hurt

99 51 23
                                    

Mau cerita ke dunia bahwa kau terluka?
Apakah kau lupa bahwa dunia kejam untuk mendengar semua keluhanmu.

_Mahen Rangkabumi_


☁☁☁☁

"MAHEN!!!"

"MAHENNN NIH GUE KASIH BEKAL." tanganya memberikan sekotak nasi pada seseorang di hadapannya.

"Lo belum sarapan kann??" tanganya antusias.

"Apa mau gue suapin?"

"Mau minum?"

"Lo bisa berhenti ganggu gue nggak sih, gue risih tau nggak!!" ucap Mahen melintas tanpa memikirkan Aruna.

"Sabar ya Na, mana sini gue bawain buat Mahen," ucap Alden yang sedari tadi memperhatikan percakapan mereka berdua bersama Alio.

"Makasih ya Den, kalau Mahen nggak mau buat lo aja, atau buang aja," ucap Aruna lesu, mau sampai kapan lagi ia mengejar Mahen yang sedari awal menolaknya bahkan ia sudah mengejar Mahen dari awal kelas 10 saat mpls sekolah.

"Yahh.... Jangan dong, mubazir nanti buat gue aja," ucap Alio merebut bekal itu dari tangan Alden.

"Yehhh, situ nggak diajak slur." Alden menjitak kening Alio, hingga membuat Aruna sedikit menyunggingkan senyumnya.

"Nah gitu dong senyum, lo nggak usah tanggepin Mahen, dia emang gitu Na," ucap Alio menepuk pelan bahu Aruna.

"Oke apapun yang terjadi gue nggak akan berhenti kejar-kejar Mahen." Tanganya mengepal semangat.

"Nah gitu dong, baru Aruna!!" ucap Alden mengacak sedikit rambut Aruna.

"Ihh Aldenn!! Tapi berhubung gue mood, gue nggak bakalan ngereog ke lo, gue ke kelas duluu, " ucapnya kemudian beranjak dan berlari kecil menuju ke kelasnya.

"Lo, yakin bakalan bisa?" tanya Alio menatap Alden yang hanya menatap lurus kosong.

"Bakalan gue usahain." kemudian Alden menoleh ke arah Alio, ia memang takut kegagalan itu akan terjadi, tapi ia kuatkan tekadnya untuk melawannya.

"Gue harap bakalan nggak ada persaingan antara kita ya man." ucap Alio, tanganya disampirkan ke atas bahu Alden, kemudian berjalan ke kelas dengan percakapan kecil dari birai mereka.

Kelas XII Ipa ramai dengan ocehan serta celotehan penghuni di dalamnya, diantara semua yang berbincang hanya Mahen yang terdiam duduk sambil melamun di tempatnya. Entah apa yang dipikirkan olehnya, pikiranya bercabang menerawang jauh. Hingga Alden mengguncang pundaknya kesadaran yang kembali tertarik.

"Apa?" tanya Mahen mengangkat alis kananya.

"Nih dari Aruna." Alden menyodorkan kotak tadi pagi yang dibawa oleh Aruna pada Mahen.

"Buat lo aja, kalau nggak mau buang," jawabnya malas.

"Lo apa-apaan sih Hen!?" ucap Alio menggebrak sedikit meja Mahen, hingga membuat seisi kelas mengarahkan atensinya di tempat mereka berada.

Jogja Dan KisahnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang