034 || Thunder, Escape Eternity!

150 21 5
                                    

•••

"Kubah Salju!"

Sebelumnya lapisan milik Solar menghadang paling depan, menghancurkan ratusan voltra yang mengarah pada mereka, Blaze pun membantu menghancurkan. Sisa dari yang hancur tersebut merupakan zat panas dengan suhu ribuan. Maka, Ice menutup mereka dengan kubah air dan es, air untuk meleburkannya dan es di bawah sebagai fondasi pendingin air dan benteng penahan.

Sudah 10 menit mereka menunggu, tanpa tahu apa yang terjadi di luar sana. Entah bagaimana dengan Gempa, Taufan, bahkan Halilintar sendiri. Ini kuasa sang kakak, terlepas dalam tahapan lain tetapi dasar dari serangan ini, petir ini, terasa familiar. 'Apa aku harus melakukan lompatan cahaya untuk melihat dari atas?' Solar mengusap lengannya, ia bisa saja melakukan hal itu. 'Baiklah, begitu saja.'

"Kak Solar! Kak Solar mau ke mana?"

Panggilan Thorn mengalihkan perhatian Blaze dan Ice. "Aku ikut!" Blaze angkat tangan. "Ayolah! Aku ingin melakukan sesuatu juga, aku ingin segera berhadapan dengan musuh utama kita!" Sedari tadi lelaki itu sudah gemas, ia sudah cukup sabar dalam menahan sikap dadakannya. "Kak Taufan bahkan sudah maju duluan, aku tidak bisa terus diam saja!"

"Diamlah!" Sentak Ice, keduanya beradu pandang dan Ice tahu Blaze sudah mulai terpancing amarah. "Lawan kita adalah putri Gurlatan tapi dia memakai kak Halilintar sebagai tameng menghadapi kita. Jika kita tidak hati-hati, bukannya melawan putri Gurlatan, kita malah menyakiti kakak kita sendiri!" Meski membentak, tapi nada yang digunakan Ice lebih rendah dari Blaze. Caranya membentak adalah penekanan di setiap kata, tapi itu cukup tajam dan menjadi perbedaan besar di kembar itu.

Di baliknya Solar menghela napas. Dia tidak peduli, ia akan menggunakan lompatan cahaya untuk melihat apa yang terjadi. "Lompatan Cahaya!"

"Solar—!"

! ! !

"Huh?" Mata Solar terbuka lebar, baru saja keluar dan ia melihat segelintir petir mengelilinginya. 'Serangannya masih belum selesai?' Hebat sekali, dalam waktu 10 menit terdapat serangan beruntun yang bahkan belum berhenti hingga saat ini. Jika bukan karena pelindung air dan es, mungkin petir itu akan langsung menyambarnya. Solar bisa melihat air Ice sebagai konduktor mengalihkan kilatan yang menyambar agar tak mengenainya.

Di bawah kubah, Ice menghela napas panjang. 'Kukira hanya Blaze, Solar pun sama rupanya.'

"Dia pasti akan menasehatiku nanti," gumam Solar dan yah, ia pun menyadari dirinya sedikit gegabah. Ternyata sosok sekuat dan sebrutal ini ada. Masih berlindung di balik kubah Ice, Solar terbang naik untuk melihat kondisinya dari atas. Namun, yang ia lihat hanya awan hitam dengan kilatan merah kecil. 'Apa yang terjadi? Bagaimana kondisi yang lain? Apakah semua mati, bahkan pasukan Gurlatan?'

"Ombak Angin!"

DEG!

Bahkan suara dari sang kakak tidak cukup menghalau keterkejutan Solar melihat apa yang ada di balik awan itu. Angin-angin berhembusan membawa awan pergi, memberi pandangan jelas mengenai apa yang terjadi. Solar benar-benar ingin pergi ke sumber suara itu, tapi matanya masih terfokus dengan apa yang ia lihat di bawah.

"P-pasukan macam apa ini?!"

••••

"Mereka ... bukan manusia?"

Setelah kapten Koko Ci mengeluarkan device yang bisa melihat kondisi di luar dan memberi aba-aba bahwa sudah aman menurunkan tameng tanah, di saat itu Gempa menurunkan kuasanya. Bukan hanya dirinya, bahkan tim TAPOPS—yang notabenenya banyak mengandalkan kuasa robot atau sphera kuasa, bahkan dibuat ternganga oleh produksi massal yang dilakukan kerajaan Gurlatan.

ESCAPE ETERNITY ➜ HALILINTAR [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang