Chapter 11.

6.9K 634 58
                                    

Duduk di teras seraya menatap warung makan yang ada di depan rumah adalah kegiatan yang Saina lakukan saat ini. Sejujurnya ada rasa tak enak karena telah menolak undangan makan malam dari ayahnya. Hal tersebut bukan tanpa alasan. Meski ayahnya kerap kali bersikap tidak adil bahkan sangat tidak adil, Saina tetap menyayangi pria paruh baya tersebut.

Di masa lalu, ayahnya meninggal karena sakit yang bahkan Saina sendiri tidak tahu jenis penyakit apa yang menjangkit ayahnya. Bahkan sampai gadis itu menutup mata untuk selamanya, ia masih saja tidak tahu.

Ada secuil harapan untuk mengubah takdir ayahnya tetapi ia tidak tahu harus memulai dari mana. Dia bahkan tidak pernah berdekatan dengan ayahnya bahkan semalam ia menolak undangan makan malam. Bukankah itu sudah cukup untuk membuktikan bahwa hubungan baik bersama ayahnya hanyalah angan-angan dan mimpi?

Memikirkan hal tersebut, Saina mengacak-acak rambutnya kasar. Ia sedikit kesal dengan kenyataan yang mampu menamparnya seperti ini.

~o0o~

Lorong kampus yang telah sepi Saka lewati dengan suka cita. Ia baru saja menyelesaikan kuliah dan kali ini ia akan membeli beberapa bahan makanan untuk warung yang di rasa kurang. Pria itu merogoh kantung celananya, mengambil kunci yang sedari tadi siang ia masukkan ke dalam sana.

Langit cerah kekuningan menemani perjalanan Saka menuju pusat perbelanjaan. Suasana tersebut tampak sinkron dengan suasana hati yang saat ini pria itu rasakan. Sesampainya di pusat perbelanjaan, Saka bergegas berkeliling, hingga tak sengaja pria itu melihat seseorang yang sangat familier di matanya.

Entah kenapa, ia justru merasa tertarik dengan apa yang sosok itu lakukan hingga tanpa sadar kakinya melangkah mengikuti kemana pria itu pergi. Pria? Ya, dia adalah pria yang telah bercakap-cakap bersama dengannya ketika melihat Saina sedang bermain hujan, yang memberitahunya perihal tentang Saina sehingga membuat Saka jatuh cinta pada wanita yang sekarang menjadi istrinya.

Saka menghentikan langkahnya ketika orang yang ia ikuti turut menghentikan langkahnya. Ia bersembunyi di balik tembok layaknya seorang kekasih yang tengah memergoki pasangannya selingkuh. Tidak! Saka menggeleng pelan karena pikiran absurd itu tiba-tiba terlintas di benaknya.

Di depan sana, pria yang Saka tidak ketahui namanya itu bertemu dengan seorang perempuan yang Saka kenali. Perempuan itu adalah Cecilia--kakak beda ibu Saina. Keduanya tampak berbincang sebentar sebelum akhirnya melangkah meninggalkan tempat itu.

Saka tentu tidak ingin ketinggalan, ia begitu penasaran dengan identitas pria itu dan hubungan apa yang terjalin dengan wanita yang Saka anggap mirip seperti iblis itu? Tak menghiraukan belanjaannya yang kurang lengkap, Saka segera mengikuti pasangan tersebut.

Cecilia dan pria itu tampak memasuki mobil sehingga dengan tergesa-gesa Saka menggantung belanjaannya di motor kemudian mengemudikan motor tersebut mengikuti dua sejoli itu.

Sampai akhirnya, kedua orang tersebut mampir ke sebuah gedung bertingkat dengan sebuah tulisan identitas di depannya bertuliskan 'Hotel Mercury'.

Kaget? Tentu saja, untuk apa Cecilia dan pria itu ke hotel? Setahunya, Cecilia di masa lalu tidak pernah berhubungan dengan pria tersebut karena Cecilia sendiri sudah memiliki tunangan.

Tunangan yang ia rebut dari adiknya sendiri, yang tak lain adalah mantan pacar Saina.

Tapi bukan itu yang ingin Saka bahas sekarang. Matanya terbelalak lebar saat melihat kedua orang tersebut berciuman sebelum memasuki lift. Ciuman? Itu berarti... Mereka memiliki hubungan yang lebih dekat dari seorang pacar?

Setelah melihat kebenaran tersebut, Saka segera melangkah kembali menuju motornya. Menstarter motor tersebut kemudian melaju membelah jalan. Pikirannya masih memunculkan spekulasi-spekulasi atas sesuatu yang telah ia lihat barusan.

Pria berusia dua puluh tahun tersebut melirik ke arah belanjaan yang ia gantung di motor. Helaan napas kecil mengalir begitu saja saat menyadari ia telah lalai, sehingga besok mau tak mau harus menunda untuk membuka warung karena persediaan barang-barang masih sangat kurang.

Mau kembali ke pusat perbelanjaan pun hari sudah sangat petang. Ia tidak ingin Saina terlalu lama menunggu dan ia pun juga begitu, sehingga ia memutuskan untuk kembali ke pusat perbelanjaan esok hari.

TBC.

EnervateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang