fighting

113 56 26
                                    

Ku tuliskan kenangan tentang
Caraku menemukan dirimu
Tentang apa yang membuatku mudah
Berikan hatiku padamu

_Surat cinta untuk starla_




Bukan jogja jika rasanya ingin cepat pindah dan pergi, bukan jogja kalau suasananya tidak nyaman, bukan jogja jika setiap sudutnya tidak istimewa. Jogja itu penyihir, dia punya perekat kuat buat pertahanin istimewanya. Yang membuat orang selalu betah bersamanya.

Mungkin kasur terlalu nyaman buat lepasin lelah, hingga orang yang diatasnya malas untuk beranjak darinya. Seperti saat ini yang dilakukan Aruna, bahkan ia masih terlelap tidur meski jam menunjukan pukul 06.15 yang menandakan beberapa jam lagi gerbang Venus high School akan segera ditutup. Matanya mulai mengerjap pelan, menyesuaikan cahaya pagi ini.

"MAKK UDAH JAM ENEM!!"

"WATASHI KUDU OTTOKE!??"

"Tenang na, sekarang yang harus lo lakuin cuman balik tidur dan bikin surat ijin sakit," batin Aruna.

Getaran ponsel di nakas membuat lamunan Aruna bubar, hal yang pertama kali dilihat adalah nama Nala, ia segera menekan tombol hijau dan sambungan pun terhubung.

"NA, LO KEMANA BURUAN BERANGKAT!! Lo nggak lupa kan kalau hari ini diadain upacara buat hari karti-" sambungan terputus pelakunya adalah Aruna, jantungnya kembali berdetak kencang diikuti raut panik setangah mati.

"Hari kartini pake kebaya kan,"

"Terus gue pake apa?" tanya Aruna, sambil mengigiti kuku tumpulnya.

Ia beranjak menuju ke lemari kamarnya, dan mencari beberapa batik yang pernah ia pakai di acara sebelumnya. Beberapa menit mencari dan memilih dia menemukan sepasang kebaya yang pas. Ia terbirit-birit mandi dan bersiap.

"Oke udah semua, yuk na kita naik buroq babake yang udah nunggu di depan." Kemudian berjalan keluar rumah dengan  sedikit terburu.

"Mang ujang, mana mobilnya Aruna udah siap nih." ia memanggil mang ujang yang sedang Bersih-bersih taman rumahnya.

"Maaf non, mobilnya dipake bapak, katanya mobil bapak lagi di bengkel," ucapnya menundukkan kepala tanda hormat.

"Yahh, terus Aruna naik apa pak." Bahunya melemas mood nya hancur pagi ini. Mang Ujang yang melihatnya tak tega, kemudian ia beranjak menuju garasi, kemudian mengambil motor scoopy milik Aruna, sebenarnya motor itu hadiah Aruna dari ayahnya, ia tidak bisa menaikinya karena belum pernah belajar, jadi setiap mau kemana pun mang Ujang yang mengantarnya.

"Ayo non saya anter pake motor nggak papa ya?" tanya mang Ujang.

"Oke mang, ayo cepat Aruna udah mau telat." Aruna memakai helm kemudian naik motor dan segera melaju diatas jalan hitam itu.

Pagi ini bukan seperti biasanya, Aruna yang biasanya santai menikmati pagi kini mengejar detik jam yang selalu berkurang. Mang Ujang sudah kembali walau perjalanan belum sampai, ban motor yang dipakai tiba-tiba bocor di jalan, terpaksa Aruna berlari menuju gerbang besar sekitar 1 km dari jaraknya.

"Aduhh, maaf ya non, ini motornya nggak bisa dipakai," ucap mang Ujang menatap nelangsa ban motor yang sudah mengempis.

"Aaaaaa terus gimana, yaudah biar Aruna jalan aja." Aruna berlari sebelum mang Ujang membalasnya.

Jogja Dan KisahnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang