II

339 24 1
                                    

Pagi itu, Sunghoon diminta oleh orang tua nya mengantar sayur ke kerajaan, Sunghoon merasa sangat senang karena akhirnya bisa masuk ke kerajaan, karena sebelum nya orang tua nya selalu melarang Sunghoon untuk ke kerajaan maupun hanya mengantar sayur.

Sunghoon berjalan dengan senyuman tersungging di bibir nya sambil membawa tampah yang berisikan sayuran, Sunghoon tidak lupa menyapa beberapa pengawal yang ada di kerajaan, memastikan menyebarkan aura baik disana karena bagaimana pun Sunghoon masih delapan tahun.

"ini bu sayur nya" ucap Sunghoon kepada salah satu dayang disana yang memang bertugas untuk mengambil sayur. Tidak lupa sang dayang memberikan beberapa koin emas untuk membayar sayuran itu.

"terimakasih" ucap sang dayang lalu Sunghoon segera mengangguk dengan senyuman lebar.

Setelah itu, Sunghoon berjalan untuk pulang, tidak lupa Sunghoon melihat sekeliling istana, diam diam dia berharap bisa tinggal di sana. bayangan memiliki kamar besar dengan desain emas di setiap sisi nya membuat hati Sunghoon berbunga bunga.

Saat dalam perjalanan pulang, Sunghoon tidak sengaja menabrak seseorang yang lebih tinggi namun umurnya tidak jauh berbeda darinya. Koin koin yang ada di tangan Sunghoon terjatuh dan berserakan, dengan cepat Sunghoon merangkak dan mengambil satu persatu koin itu lalu berdiri.

"maaf-" ucapan Sunghoon terputus saat melihat orang yang dia tabrak.

itu Lee Heeseung, pangeran yang terkenal dengan ketampanan nya, sudah lama sekali Sunghoon ingin bertemu dengan nya tapi tidak pernah terkabulkan.

Heeseung menatap Sunghoon dengan ekspresi tenang dan netral, tanpa menunjukkan tanda-tanda kemarahan. Ia berlutut agar sejajar dengan Sunghoon, sehingga tinggi mereka sama.

"Tidak apa-apa, kamu tidak melakukan kesalahan apa pun."

Katanya, suaranya tenang dan lembut seperti suara seorang kakak.

Melihat raut wajah sedih Sunghoon, Heeseung mengernyitkan alisnya sedikit. dia tak kuasa menahan rasa peduli padanya. dia mengulurkan tangan dan meletakkannya di kepala sunghoon, mengacak-acak rambutnya dengan lembut.

"Apakah itu lututmu? Coba aku lihat."

Heeseung melihat lutut sunghoon, dan melihat bahwa lututnya merah dan memar. Dia sedikit mengernyit. Sepertinya Sunghoon telah melukai dirinya sendiri saat dia jatuh.

"Kelihatannya sakit, ya? Coba aku lihat."

Katanya sambil memegang lutut sunghoon dengan lembut dan memeriksanya. Mencari tanda-tanda cedera serius.

"awhh" rintih Sunghoon

Setelah memeriksa lukanya, Heeseung dapat mengatakan bahwa lukanya tidak serius. Hanya goresan dan sedikit memar. Ia menghela napas lega dan menatap sunghoon itu dengan ekspresi lembut.

"Kamu akan baik-baik saja. Tidak serius, hanya memar. Tapi pasti sakit, ya?" tanya heeseung, tapi lagi dan lagi Sunghoon hanya diam dan mengangguk perlahan.

Saat Sunghoon mengangguk, Heeseung dapat melihat ekspresi kesakitan di wajahnya. Ia merasakan sedikit simpati di hatinya.

"Tidak apa-apa, jangan khawatir. Aku akan mengambil sesuatu untuk membantu meredakan rasa sakitnya."

Katanya sambil menepuk lembut kepalanya Sunghoon sebelum berbalik untuk mencari peralatan medis.

Heeseung melihat beberapa perlengkapan medis di dekatnya. dia mengambil kain kasa dan sebotol salep lalu berlutut di depan Sunghoon.

Saat ia terus mengoleskan salep, Heeseung tak dapat menahan diri untuk tidak melihat ekspresi kesakitan di wajah Sunghoon. dia dapat melihat bahwa memar itu benar-benar menyakitkan.

waiting for you [Heehoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang