seperti sebelumnya, pemuda itu sampai di depan pintu ruang makan, ia mendorongnya dengan pelan.

"Eh Nava, selamat pagi" ucap seorang wanita muda, pemuda bernama Nava itu lantas tersenyum lalu membalas sapaan wanita muda itu.

Nava menarik salah satu kursi di sana, tak lama dua pria yang berbeda umur datang, salah satu dari mereka duduk di samping Nava dan satunya duduk di ujung meja makan.

"Pagi semua" ucap pria yang paling tua di sana, lalu ketiga putranya membalas sapaan itu secara bersamaan.

"Hari ini, hari pertama Nava sekolah, nanti berangkat bersama Ele ya?" ucap pria yang paling tua, ayah mereka, Syden Sinclair.

Nava nampak menganggukkan kepalanya,
"Baik ayah" ucapnya, lalu sarapan pagi mereka pun berlanjut hingga usai.

Syden telah pergi ke ruangannya, Eleanor juga telah pergi ke kamarnya untuk membawa tas miliknya, menyisakan Nava dan putra tertua Syden, Jarvis.

"Jaisnava" panggil Jarvis, membuat Nava langsung membalikan tubuhnya dengan cepat, sebenarnya Nava belum pernah memiliki interaksi apapun dengan Jarvis, namun saat bertemu pertama kali dengan Jarvis, Jarvis tampak dingin padanya.

"Ya tuan Jarvis?" balas Nava gugup
"Panggil aku Jarvis saja, kau adikku"
"Ah baiklah, kak Jarvis, boleh?"
"Itu lebih baik"
"Ah iya ada apa kakak memanggil tadi?"
"Kamu, baik-baik saja? Kamu tampak murung"
"Ah tidak, itu hanya perasaan kakak, Nava tidak apa-apa"
"Benarkah?" Nava lalu mengangguk untuk membalas, Jarvis lalu ikut mengangguk dan permisi untuk pergi ke tempat kerjanya.

Jaisnava dan Eleanor sudah ada di dalam mobil yang akan mengantar mereka untuk ke sekolah, Nava tampak memainkan jari-jarinya, kakinya juga tak bisa diam, Eleanor tersenyum melihat itu.

"Nava pasti gugup ya? Tidak apa, Nava pasti akan mendapatkan teman-teman yang baik nanti" Nava lalu tersenyum, ia mengangguk, semoga saja ucapnya.

Mereka akhirnya sampai di sekolah yang akan menjadi tempat mereka mencari ilmu, sekolah terbesar di kepulauan Baskara, Timon Academia.

Nava telah selesai dengan urusannya dengan kepala sekolah, ia sekarang tengah berjalan beriringan bersama wali kelasnya, Pasha Arthur.

Semakin mendekati kelas semakin Nava merasa gugup, Pasha masuk lebih dulu untuk menertibkan para murid sebelum mempersilahkan Nava untuk masuk,
"Anak-anak hari ini kita kedatangan murid baru, silahkan Nava untuk memperkenalkan diri"
"Halo...Halo teman-teman perkenalkan aku Jaisnava Sinclair, bisa dipanggil Nava, salam kenal semuanya" ia lalu tersenyum dengan canggung.

Para murid mulai berbisik, ada yang berbicara positif ataupun negatif tentangnya, ada juga yang hanya diam dan menatapnya malas.

"Ada yang ingin ditanyakan anak-anak?" seorang murid mengangkat tangannya, lalu Pasha pun mempersilahkan murid itu untuk bertanya pada Nava,
"Benarkah kamu putra selir Duke Sinclair?" semua diam, apalagi Nava, menyangkal pun tidak ada gunanya karena memang itu kenyataannya, namun Nava tidak menyangka akan ada yang menanyakan hal itu padanya.

"Oh rupanya kau anak dari perempuan yang merebut Duke Sinclair dari nona Ava" ucap salah satu murid, kelas jadi ricuh, Nava tak pernah menginginkan ini untuk hari pertama di sekolah barunya.

"Ibuku bukan orang seperti itu, kau yang tidak tahu apa-apa jangan berani mengatakan hal kasar tentang ibuku." ucap Nava marah.

Pasha panik ia segera menenangkan semua siswa yang berbicara tidak baik pada Nava,
"Sudah anak-anak tak boleh seperti itu" namun kelas masih sangat bising, ia menggebrak meja dengan keras,
"AKU BILANG DIAM!" setelah itu kelas baru hening,
"Nava, tak usah dipikirkan, sekarang kamu duduk disamping Hadza, Hadza angkat tanganmu".

Murid bernama Hadza pun mengangkat tangannya, Nava berjalan dengan menatap sengit pria yang menyebut ibunya perebut, ia duduk di samping Hadza.

"Hai Nava salam kenal, aku Hadza, semoga bisa berteman baik kedepannya" Hadza menyodorkan tangannya, Nava menerima uluran tangan itu dan tersenyum,
"Salam kenal juga Hadza, umm semoga kita bisa berteman baik" mereka lalu melepaskan tangan mereka yang terpaut karena Pasha sudah mulai mengajar.



Continue...

Cast:

Cast:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jaisnava || NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang