Dua minggu setelah Shan mengetahui semuanya, kini adalah hari dimana Om Pram akan menikahi Mamahnya. Pernikahan di gelar di sebuah gedung mewah yang sengaja di siapkan oleh Pram. Tentu saja menyewa sebuah gedung bukan masalah besar bagi seorang CEO itu.Shan berusaha menyembunyikan rasa sedihnya dan berusaha untuk tetap tersenyum menerima semuanya.
"Kak!" Panggil seorang lelaki mendekat. Shan pun menyambutnya dengan senyum sumringah. Itu adiknya, Samuel yang baru saja datang."Ikhlas ya? Kasian mamah..." Samuel menepuk bahu kakaknya itu dengan senyumanya.
"Iya..." saat itu Shan melihat sesuatu di wajah Samuel langsung menyipitkan matanya "Wajah lo kenapa memar?" Khawatir Shan padahal Samuel berusaha menutupi luka memar itu dengan rambutnya yang sengaja ia bawa kedepan.
"Kepentok hehe..."
"Kepentok apa sampe kayak gitu? Jangan bilang berantem ya?"
"Engga kok, gue anak baek-baek di sekolah..."
"Papah...?" Kini Samuel tak mampu menjawab hingga hal itupun menjadi jawaban yang tepat buat Shan.
"Lo kalau gak kuat tinggal sama Papah, mending tinggal dirumah Eyang di Bandung..." Shan mulai berkaca-kaca dan membuat Samuel menjadi tak enak.
"Udah ah lo mah...gue kesini mau happy-happy bukanya sedih-sedihan. Kayaknya enak tuh...gue kesana dulu ya" Samuel berusaha mengalihkan suasana dan pergi mengambil sebuah kue kecil dan minuman yang tersedia disana.
Sedari tadi Shan tak melihat keberadaan Al disana dan sebentar lagi acara akan dimulai. Ia mengacungkan bahunya acuh, datang atau tidaknya gadis itu juga bukan masalah besar fikirnya.
Dari acara mulai hingga selesai, Al benar-benar tidak hadir di acara pernikahan Papahnya dengan Mega.
"Shan kamu gak ada liat Al?" Tanya Mega dan Shan menggeleng.
"Shan gak ada liat Al..."
"Gakpapa urusan Al nanti biar aku minta pengawal buat cariin dia. Dan sekarang pernikahanya udah berjalan dengan lancar. Shan? Mulai hari ini, jangan panggil Om lagi. Panggil Papah ya?"
"Iya pah..." bukanya sedih, Shan malah merasakan kehangatan di dalam keluarga ini. Walaupun ada Al yang membuat suasana kurang nyaman tapi setidaknya ada kepala keluarga yang bertanggung jawab.
"Mas, ini Samuel..." saat itu Mega menyadari Samuel berjalan mendekat. Samuel segera bersalim kepada Pram.
"Aku Samuel panggil Sam aja Om...eh-Papah maksudnya..." lelaki humoris itu langsung membenarkan kalimatnya saat Shan menyenggol lenganya.
"Yaampun saya gak nyangka kalau kamu setinggi ini..."
"Hehe iya Om makanya dipilih jadi ketua tim basket..." dalam hari Shan melihat sikap adiknya yang kepedean iti sampai berkata di dalam hati.
'Punya adek gini banget ya...'
"Kalian berdua ini bener-bener anak yang berprestasi ya? Saya salut sama kalian berdua. Pokoknya nanti kalau Shan sama Sam perlu sesuatu, jangan sungkan minta ke Papah ya?"
"Siap Pah ashhhh-" Samuel mengusap sikunya yang habis di cubit oleh kakaknya itu.
"Mah selamat ya? Tolong hidup lebih lama dan bahagia disini. Aku sayang sama mamah..." Samuel segera memeluk Mamahnya itu dengan erat. Se-dewasanya seorang anak, pasti ia juga perlu pelukan hangat seorang Ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Sister
Fanfiction"Gue lebih takut kehilangan dia daripada kehilangan saudara tiri kayak lo!" Kisah dua insan yang sama" tak menginginkan orang tuanya menikah lagi hingga mereka saling membenci satu sama lain. Awalnya tinggal dalam satu atap adalah hal yang paling me...