Suara riuh sorak-sorak penonton yang dipadukan dengan suara geberan motor yang saling besautan menambah ramai suasana malam hari ini.
Seorang wanita berambut panjang dengan pakaian yang nampak seksi di tubuh proposionalnya nampak berjalan ke tengah sirkuit balap. Di tangannya membawa bendera yang khas di acara balapan.
Wanita itu menatap para pembalap motor yang sudah bersiap melakukan balapan motor malam ini. Senyum cantik terulas dari belah bibirnya yang terpoles lipstik merah darah. Setelahnya suara lantangnya mulai mengema, "One.... Two.... Threee.... GO!" Tangannya mengangkat bendera yang sejak tadi ia bawa, menandakan balapan telah dimulai.
Sorak-sorak penonton yang berdiri di pinggir sirkuit balap semakin ramai. Mereka saling meneriakkan jagoan mereka. Sementara itu, 3 pembalap motor kini saling beradu kecepatan. Saling menyalip satu sama lain. Hingga sampai di garis finish, motor merah menyala yang menjadi pemenangnya.
"Gila sih lo emang si paling jago menang!"
Ketika motor merah itu baru saja berhenti di pinggir sirkuit, pemuda berjaket kulit sudah menyambutnya dengan heboh.
"Selamat bro. Lo dapet 100 juta malem ini. Emang temen gue yang satu ini gak ada tandingannya." Lagi. Pemuda berjaket kulit itu kembali memuji temannya sambil menepuk punggung temannya yang masih betah duduk di atas motor merah kesayangannya.
Banyu, laki-laki yang baru saja menjadi pemenang balap motor itu hanya menatap dingin temannya. Mulutnya masih terkunci rapat dan enggan untuk mengucapkan sepatah kata.
"Habis ini makan makan yuk, Nyu. Lo kan habis dapet duit banyak malem ini. Traktir gue gitu. Kan sayang tuh duit kalau gak lo gunain dengan baik."
Tak masalah dengan Banyu yang dari tadi tak menyahuti omongannya. Gavin kembali membuka suaranya.
Gavindra Putra Mahendra. Teman sekaligus sahabat satu-satunya Banyu. Laki-laki yang memiliki sifat cerewet dan banyak tingkah itu sangat betah menjadi teman setia Banyu sejak 10 tahun yang lalu.
Sedetik. Dua detik. Hingga detik kesepuluh. Banyu masih bungkam. Banyu hanya melirik sekilas Gavin yang masih berdiri disampingnya. Masih tak ingin membuka suaranya, Banyu kembali menghidupkan motornya. Sebelum tangannya menarik gas motornya, Gavin menghadang di depannya. Membuat Banyu urung membawa motornya pergi dari area sirkuit balap.
"Eh mau kemana lo? Gue daritadi sibuk ngoceh tapi lo diem aja. Lo dengerin gue gak sih, Nyu?" Tanyanya galak dengan kedua matanya menyorot Banyu dengan kesal.
Kesabarannya sudah habis ketika melihat Banyu yang sejak tadi hanya membisu. Padahal Gavin sudah mengoceh panjang kali lebar sampai mulutnya berbusa. Sudah seperti ngomong sama patung, batin Gavin kesal.
"Pulang."
Suara dingin Banyu dan tatapan matanya yang tajam mampu membuat bulu kuduk Gavin berdiri. ck, Gavin mendegus kesal ditatap seperti itu. Oh, Ayolah dia sudah berteman dengan Banyu selama 10 tahun tapi sampai sekarang sifat Banyu seperti sulit didekati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Banyu Biru
Novela Juvenil[BROTHERSHIP] Mereka kembar yang sendari kecil selalu bersama-sama kemanapun mereka pergi. Tapi takdir suka sekali mempermainkan mereka. Tepat diusia mereka yang baru menginjak 7 tahun, takdir membuat mereka berpisah. "Abang janji nggak akan pernah...