Olivia dan Valeree menginjakkan kaki ke sebuah bangunan yang tidak jauh berbeda dengan rumah yang baru kemarin mereka singgahi. Namun bedanya, di sini terlihat lebih terawat dan tidak ada celah bangunan yang rusak seperti rumahnya. Barang dan perabotan yang ada juga terbilang mewah serta jauh dari kata kotor.
Olivia dipersilahkan duduk pada bangku kayu panjang yang mengkilap, dengan meja di hadapannya. Sedangkan Garfield duduk pada bangku tunggal sisi kanan Olivia dengan arah pandang yang berbeda. Valeree dan Louis sibuk menumpahkan isi kardus ke lantai. Berbagai jenis mainan berceceran diselingi girang tawa keduanya.
Istri rupawan Garfield datang dengan nampan berisi empat gelas minuman, dua kopi panas, dan dua susu hangat untuk si kecil.
"Terima kasih" istri Garfield menarik bibir ke atas, kemudian ikut bergabung duduk di sebelah Olivia.
"Divya" wanita tersebut memegang dadanya sambil sedikit menundukkan kepala, memberi perkenalan ala-ala putri raja. Olivia yakin, pasti Divya memiliki darah bangsawan tingkat atas, atau bahkan darah kekaisaran hingga memiliki keanggunan bak wanita raja.
"Olivia"
"Semoga kopinya sesuai selera"
Olivia menyeruput minuman pekat tersebut, dan mengecapnya. Rasa pahit bercampur manis seolah berputar dalam mulut, sensasi baru yang pernah Olivia rasakan, namun sangat nikmat.
"Ada yang mau aku bicarakan," Garfield membenahi cara duduknya, mencari posisi nyaman di atas bangku keras tersebut.
"Kau tahu kalau seluruh penjuru desa ini dihuni orang-orang dengan kemampuan spesial, termasuk kamu dan putrimu,"
Olivia mengangguk ragu. Matanya bergerak menatap Valeree yang asik mendorong truk mainan.
"Sebelumnya, boleh aku tahu apa kemampuanmu?"
"Menyembuhkan. Aku bisa menyembuhkan lukaku sendiri dengan ajaib. Aku juga bisa menyembuhkan luka orang lain dengan kriteria tertentu"
"Dengan kemampuanmu, kamu bisa dapat pekerjaan menjadi Pheofi Penyembuh di desa ini," Divya menyahut.
"Seperti seorang dokter" ralat Divya setelah melihat air muka Olivia yang tidak begitu paham dengan yang ia bicarakan. Ia bisa memaklumi hal tersebut, sebab Olivia belum mengetahui struktur dan cara kerja masyarakat di sini agar saling bergantung dan memiliki hubungan erat.
Olivia mengangguk sekali, kemudian menyesap kopi dengan hikmat, "Aku akan memikirkannya"
"Lalu apa kemampuan putrimu?" Ketiganya sontak menolehkan kepala menatap Valeree, mengumbar rasa penasaran.
"Saat pertama dan terakhir aku lihat, dia menghasilkan lengan logam hitam, atau mungkin baja...? Dari ujung siku sampai ujung jari yang berbentuk runcing seperti cakar. Saat itu suamiku juga tidak sengaja melihat dan berniat mengasingkan Valeree, entah karena takut atau jijik memiliki putri sepertinya"
"Apa suamimu tidak tahu kekuatan sihirmu?" Divya memiringkan kepala penasaran. Ia menyilangkan kaki dan bertopang siku pada lutut kanan.
"Benar. Cuma Valeree dan saudara kembarnya yang tahu, karena aku sering menyembuhkan luka mereka ketika jatuh saat bermain. Mereka menganggap itu hal biasa sebagai salah satu kemampuan ajaib seorang ibu dan bukan hal aneh"
Divya bangkit, berjalan menghampiri Valeree dan putranya yang masih fokus membangun istana balok.
Entah apa yang dibisikkan pada Valeree, tiba-tiba pecahan logam hitam mulai bermunculan pada ujung kuku Valeree. Merambat ke belakang hingga mencapai siku. Dalam waktu singkat pecahan itu sudah menjadi utuh seperti sarung tangan keras yang pernah Olivia lihat tempo hari sebelum diusir dari rumah oleh suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Village
AcakValeree menjalani kehidupan baru di usianya yang masih belia. Dipaksa berpisah dengan saudara kembarnya, hanya karena kelebihan yang ia miliki dianggap membahayakan orang sekitar. Memiliki kekuatan sihir bukan keinginan pribadi Valeree. Tanpa memint...