| CP •5 |

185 11 1
                                    

Sore ini pada pukul 17.15.

Di gang sepi nampak beberapa preman tergeletak lemaa di tanah, disana juga ada seorang remaja berkaos singlet putih berdiri, tak jelas siapa dia, ia juga berkata "hah, sudah main-mainnya, aku mulai bosan sekarang!"

°°°°

Malam tiba .

Juna tak seperti biasanya ia membuka buku pelajaran, dan juga duduk di sofa sebelah Rafa, "eh tumben bang ikut belajar? Kenapa nih!"

"Diem napa dah, kerjain punya gue, lagi males!" niatnya untuk nyontek tenyata, "oh mau ngesalin? Bentar ya, kurang 10 nomor nih, abang main game aja dulu, ntar Rafa panggil!"

"Gue ngerjain?? kaga, lo yang kerjain buat gue, ntar kalo punya lo udah, salin ke punya gue ya, mau istirahat bentar capek!" pinta Juna lalu naik ke atas.

"Oh, oke-oke!" tanpa wajah suram atau pun haus belas kasih, Rafa tersenyum dan mengiyakan permintaan abangnya itu.

Nyatanya Juna tak benar-benar masuk kamar, ia berada di atas tangga dan melihat Rafa dari atas sana, "kejam banget gak sih gue ini? Selama setahun ia tinggal di sini, keknya gak pernah ngeganggu gue, malahan jadi entengin kerjaan mama gue, haah!" desahnya setelah membatin.

Rafa yang bosan dengan pekerjaan rumahnya, ia membuka ponsel namun ia malah bosan, akhirnya ia nonton tv dan asik sekali memindah-mindahkan channel.

Hingga jarinya terhenti saat melihat berita sekelompok preman yang di bantai seorang remaja, "hah?? Mana bisa gitu?" batinya namun bibir sedikit melengkung.

Hingga jam 8 malam, selesai dengan buku abangnya, ia merasa lelah dan istirahat sebentar, ia menaruh kepalanya di atas meja dan akhirnya tidur di sana.

Di dalam kamar Juna, ia berbaring menatap langit-langit atap, "Rafael Kaniaga? Nama yang keren, dan gue Arjuna sandiaga? Ada unsur Aganya sih!"

Lalu ponselnya berdering, ia meraih dan melihat nama Dean di sana.

Ha??

Nanti gue kerumah lu dah, kita sahabatan lama gak pernah ke rumah lo!!

Ja jangan. Ntar aja ke kafe sebelah,

Yah, ya deh iya, ntar gue ajak Rian juga.

Oke"

...

Malam ini pukul 9 malam, Juna turun dengan sehelai selimut, lalu menutupi pundak Rafa dengan selimut itu, "bobo yang tenang Fa, mimpi indah!" bisiknya lirih lalu pergi.

Juna segera menarik gasnya dan melesat ke jalanan, entah mdngapa ia malah senyum sendiri, "sialan muka Rafa gitu banget," gumamnya sambil tersenyum.

"Sampe kapan gue harus benci sama dia?? Arghhh sialan!"

Sampai di tongkrongan biasa, ia langsung duduk dan menaruh tas selempangnya, "hah capekk!" keluhnya yang baru saja datang.

Sontak dahi Dean mengkerut "heh biawak korengan, gue sama Rian sampe jadi ikan asin di sini, nungguin lo gak dateng-dateng, kemana aja sih lo?" oceh Dean.

"Ishh, ya kan masih mandi juga!"

"Heleh, paling tidur,"

"Kaga yaa, gue sibuk banget tadi!"

"Sibuk ngitung ketombenya kutu hah?? Lo aja sibuk, sibuk apa!" dumel Rian kesal.

"Ya deh iya, tidur gue tadi, capek!"

"Bodo!" maki Dean.

Perdebatan antar sahabat itu usai, lalu topik kali ini membuat Juna diam saat hendak memanggil waiters. "Eh kalian kenal gak sama Rafa anak baru itu!" ucap Rian dan Juna langsung diam.

Mata Dean menatap Juna yang diam "kenapa diem? Ray bes lu!" ucap Dean dan Juna mengerutkan dahi "Ray Bes?" tanya Juna kikuk.

"Kampungan, yang sakit di gigit anjing itu!" Dean malah kesel sendiri.
Rian tanpa pikir panjang langsung menjitak pala Dean.

"Rabies gobolk!" Rian tiba-tiba saja darah tinggi.

"Ya itu Ray, apa tadi!"

"Dongo nih bocah, Rabies Njeng!" kesal Juna dan berdiri untuk memesan makanannya. "Makin capek gue," kelihnya pergi, Dean pun nyengir malu.

Rian mendekatkan bibirnya ke telinga Dean "eh kampung!! Kalo gue malu sih teriak gitu!" bisik Rian dan Dean memajukan bibirnya geram.

°°°

Pagi ini Rafa terbangun di atas sofa, ia bingung kenapa ada selimut dan kenapa ia bisa berbaring dengan senyaman ini.

Tenyata semalam Juna pulang masih melihat Rafa tidur di sana, ia yang merasa iba pun mengangkatnya dan memindah Rafa ke atas sofa juga membenarkan selimutnya.

"Hah!! Masih banyak ternyata!" duduk di bawah sofa dan menyalin sendiri tugas itu, "beh, pusing banget di mana-mana angka semua, nih bocah kaga puyeng apa ya?" heran Juna.

...

Juna duduk di meja makan menunggu Rafa bangun, Rafa yang ingin minum pun di kejutkan olehnya. "AAAA!! Bang Juna ngapain dah!" teriak Rafa gemetar.

"Mana makanannya? Laper gue!"

Rafa menghembuskan napas kasar, menoleh ke kiri dan dengan raut muka setengah hidup membuka kulkas. "Mau makan apa?? Nanas!" ucap Rafa tiba-tiba dan ia langsung diam kikuk saat melihat Juna menatapnya sinis.

"Sial, eh bang, gak gitu refleks aja ada nanas di sini makan sandwich aja dulu, Rafa mandi dulu, asem banget nih badan!" memberi Juna sepotong sandwich dan pergi ke atas dengan tergesa-gesa.

Juna tersenyum setelah Rafa pergi, "tenyata anaknya Random, heemm!! Apa cara gue buat deketin Rafa macam ini salah ya?"

"Ah tau lah!"

....




SECRET BODYGUARD [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang