bab 7

23 1 0
                                    





Nava membuka matanya dengan perlahan saat merasakan guncangan di bahunya, sinar matahari membuat matanya menyipit,
"Nava, syukurlah kamu baik-baik saja, mengapa kamu ada di sini?" tanya Eleanor, Nava terdiam, ia bingung kenapa ia bisa berada di sini ya?

Melihat Nava yang sepertinya masih linglung, Eleanor lebih dulu membantu Nava bangun, awalnya Eleanor pulang untuk membawa sesuatu namun saat ia melihat seseorang tergeletak di taman ia langsung panik, apalagi mengetahui orang itu adalah Nava.

Eleanor pun mengguncangkan bahu Nava berharap Nava bangun dan syukurnya Nava benar-benar bangun, tapi Eleanor bingung mengapa Nava berada di sini?

Rupanya karena terlalu lelah menangis Nava malah jatuh tertidur di taman bunga, ia tidur dikelilingi bunga yang dulu ibunya rawat,
"Nava ketiduran hehehe"
"Kok bisa kamu ketiduran di sini? Mata kamu juga kenapa ini bengkak?"
"Kayaknya di gigit nyamuk waktu Nava tidur di sini, kemarin Nava cape banget abis latihan panahan terus ke sini, tadinya Nava mau tiduran aja malah ketiduran hehehe" bohongnya.

"Ya ampun Nava, yaudah kalo gitu ayo kita kompres mata kamu dulu, kamu hari ini gak usah masuk sekolah dulu, kakak udah izinin kamu sakit" Nava tanpa membantah hanya mengangguk, ia lalu bangun setelah Ele bangun dan berjalan ke kamar Nava untuk istirahat, sekalian mengompres mata Nava yang bengkak.

Ele telah kembali ke Timon academia, tadinya ia ingin merawat Nava saja tapi Nava menolak karena ia baik-baik saja, namun sekarang Nava bosan, ia mengambil handphonenya kala benda pipih itu berdering.

"Halo?"
"Halo Nava"
"Oh Hadza ada apa?"
"Kamu benar-benar sakit?"
"Badan ku cukup pegal, tapi selebihnya baik-baik saja, mungkin kak Ele khawatir jadi langsung izin ke pihak sekolah"
"Syukurlah, tapi kenapa tiba-tiba? Kemarin kamu masih baik-baik saja?"
"Aku kemarin ketiduran di taman, setelah kamu pulang aku ke taman dan ketiduran di sana, di sana cukup nyaman sih aku tadinya hanya ingin tiduran saja setelah latihan malah ketiduran di sana"
"Yang benar saja? Berapa lama kamu tertidur?"
"Sepertinya saat aku ke taman dan saat tadi pagi kak Ele membangunkan ku"
"Gila! Tubuhmu sangat kuat kah? Kemarin cukup dingin bukan?"

"Tidak ada, aku hanya terbiasa saja, Ayar kan di tepi pantai, hawa dingin seperti ini bukan masalah untukku"
"Haduh, lebih baik kamu berhati-hati takutnya nanti kamu benar-benar sakit"
"Baiklah pak dokter, aku akan menurut"
"Hais kamu ini, tapi ngomong-ngomong sekarang kamu sendiri lagi berarti? Soalnya tadi aku lihat nona Ele di sekolah"

"Iya, aku yang memintanya, pihak panitia kan masih sibuk, lagian aku baik-baik saja juga jadi tak apa"
"Duke Sinclair dan tuan Jarvis kapan pulang?"
"Katanya sih sebelum festival olahraga di mulai, karena ayah dan kakak ingin menonton ku, aku kan bilang terus mereka bilang begitu setelah mendengarnya"
"Itu cukup cepat berarti, baiklah aku tutup, semoga kamu lekas sembuh Nava, dah"
"Aku tidak sakit, tapi terimakasih Hadza, dah" dan telpon pun tertutup.

"Sekarang apa yang akan aku lakukan? Apa tidur saja ya? Tiba-tiba aku mengantuk" Nava lalu mengubah posisi yang tadinya duduk jadi tiduran, matanya tertutup lalu ia masuk ke alam mimpi.







Syden dan Jarvis tiba bersamaan di mansion, mereka langsung berlari ke kamar Nava ketika mendengar Nava tergeletak dari Ele, kedua ayah anak itu segera berlari ke kamar Nava, saat Syden membuka pintu dan baru membuka mulutnya, mereka berdua langsung diam kala melihat Nava yang tengah tertidur dengan lelap.

"Oh Nava baik-baik saja rupanya, syukurlah" bisik Jarvis
"Lebih baik kita pergi dulu untuk sekarang, biarkan ia tidur" bisik Syden, Jarvis mengangguk.

Syden menutup kembali pintu kamar Nava dengan pelan, mereka mungkin akan kembali saat Nava telah bangun. Syden dan Jarvis pun pergi ke kamar mereka masing-masing.

Hadza di sekolah tengah memainkan handphone namun Willy the gang datang padanya,
"Hadza dimana teman mu yang menyebalkan itu?"
"Nava tengah sakit"
"Oh bisa sakit juga rupanya"
"Yasudah, aku hanya ingin menanyakan itu" Willy the gang pun pergi dari hadapan Hadza dan Hadza kembali memainkan ponselnya.

Namun tak lama ia ingin ke kamar mandi, ia pun memasukkan handphonenya ke saku dan keluar dari kelas untuk ke toilet sekolah.

Hadza mencuci tangannya ketika ia telah usai dengan urusannya, Hadza pun akan kembali ke kelas namun seseorang tampak berseru, tapi bukan namanya yang dipanggil jadi Hadza kembali berjalan.

Tapi bahunya ditahan, saat Hadza berbalik Hadza dapat melihat Theo dan Jaskaran di sana, Hadza pun langsung menundukkan tubuhnya,
"Kamu, adik kecil dua, di mana adik kecil satu? Biasanya kalian selalu bersama?"
"Adik kecil? Maksud anda Nava?"
"Ah namanya Nava, iya benar maksudku Nava, biasanya Nava selalu bersamamu"
"Nava tengah sakit tuan muda, jadi ia tidak masuk hari ini"

"Oh bisa sakit juga rupanya adik kecil yang pemarah itu" ucap Theo
"Tentu saja, ia juga kan manusia, bodoh" Jaskaran lalu menjitak kepala Theo
"Aduh sakit Karan!" Jaskaran tak memperdulikannya, lalu menatap Hadza,
"Yasudah, kamu bisa kembali ke kelas mu adik kecil dua"
"Baik tuan, saya permisi" Hadza lalu kembali membungkukkan tubuhnya sebelum pergi dari hadapan Jaskaran dan Theo.

"By the way nama adik kecil dua siapa ya?" tanya Theo
"Loh aku tidak tahu, kenapa kau tidak bertanya tadi?" balas Jaskaran
"Kau juga kenapa tidak bertanya?"
"Yah aku tidak kepikiran"
"Yasudah lah nanti kita tanya saja jika kita bertemu lagi dengan adik kecil dua"
"Yasudah ayo ke kantin saja, aku lapar"
"Kau tidak makan di rumah?"
"Aku malas makan di rumah kau seperti tidak tahu kenapa saja"

"Memangnya kenapa?"
"Kau ini!" Jaskaran kembali menjitak kepala Theo
"Aduh sakit tau!"
"Ya lagian sih"
"Ya aku kan tidak tahu?"
"Karena ibuku Theo, sudahlah lebih baik kita ke kantin saja" Jaskaran lalu berjalan lebih dulu daripada Theo.

"Hei kawan tunggu aku!"
"Cepat! Kau ini lama sekali"
"Kau yang terlalu cepat"
"Sudahlah, cepat!" Theo pun berhasil menyusul Jaskaran dan mereka berjalan beriringan ke kantin.




Continue...

Jaisnava || NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang