Malam hari itu Sasha dan yang lainnya bangun tengah malam dan berkumpul di sebuah tempat. Di sana ada Leaf dengan pasukan sentinel elite. Mereka berbaris tegak jumlah mereka ada 5,000 berkumpul di luar gerbang kota.
"Nona Leaf semua sudah siap... kita bisa berangkat kapan pun..."
Leaf mengangguk "kalau begitu ayo bergerak..."
Sasha mengangguk. Ia pun menghampiri Vina, Rostovina dan Kay. "Kalian bertiga... ingat... jangan menahan diri... terutama kalian berdua, Kay dan Rostovina. Aku tahu apa yang bisa kalian lakukan dan aku tahu sehebat apa kalian. Kay... jangan main main dengan musuh, ingat saja itu "Kay langsung mengangguk paham.
Sasha melanjutkan "Rostovina... jangan beri mereka ampun... mereka tidak dapat dimaafkan" Ia juga mengangguk paham.
Mereka pun bergerak dan berbaris di malam hari tanpa pencahayaan. Cahaya bulan cukup untuk menerangi jalan mereka.
Mereka pun sampai di bukit yang bagus membuat mereka dapat melihat sekitar. Mereka pun menemukan mulut dungeon. Pintu masuk dungeon itu berbentuk gerbang besar yang menempel kepada gunung. Dari bagian depan saja jelas itu adalah dungeon raksasa.
"Kita akan masuk ke sana ?" Tanya Kay. "Yah... begitulah kita akan bertarung di ruang sempit jadi bersiaplah" Tiba tiba saja Vina menepuk-nepuk pundak Sasha. "Hm ? Ada apa ?"
Vina menunjuk ke arah bukit lainnya terdapat grup orang orang. Jumlah mereka ada 25 orang. Leaf juga menyadari keberadaan mereka. "seseorang periksa orang-orang itu" Salah satu ksatria sentinel yang menaiki kuda langsung saja menuju ke arah grup di atas gunung itu. Tiba tiba saja situasi menjadi tegang apa mereka lawan ? Atau kawan ?.
Tidak lama ksatria itu kembali dengan sehat. "Nona Leaf mereka adalah tinuum bukan ancaman..." Leaf lalu mengunci pandangabnya ke arah grup dari tinuum. "Apa yang mereka lakukan di sini ?" Gumamnya.
"Tinuum ?" Tanya Sasha. "Aku ingat ibuku pernah membicarakan mereka adalah pasukan bayaran" ucap Vina. "Oh... ya sudah sih mereka tidak akan mengganggu"
"Lalu apa yang mereka lakukan di sini" tanya Rostovina. Sasha menjelaskan "Terkadang tentara bayaran menonton pertempuran dari jauh. Biasanya mereka mencari pengalaman atau hanya menonton... kelihatannya mereka menyadari kita akan bertarung dan memutuskan untuk ikut dan menonton... tapi... jumlah mereka sangat sedikit..."
Sementara itu di dalam dungeon Pulpus masih duduk pasrah tidak bisa apa apa. Tiba tiba saja sebuah gumpalan hitam muncul dari tanah dan mulai tumbuh ke atas.
"Apa yang... ini..."
Dia lalu mendapat deja vu lainnya.
"Bayangan yang di mimpi !" Rasa takutnya mulai tumbuh karena yang selanjutnya ia lihat di mimpinya itu adalah darah.
Seorang wanita dengan pakaian ketat hitam keluar dari cairan gumpalan hitam itu. Ia mengenakan masker yang menutupi hidung dan mulutnya. Matanya berwarna merah menyala.
"Nona Pulpus... saya dari tinuum datang ke sini untuk menyelamatkan Anda..."
"Huh ?" Wanita itu kemudian berjalan menuju jeruji mesi dan menyentuhnya. Tiba tiba saja seluruh jeruji besi itu mulai berkarat dan berubah menjadi abu. Ia pun mengulurkan tangannya kepada Pulpus.
Ia menerima tangannya tersebut. "Apakah Natasya dan Marsh -"
"Mereka telah mundur... ini bukan spesialisasi mereka... ataupun tugas mereka. Jika Anda ingin bertemu dengan mereka saya bisa membuat Surat permohonan kepada overseers"
"A-ah... tidak aku tidak ingin merepotkan"
Wanita itu mengangguk. Ia pun memimpin jalan melalui lorong dungeon yang kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heir Of Aurelius Valen
Fantasypahlawan telah menang dari raja iblis yang menciptakan perdamaian di dunia. walau begitu sisa sisa Kekejaman dan mahluk mahluk mengerikan masih berkeliaran di dunia yang telah damai itu. mereka masih meneror dan berkembang biak tanpa henti layaknya...