bab 12

38 3 0
                                    






Jarvis hari ini tidak berangkat bersama yang lain karena ia memiliki urusan, urusannya telah usai, ia pulang terlebih dahulu untuk membawa handphonenya yang tadi sempat tertinggal. Namun kakinya berhenti kala mendengar suara dari ruang pekerja, ia naik pitam mendengar hal-hal buruk tentang Nava dilontarkan dari dalam sana.

Jarvis membuka pintu dengan menggebraknya, seluruh maid yang berada di dalamnya terkejut dan lantas berdiri,
"Tuan, tuan muda apa anda membutuhkan sesuatu?" Jarvis tidak menjawab apapun, ia hanya menatap satu-satu orang yang berada di ruangan itu.

"Kalian rupanya yang membuat adikku terkadang murung, dan apa yang kalian tentangnya tadi? Anak haram? Anak yang tak diinginkannya? Berani kalian berkata begitu pada adikku?!!"
"Kalian ayahku gaji bukan untuk bergosip ria seperti ini tapi untuk bekerja"
"Kalian berkata seolah kalian tahu semuanya dan kalian berkata seolah kalian tidak memiliki hati nurani".

"Bagaimana jika adikku mendengar, aku bilang bagaimana?! Kalian lebih baik segera kemasi barang-barang kalian dan pergi dari sini, aku tak ingin melihat kalian lagi disini"
"Tapi, tuan muda kami-"
"Tidak ada! Aku tak ingin mendengar alasan apapun, sebelum ayah mengetahui ini, kalian tahu bagaimana ayah ketika marah bukan? Aku tidak melakukan sesuatu dan hanya memecat kalian hanya karena aku menghargai kalian seorang wanita jika tidak? Habis sudah kalian di tanganku".

"Tunggu apalagi?! Cepat pergi!" para maid yang terpergok itupun segera kocar-kacir ke kamar mereka untuk mengemasi barang-barang mereka,
"Pergi dan jangan pernah kembali." Jarvis lalu menatap para maid yang berlarian dari mansion Sinclair.

"Pantas Nava selalu menolak, dari kapan Nava tahu ini? Apa saat hari pertama Nava murung itu karena ini? Nava, maafkan kakak ya? Andai kakak tahu dari awal mungkin Nava tidak akan mendengar hal-hal buruk seperti itu" ucap Jarvis menyesal.

Ia pun segera bergegas untuk berangkat ke sekolah Nava, sepertinya perlombaan Nava sudah dimulai, dirinya melanjukan mobil dengan cukup cepat ke sekolah.

Jarvis telah sampai di Timon Academia, untungnya ketika ia sampai Nava masih berlomba dan ia tidak ketinggalan, di sisi Nava ia nampak tersenyum melihat siapa lawannya.

"Oh halo adik kecil satu"
"Ah pas sekali kita bertemu disini, aku bisa membalas setiap perlakuan menyebalkan mu itu"
"Eh adik kecil ini kenapa pendendam sekali?" Nava tidak membalas dan langsung menyerang Theo.

"Eh adik kecil tenang lah" ujar Theo sambil menghindar, Nava tidak mengatakan apapun ia hanya terus menyerang Theo, Theo sendiri terus menghindar, ia belum menemukan temponya untuk menyerang.

Nava mundur beberapa langkah saat Theo menendangnya,
"Nava..." ucap Eleanor khawatir
"Tenanglah Ele, Nava tidak apa-apa" ucap Michelle sambil menepuk bahu Ele, Eleanor lalu mengangguk tangannya saling bertautan.

Nava lalu membalas tentang Theo,
"Balasan untuk yang tadi" Nava lalu berhasil memukul Theo,
"Ini untuk mu yang menyebalkan" Nava kembali berhasil memukul Theo lalu segera menghindar dan menjauh dari Theo kala Theo ingin memukulnya.

Pertarungan mereka sangat sengit dan cukup seimbang, belum ada yang tumbang, Jaskaran menatap keduanya yang tengah berlomba, ia bingung harus mendukung siapa. Saat tengah memikirkan itu, tiba-tiba keduanya dipeluk oleh dua tangan lain.

Jaskaran langsung menatap pelaku itu, ia dapat melihat Sandra dan Nathan yang tengah tersenyum sambil memeluk masing-masing tangannya.

"Halo Karan" ucap Sandra mendayu, Jaskaran lalu mencoba melepaskan pelukan itu,
"Ayolah, kita kan akan menjadi pasangan nanti, mengapa kamu terus menolak?" ujar Nathan, Jaskaran tak perduli ia menarik kedua tangannya dan pergi dari tribun penonton, malas sekali harus bertemu dua orang itu.

"Ah aku jadi tidak bisa menonton Nava dan Theo karena dua pengganggu itu, kapan ibu sadar? Aku muak dengan mereka" Jaskaran lalu berjalan dengan tangan berada di saku celananya.

Pertarungan berjalan cukup lama namun akhirnya Nava memenangkan pertarungan kali ini,
"Ini pertarungan yang hebat adik kecil" Theo lalu menyodorkan tangannya ketika Nava telah di umumkan sebagai pemenang, Nava menjabat tangan itu lalu tersenyum,
"Terimakasih, ini menyenangkan" Theo lalu membalas senyum itu.

Jarvis menatap Theo, pria itu mengapa lama sekali menjabat tangan adiknya? Matanya menyipit, apa ia harus ke sana agar tautan tangan itu segera terlepas? Eleanor juga menatap hal yang ditatap oleh Jarvis, apa-apaan? Kenapa Theo sangat lama menjabat tangan adik kecilnya?

"Theo lepaskan tanganmu dari adikku" ucap Eleanor di samping arena tarung,
"Ups, maafkan aku" Theo lalu melepaskan tautan tangannya dengan Nava, Nava sendiri merasa bingung, ada apa memangnya? Yasudah ia tak perduli juga, yang penting hari ini ia kembali menjadi juara.






"Keponakan paman memang hebat" Jonathan lalu mengusak rambut hitam Nava,
"Terimakasih paman, tentu saja Nava hebat" ucapnya bangga, Jonathan hanya terkekeh,
"Oh iya paman hari ini, Nava dan Hadza ingin pergi bermain, boleh tidak Nava ajak Iva dan Noah?"
"Bermain?" ujar Iva dan Noah dengan mata yang berbinar.

Jonathan hanya mengangguk saja, Noah dan Iva lalu ber-tos senang, Nava dan Hadza pun berkumpul dengan si kembar. Di lain sisi Jarvis dan Eleanor tampak saling berbisik,
"Ele, pria itu ada hubungan apa dengan Nava"
"Siapa? Theo? Aku tidak tahu tapi tadi saat pertarungan mereka mengobrol seperti cukup akrab"
"Apa dia ingin mendekati Nava?"
"Apa? Jangan biarkan itu terjadi, aku tak ingin Nava dengan pria menyebalkan itu" Jarvis lalu mengangguk, keduanya lalu menatap sinis Theo, Theo yang tengah menatap Nava dan teman-temannya merasakan tatapan sinis dari sampingnya, saat ia menggerakkan kepala ke arah satunya, ia dapat melihat Jarvis dan Eleanor menatapnya sinis.

"Ada apa? Apa aku melakukan kesalahan?" tanya Theo tetapi kedua kakak Nava itu hanya menatap sinis Theo saja tanpa membalas,
"Apa salahku ya?" tanya Theo bingung entah pada siapa.

Theo melupakan itu ia langsung beralih ke tribun penonton namun tak ada Jaskaran dimana pun, dimana kawannya itu? Ia lalu pergi setelah berpamitan.

Saat di ruang ganti, ia tak langsung mengganti bajunya namun mengambil handphonenya untuk menelepon Jaskaran,
"Halo, kawan kau dimana? Tidak menonton ku?"
"Tadi aku menonton mu kok tapi tadi ada pengganggu jadi aku pergi, maaf ya Theo"
"Oh pengganggu, baiklah tak apa"

"Oh iya siapa yang menang?"
"Adik kecil yang menang"
"Oh pasti sudah jelas Nava yang menang"
"Kau ini sebenarnya berada di kubu yang mana sih? Kau bangga sekali Nava menang"
"Di kubu Nava sih"
"Ternyata hanya segini pertemanan kita kawan"
"Kau ini apaan sih, geli aku mendengarnya" Theo lalu hanya tertawa.

"Yasudah aku tutup dulu, nanti aku akan mentraktir mu karena Nava menang dan kau kalah"
"Sial kau seperti mengejek ku" di sebrang sana Jaskaran terkekeh
"Memang" lanjutnya
"Yasudah, ku tutup saja telponnya"
"Nanti bertemu saja di tempat biasa tapi kau hati-hati diikuti mereka"
"Jangan bicara begitu, itu menyeramkan" lagi dan lagi Jaskaran tertawa di sebelah sana lalu telpon pun tertutup setelahnya.

"Pria ini benar-benar, tapi apa dia tak merasa menyeramkan diikuti terus oleh mereka berdua, mereka sudah seperti hantu penasaran, iiii ngeri" ia lalu segera mengganti bajunya dan keluar sambil membawa tasnya.





Continue...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jaisnava || NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang