022 || Thunder, Escape Eternity!

872 79 23
                                    

◍ ◍ ◍ ⚡ ◍ ◍ ◍

BRUK!

'Voltra?'

Nama itu terus terngiang di kepala Halilintar, tetapi di saat yang sama ia tidak bisa menyebutkan darimana suara pemanggil itu. Halilintar menatap cermin, yang ia lihat hanyalah dirinya sendiri lalu siapa sosok Voltra yang dicari? Semuanya nampak normal, Halilintar menjalankan kehidupan seperti biasa. Namun ada satu kejadian yang membuat Halilintar yakin bahwa pemanggilan Voltra itu ada kaitannya saat seminggu yang lalu ia bangun dengan sebuah pedang di sebelahnya.

Pedang itu tidak disimpan di koleksi senjatanya, Halilintar menyimpannya di bawah tempat tidur. Ada rasa kedekatan, seolah pedang itu adalah bagian dalam dirinya yang membuat Halilintar tak ingin jauh-jauh dari pedangnya. Bahkan ke acara makan-makan istana pun Halilintar membawa pedang itu bersamanya.

"Pangeran Elektro, kulihat kau selalu membawa pedang itu bersamamu. Apa yang membuatmu siaga di istanamu sendiri?" tanya seorang pria tinggi dengan mahkota di atas kepalanya, Retak'ka. Retak'ka merupakan pencetus tujuh negara bagian dalam kerajaan Elemental, ialah yang menaungi tujuh saudara Elemental. Pria itu menunggu jawaban dari Putra Mahkotanya selagi menikmati secangkir wine di hidangan makan malam.

Pergerakan tangan Halilintar terhenti, ia terdiam memikirkan jawaban yang tak akan menyinggung sang Raja. "Tidak, Paduka. Aku merasa aman dengan pasukan yang Paduka perintahkan untuk menjaga keharmonisan istana, hanya saja pedang ini membuatku nyaman sehingga aku membawanya ke mana-mana."

Satu alis Retak'ka terangkat. "Pedang? Nyaman?"

"Terdengar seperti lelucon, tapi itu kenyataannya."

Lelaki lain di sebelah Halilintar—hingga urutan kursi nomor tujuh yang menunjukkan urutan saudara— hanya melirik heran tetapi tetap melanjutkan makan tanpa berkomentar. Salah satu dari adiknya adalah Gempa, ia memilih untuk menghormati jawaban Halilintar dengan tidak bereaksi. Taufan mengernyit tak paham, Blaze menahan tawa, Ice tidak mendengarkan, Thorn merespon: "Hah? Kok bisa?", dan Solar memutar bola mata malas.

Retak'ka tersenyum. "Kurasa itu caramu menunjukkan bahwa kau rindu latihanmu, bukan begitu Pangeran Elektro?" Tangan kekar pria itu mengambil tisu dan mengelap mulutnya elegan. "Kebetulan sekali, aku memiliki satu tugas untukmu. Datanglah ke ruanganku jika kau sudah selesai." Dengan begitu, sang Raja pamit meninggalkan ruang makan dan seluruh Putra Elementalnya berdiri untuk sebatas memberi tundukkan hormat.

Ini bukan pertama kalinya Gempa mendengar ada tugas khusus yang diberikan pada Halilintar, mata lelaki itu melirik melihat luka sayat di punggung tangan Halilintar. Gempa berdeham. "Pangeran Halilintar, jika kau membutuhkan bantuan untuk tugasmu, aku akan selalu siap membantu. Tapi jika tidak, ingatlah untuk terus menjaga kesehatanmu."

"Hm." Halilintar menyimpan alat makannya. "Aku akan pergi dahulu." Tangannya meraba pedang sekilas, ia menarik napas panjang sebelum pergi. 'Jika sebelumnya membahas mengenai tugas dan pedang, aku yakin akan ada kejutan biasa setelah aku membuka pintu ini.' Tangannya memutar kenop pelan, dan yang satunya menyiapkan pedang.

BRAK!

Benar, Halilintar bisa menduga. Sekarang gilirannya, ia mengeluarkan pedang dan menghunuskan ujung pedang tersebut. Satu dan dua serangan hanya cara untuk membuat lawan terpojok, di serangan ketiga lah Halilintar mulai mengeluarkan kuasa. "Kuasa Elemental! Tetakan pedang Hali—UGH!"

ZZZT!

| Akhirnya kau mengeluarkan kuasa pedang ini. |

DEG!

Skak yang Halilintar alami menyebabkan jeda bagi Retak'ka untuk menyerang, ia muncul di belakang pemuda itu dan langsung menyerang lehernya hingga sang putra mahkota terhempas ke meja. "Ada apa? Konsentrasimu terhambat saat kau hendak memakai pedang itu." Matanya mengamati pedang yang dimaksud, ia menyadari ada percikan petir dan tahu kuasa itu hasil Halilintar.

ESCAPE ETERNITY ➜ HALILINTAR [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang