pestering

143 70 20
                                    


"Mahenn!! ke kantin bareng yukk!"

Tak bisa sehari tanpa pekikan dari seoarang gadis yang sedang mengekori seorang remaja berbadan tegap dengan wajah datar tanpa ekspresi tak lupa tatapan elang di matanya serta kedua tangan yang dimasukan ke saku celananya. Setiap langkah tak habisnya gadis dibelakangnya itu berhenti mengoceh.

"Mahen mau makan apa, aku pesenin ya!??" tanya gadis itu setelah Mahen menghentikan langkahnya.

"Mahen mau mie ayam?"

"Atau bakso?"

"Atau nasi goreng?"

Tanya gadis itu beruntut, mendongak untuk menunggu birai seorang di depanya membalasnya, wajah ceria serta senyum itu tak pernah pudar dari wajahnya yang menjadi cirinya.

"Udah? Pergi!" usir Mahen menolak mentah-mentah semua tawaran gadis itu.

"IIIHHH Mahen, ayo makan bareng!!" gadis itu menarik pergelangan tangan Mahen mengajaknya duduk bersama di kantin yang mulai terisi semua bangkunya.

"Pergi!" Mahen menghentakan tangan menatap tajam gadis di depanya.

"Udah tau ditolak ngejar terus, nggak tau malu ya?" ucap seorang gadis bername tag Adara Adisty, yang sengaja mengibarkan bendera perang untuk Aruna Starla Bumarta tak lain gadis yang sedari tadi mengekori Biru. Siapa yang tidak kenal Aruna, bahkan seluruh VENUS HIGH SCHOOL mengenalnya sebagai gadis bodoh karena mengejar seseorang yang sedari awal menolaknya mentah-mentah.

"Iri??BILANG BOSS!" ucap Aruna dengan sebelah alisnya terangkat keatas disertai cengiran sinisnya, dia memang tak pernah akur dengan Adara yang notebene nya queen of mathematic, alasan mereka tak akur tak lain karena-

Lanjut saja nanti....

"Iri sama lo? Emang lo punya apa yang bikin gue iri?" sarkas Adara lantang menatap tajam Aruna yang lebih pendek darinya.

"Otak lo pas-pasan, buat apa gue iri sama orang bodoh kayak lo." skak, ya untuk satu hal ini Aruna tidak menyangkal nya dia memang tak sepintar Adara yang bisa menjadi andalan setiap kali ada perlombaan, namanya tidak pernah sekalipun muncul dalam daftar peserta bahkan mungkin......tidak akan.

"EH INI AYANG MAHEN KEMANA!? gara-gara mak lampir nih cowok gue ilang." Aruna kembali membuntuti Mahen yang bahkan sudah berbelok ke koridor depan.

"MAHEN!! TUNGGUIN AKUU!!" pekik Aruna menggema di seluruh koridor.

"ihhhh kenapa ditinggalin," ucap Aruna menghentakan kedua kakinya dengan bibir mengerucut sok ngambek.

Melihat pergelangan tangan yang terdapat jam melingkar menunjukan waktu bahwa istirahat hampir selesai, Mahen pun masuk ke kelas tanpa memperdulikan Aruna yang meneriakinya membuat penghuni kelas mengarahkan netra ke arah Aruna berdiri.

"MAHEN!!NANTI PULANG BARENG YA!" pekik Aruna sebelum berlari menuju ke kelas, ia mungkin telat ke kelas karena jarak antara kelas Mahen dan dirinya lumayan jauh, ia memacu lebih cepat langkah kakinya, jantungnya berdetak lebih cepat. Melihat suasana sudah semakin sunyi karena semua sudah memasuki kelas masing-masing, sedari tadi ponsel yang berada dalam saku roknya bergetar tetapi ia abaikan dan terus merajut langkah hingga terlihat kelas nya di depan membuatnya menghela nafas panjang.

Jogja Dan KisahnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang