4

591 27 2
                                    

Hari ini Alfa libur dari kesibukan mengurus kantor ayahnya, dia sengaja mengambil cuti selama sebulan untuk menenangkan diri, karena selama hampir 4 tahun ia mengurus kantor itu tak pernah sama sekali dia mengambil hari libur bahkan banyak lemburnya.

Waktu liburnya ia gunakan untuk bersih bersih apartemen, bermain game, menonton segala genre film, coli, Berolahraga, dan bersantai. Lima hari sudah di lewati dan Alfa merasa bosan, kegiatannya hanya di lakukan berulang ulang. Sebagai bujang lapuk dia juga nerasa kesepian, ingin punya pasangan tapi takut di manfaatkan. Memang jaman segini itu jaman yang rawan rawannya.

"Kontol emang, kayaknya gw salah deh ambil cuti satu bulan full. Kegiatannya gini doang pepek, mana gak ada yang ngangetun ranjang lagi. Nasib nasib"

'Aiyaiya I'm a little butterfly'

Suara dering handphone mengganggunya di kegiatan libur yang membosankan hari ini.

"Ada apa Lex? Ganggu aja lu"

"Cok lu mau di angetin kagak? "

"Boleh lah, emang lu ada orangnya? "

"Ada nih, lu satu gw satu. Tapi bayarannya agak mahal soalnya premium, bokongnya sekel semua"

"Boleh lah satu, tapi aman gak dia? Nanti penyakitan gw yang rugi"

"Free kok mereka sebelumnya gw suruh test dulu"

"Oke deh atur jam"

"Nanti sore jam 4 di apartemen **** lantai 15"

"Perempuan kan cok? "

"Boti lah ege, gw mana doyan cewe"

"Eh kontol, gw yang gak doyan laki. Gw kira lu udah gak Gey lagi main nawarin gw segala, ternyata masih Gey"

"Udahlah coba dulu, gak akan tau rasanya kalo gak di coba dulu. Kalo lu masih geli suruh aja dia pake wig atau apalah biar sama kek cewe. Lagian mereka manis, putih, badannya kecil, persis banget kayak cewe tapi ada empritnya di depan"

Alfa berpikir sejenak, tidak ada salahnya dia mencoba hal baru. Itung itung itu adalah hiburannya dikala libur, bukannya dia cari libur buat mencoba hal baru kan?

"Yaudah deh nanti gw ngikut aja, privacy aman tapi ya? "

"Kalo lu gak mau di rekam biar gw ngomong ke mereka"

"Oke"

'Tut'

Sambungan suara di matikan oleh Alfa, dia penasaran manusia jenis apa yang akan dia temui nanti sampai sampai temannya mengatakan premium. Selera temannya itu memang tak perlu di ragukan, tapi jarang jarang dia mengatakan orang tanpa ada cacatnya. Alex adalah seorang dokter tentu dia tau apa saja kekurangan dari orang yang akan berhubungan badan dengannya, tapi kali ini Alex tak mengatakan kekurangan apapun.

********

Dua orang manusia kekar sedang memencet bel sebuah apartement, sudah 10 menit mereka memencet bel tetapi belum kunjung di bukaka.

"Ngentot, lama banget. Mendingan tidur asu, ngerusak hari libur gw lu"

"Sabar napa baru juga 10 menit belum 10 abad"

"Jancok bacot"

10 menit

15 menit

30 menit 14 detik barulah mereka menemukan dua orang leleaki kecil yang sedang mrnenteng belanjaan menyapa mereka.

"Mas Alex udah lama nunggu ya? "

Alex memasang wajah ramah tamah kepada Acel dan Keynan, berbanding terbalik dengan Alex Alfa justru cemberut, mood tutun, muka di tekuk, muak dan kesal.

"Eh baru 30 menit kok dek"

"Aduh maaf ya mas, tadi key sama Acel lagi beli perlengkapan dapur soalnya bahan masaknya Acel dah menipis"

"Iya dek gapapa"

Acel hanya diam dan sesekali curi curi pandang kepada Alfa, dia merasa tertantang dengan manusia yang besar tinggi kekar ini. Tekadnya untuk di entoti manusia ini tinggi sekali.

Acel membuka pintu apartemen miliknya dan mempersilahkan kedua tamunya masuk. Mereka duduk di sofa apartment Acel, Alex dan Keynan sudah lebih dulu bermesraan manja dan saling menggoda sedangkan Alfa di biarkan begitu saja menatap heli pada dua orang yang ada di depan matanya.

"Mas Alfa sama mas Alex udah makan belum? "

"Gw udah Cel, gak tau si Alfa udah apa belom"

Acel mendekati Alfa dan memegang tangan kekar Alfa dengan lembut.

"Mas Alfa udah makan? "

"Belom"

Cuma satu kata yang di keluarkan oleh Alfa dan dari nadanya seperti tidak berminag sama sekali.

"Yuk makan dulu, aku temenin. Kebetulan tadi masak banyak"

"Huh.... Gak usah, Gw mau keluar aja. Jijik banget tai"

Deg......
Agak sakit hati Acel mendengarnya tapi dia tetap membujuk Alfa untuk makan. Kali aja Alfa belum makan dari pagi kan agak laper ya pemirsah. Walaupun tanga  Acel di hempaskan dengan keras dan agak sakit tapi ya karena Alfa ganteng ya Alfa aman.

"Emmm mas, makan aja dulu. Nanti kalau mau keluar gak apa apa kok, yuk ke dapur makan dulu"

Bagaikan membujuk toddler supaya makan, begitulah Acel membujuk Alfa. Tapi ya mungkin karena dorongan rasa lapar, setelah ber puluh puluh menit akhirnya Alfa menginjakkan kakinya ke meja makan apartemen Acel. Alex dan Keynan? Mereka berdua sudah memadu kasih di kamar tamu milik Acel.

"Ambil sendiri ya mas, aku gak tau porsi makan mas Alfa seberapa"

Alfa mengambil makanan yang sudah di suguhkan kepadanya. Menurut Alfa dari tampilannya bisa di lihat not bad lah ya, gak fau rasanya mungkin not bad juga kan gak ada yang tau orang si Alfa belum makan.

Suapan pertama membuat Alfa terdiam, rasa dari makanan Acel mirip dengan masakan ibunya. Jika begini dia jadi kangen dengan ibunya yang sudah berpulang. Dia juga ingin pulang, tapi tak suka dengan suasana yang sekarang karena sang ayah sudah menikah lagi dan memiliki keluarga baru. Walaupun keluarga barunya welcome saja ke Alfa tapi tetap saja dia merasa tak nyaman. Itu sebabnya dia memilih tinggal di rumah yang berbeda.

"Lo gak makan? "

"Udah tadi sebelum keluar aku makan dulu"

"Oh.... "

Alfa melanjytkan kegiatan makannya, terlalu menikmati hasil masakan Acel akhirnya makanannya tandas tak tersisa. Tapi dia disini mahih terasa lapar, tapi di sisi lain dia sungkan kalau harus nambah.

"Tambah lagi aja mas, kayaknya mas Alfa masih laper"

"Tau dari mana lo gw masih laper? "

"Nebak aja mas. Aku ambilin deh"

Acel mengambilkan makan untuk Alfa sambil bertanys apakah porsinya kurang atau lebih.

"Kenapa lo jual diri, jadi pelacur kayak sekarang"

Anjir ni kata katanya Alfa agak menusuk nyes jleb ke hati Acel tapi sama si Acel hanya di balas senyuman doang.

"Di tanyain malah senyum mau lo apa? "

Acel terdiam memandang Alfa dengan mata yang berkaca kaca mengingat semua kenangan buruk yang pernah dia lalui.

"Emmm sebenarnya gak semua orang jual diri itu tau dan mau mas. Aku dulu cuma anak desa polos yang di jual sama mantanku. Entahlah aku sudah terbutakan oleh cinta waktu itu, tapi aku tak punya kuasa untuk melawan. Sekarang aku mau berhenti juga gak tau gimana mau berhenti, kalau aku berhenti pun palingan gak ada yang mau sama aku. Biarlah aku begini walaupun banyak orang yang gak tulus mengelilingi aku"

Acel menutup mukanya dengan telapak tangan dan menangis tersedu sedu.

DijualTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang