Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tepuk tangan yang begitu meriah terdengar bergema dalam ruangan kurang pencahayaan tersebut. Para penonton yang kebanyakan adalah pria, terlihat berteriak kencang sembari melemparkan lembaran uang kertas ke atas sebuah panggung kecil di depan sana.
Adalah Yoon Jeonghan, seorang penari di sebuah tempat hiburan malam. Keringatnya tampak berkilau di bawah lampu yang hanya menyorot pada dirinya. Dia tersenyum. Membuat para kaum adam di depannya menggila.
Pandangan sayu Jeonghan menyapa satu persatu para penonton setianya. Mereka semua memandang penuh damba pada dirinya. Jeonghan suka sensasi ini, sensasi dimana dirinya dipuja dan diinginkan tetapi mereka tidak bisa menggapai dirinya. Jeonghan suka saat mereka frustasi seperti itu.
Lebih banyak uang kertas dilemparkan kepada dirinya. Jeonghan menunduk sebagai ucapan terima kasihnya kepada para penonton setianya. Pemuda memabukkan itu kemudian memunguti uang-uang yang dilemparkan tadi.
Jeonghan kembali melihat ke arah penonton dan bertemu mata dengan seorang pria. Matanya menatap tajam pada Jeonghan. Kemudian sudut bibirnya terangkat bersamaan dengan alisnya yang terangkat.
Jeonghan merasakan sedikit ketakutan, hingga menjatuhkan pandangannya dan kembali fokus pada uang-uang di lantai.
Tirai ditutup karena pertunjukan telah selesai. Para penonton masih ada yang meneriakkan nama Yoon Jeonghan. Mereka begitu tergila-gila kepada pemuda indah itu. Tak terkecuali pria yang tadi bersitatap dengan Jeonghan. Setelah tirai tertutup, pandangan matanya berubah menjadi lembut, namun tetap memancarkan sesuatu yang tak terdefinisikan. Keinginan yang diselubungi oleh sesuatu yang menakutkan.
Jeonghan menyeka keringat yang membasahi wajahnya. Dia menghitung jumlah uang yang ia kumpulkan ketika tampil tadi. Dua kali lipat lebih banyak dari hari yang lalu, kedua sudut bibirnya tertarik naik. Hari ini dia bisa membayar uang sewa rumah dan membeli beras. Dia tidak perlu menahan lapar lagi seperti hari yang lalu.
Suara langkah kaki terdengar. Jeonghan menyisipkan lembaran uang tadi ke dalam sudut kaca rias miliknya. Dia dengan wajah antuasiasnya menghitung kembali uang yang tersisa.
"Jeonghan sayangku."
Seorang wanita dengan dandanan berlebihan memasuki ruangan. Bau parfumnya begitu menyengat hingga Jeonghan mengerutkan hidungnya. Wanita itu berjalan mendekati Jeonghan yang tersenyum. Dia kemudian menciumi kedua pipi Jeonghan dengan bibir yang di tutupi gincu kelewat merah miliknya.
"Kerja bagus sayang. Lihat para bedebah itu berlutut di kakimu." Ucapnya sembari mengelus sensual leher Jeonghan hingga menimbulkan sensasi merinding pada pemuda itu.
"Bagaimana hasilnya, sayang?" Bisiknya di telinga Jeonghan yang memejamkan mata. Berusaha untuk menahan diri agar tidak mendorong wanita itu menjauh.
"Lebih banyak dari kemarin, Mama." Jeonghan melirik tumpukan uang kertas yang masih terlipat di atas meja rias.