BAB 15 : KEPALA DINGIN

201 25 0
                                    

Caca di buat terdiam kaku, ia tak tau harus berbuat apa kini tubuh moleknya tengah terduduk di sebuah kamar apartemen, lalu di mana mahen? Laki-laki dewasa itu tengah membasuh dirinya di kamar mandi saat ini, meninggalkan Caca yang kebingungan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Caca di buat terdiam kaku, ia tak tau harus berbuat apa kini tubuh moleknya tengah terduduk di sebuah kamar apartemen, lalu di mana mahen? Laki-laki dewasa itu tengah membasuh dirinya di kamar mandi saat ini, meninggalkan Caca yang kebingungan.

iya, memang benar Caca yang meminta agar mereka bisa mengobrol secara pribadi, tapi tidak harus di apartemen mahen juga.

Ceklek

Suara pintu kamar mandi yang di buka, membuat tubuh Caca semakin menegang.

"Kamu mau mandi sayang?" Tanya mahen dengan santainya, ia tidak sadar buliran air yang menetes di tubuhnya yang Shirtless membuat Caca panas dingin.

"Eh... ti... tidak."

"Baiklah, tunggu sebentar lagi ya, mas mau ganti baju."

Caca hanya mampu mengangguk tak berani menoleh ke arah mahen.

Tak butuh waktu lama mahen akhirnya selesai, kini ia membawa tubuh atletisnya itu duduk di samping Caca.

"Mas rambutnya kok nggak di keringin sih?" Tanya Caca saat melihat bulir-bulir air berjatuhan dari rambut mahen, dan membuat kasur basah.

"Biarin ajalah sayang, nanti juga kering sendiri."

"Jangan kebiasaan ah, nggak baik, mana sini handuk kecilnya Caca bantu keringin."

Tanpa membantah mahen dengan segera mengambil handuk kecil di laci, lalu memberikannya pada Caca, ia memposisikan dirinya duduk tepat di bawah kaki calon istrinya itu.

Dengan telaten Caca menggosok pelan rambut mahen yang basah kuyup, mahen tanpa sadar tersenyum tipis.

'jadi seperti ini ya rasanya jika punya pasangan?' batin mahen

"Caca... maafin mas ya." Ujar mahen tiba-tiba, membuat Caca menghentikan sejenak gerakan tangannya, lalu kembali melanjutkannya lagi tanpa membalas perkataan mahen.

Hal itu membuat mahen gelisah, langsung saja ia membalikkan badannya menghadap Chantika.

"Sayang." Kata mahen sekali lagi.

Tatapan penuh penyesalan mahen tampakkan membuat Caca tak tega jika terus mendiamkan laki-laki itu.

"Apa mas?"

"Maafin mas ya."

Caca mengehela nafas dalam, "Huftt... iya mas, Caca udah maafin mas kok, lagi pula Caca sudah dengar semua dari Daddy, dan mas nggak bersalah dalam hal ini."

Mahen menggenggam tangan lembut Caca, "Tapi kenapa Caca kayaknya nggak senang ketemu mas?"

"Bukan begitu mas, sebenarnya... Caca akhir-akhir merasa insecure, Caca merasa... nggak pantas bersanding dengan mas yang punya nama sebesar ini, Caca bukan siapa-siapa mas."

"Sayang kok begitu ngomongnya? mas nggak mau ah kamu merasa sedih cuma karena hal ini, mas nggak papa kok, pantas atau tidaknya kamu jadi istri mas kan mas yang menilai, bukan orang lain."

BOSKU CALON SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang