chapter 1

1.5K 227 39
                                    


•••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••••

"sialan, anjir anjir!"

Nalisa berjalan cepat ke depan teras rumahnya, memasang kaos kaki nya dengan brutal lalu memakai sepatu dengan cepat. dia telat lagi, catat lagi. dunia ini suka sekali rasanya membuatnya terlambat.

Nalisa Avril Aurora namanya-- gadis manis yang identik dengan poni didahinya. Gadis dengan mata seperti boneka. gadis yang menyukai segala sesuatu berwarna biru pastel, biru langit dan biru laut.

seolah ingin menambah rasa kesalnya, kaos kaki sebelah kanan itu justru tersangkut dijari jempolnya, membuat emosinya semakin naik ke ubun-ubun.

"ih masuk dong kenapasih nih kaos kaki!" gerutunya

"aaaaaaarggh, kenapa sih!"

Setelah selesai kaki jenjangnya langsung berlari kedepan rumah, membuka pagar dan menggas kelakuan larinya keluar lorong. menunggu ojek.

Saking buru burunya, dia sampai melupakan sosok mama-nya yang berdiri sejak tadi didepan pintu. sosok mama-nya itu menatap anak gadisnya dengan kepala menggeleng.
Kepalanya sibuk berpikir, entah dirinya mengidam apa saat mengandung anak itu dulu, sampai kelakuannya tidak ada yang beres.

"nurun siapa deh kelakuannya tuh anak, bikin pusing kepala aja. berdosa banget gak pamitan sama mamanya, pengen dimasukin ke perut lagi kayaknya tuh anak"

Setelah berceloteh membully anak gadisnya sendiri, dirinya kembali masuk kedalam rumah. menghela napas menghadapi anak gadis satu satunya itu.

Kembali ke Nalisa, gadis itu terengah-engah saat sampai didepan lorong. kepalanya bergerak kanan kekiri mencari tukang ojek.
Biasanya tukang ojek sudah berkumpul di pangkalan. tapi sekarang tidak ada satupun yang kelihatan, pangkalan ojek didepan lorong perumahannya itu kosong sekarang.

Nalisa ingin menangis rasanya.

"ini tukang ojek kemanasih!?, gak niat dapet duit apa gimana."

Melirik jam dipergelangan tangan kirinya, menunjukkan pukul 07.10 pagi.
Dua puluh menit lagi gerbang sekolahnya akan ditutup. jantungnya semakin berdebar kencang, kakinya dia hentak-hentakkan ke tanah.

Kesal, panik, bercampur menjadi satu. kemarin dirinya sudah kena hukum akibat terlambat. dia tidak mau lagi untuk hari ini. Tapi masalahnya semesta suka sekali sepertinya melihat dirinya memegang alat kebersihan disekolah sambil diceramahi panjang lebar oleh guru galaknya itu.

Sudah pasti gurunya yang galak itu, yang suka sekali mencela dirinya, yang super duper cerewet itu, akan puas memberinya ceramah nanti.

"oi neng!"

Tukang ojek andalannya itu akhirnya muncul juga--berteriak padanya diseberang jalan. Nalisa mendongak, pancaran senang dari mata bulat nya terpancar jelas.

you and meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang