trip 03; a raindrop on a lotus leaf

1.1K 94 15
                                    

Warn: angst, major character dead, toxic, abuse, obsessed character, suicide, rape, tragic.

"Yang Mulia, pasukan dari pemberontak telah memasuki istana!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yang Mulia, pasukan dari pemberontak telah memasuki istana!"

Seorang pelayan terlihat berlari dengan tergopoh-gopoh ke dalam ruangan temaram dengan sedikit berkas cahaya yang masuk dari sela-sela gorden. Di depan jendela itu berdiri seorang pemuda, berpakaian putih, rambut panjang hingga pinggangnya, sosok kurus dan terlihat rapuh. Bahkan tubuhnya memancarkan aroma herbal yang kuat.

"Mari kita pergi dari sini, Yang Mulia!" Sang pelayan, seorang pria berpakaian rapi berwarna kecoklatan memasukkan secara asal beberapa pakaian dan juga botol-botol berisi obat-obatan herbal ke dalam satu kain besar.

Sang pria yang di panggil Yang Mulia itu berbalik, memamerkan wajah pucat namun indah miliknya. Seperti patung porselen yang di pahat dengan sepenuh hati dan tanpa cacat.

Dia berjalan mendekati pelayannya dan membantu memasukkan apa yang mereka perlukan. Di wajahnya yang lembut terukir ekspresi panik dan takut.

Sang pelayan bergerak meraih mantel tebal yang memiliki tudung, ia memakaikan benda itu kepada yang dilayaninya itu. Memperhatikan tubuh sang Tuan sebentar sebelum menarik tangan kurus dan halus itu. Keduanya berlari di lorong-lorong istana yang terlihat sangat ramai orang yang berlarian kesana-kemari.

"Yoon Jeonghan!"

Sang pemuda berpakaian putih itu berjengit terkejut dan hendak berhenti di tempatnya. Namun sang pelayan menarik tangannya dengan kuat dan mereka berlari berusaha meninggalkan istana. Pemuda dalam balutan mantel tebal itu terlihat membuka mulutnya untuk bernafas, di kening yang halus menetes beberapa bulir keringat. Dari mulutnya keluar asap menandakan udara dingin yang menyiksa itu.

Kakinya menginjak rerumputan di belakang istana. Hingga sampailah mereka di tembok besar di belakang istana. Tembok yang terbuat dari batu besar yang di tutupi oleh tanaman-tanaman merambat, menandakan usia tembok yang tak muda.

Chan bergerak cepat merobek lapisan akal tanaman merambat itu, lalu dengan tangannya ia membongkar tumpukan batu yang menyusun tembok. Sementara Jeonghan berdiri di belakangnya dengan nafas yang terdengar jarang. Dengan pelan, Jeonghan berjalan di belakang Chan sang pelayan dan tangan halusnya yang seperti giok bergerak untuk menbantu membongkar batu-batu itu.

Setetes darah terjatuh ke atas tanah dan kini tangan halus Jeonghan yang kotor oleh tanah berwarna merah karena darahnya sendiri. Ujung jarinya yang halus di gores oleh bebatuan tajam itu, namun itu tak membuat Jeonghan berhenti untuk terus membantu Chan. Hingga akhirnya tembok itu berlubang menembus kepada hutan lebat di belakang istana.

Chan memiliki senyum bahagia di bibirnya, namun melihat sang Tuan yang terjatuh dengan lemah, Chan menarik kembali senyumannya. Pemuda itu mengangkat tubuh lemas sang Tuan ke atas punggungnya dan membawanya memasuki hutan lebat dan gelap di depannya. Mereka menghilang meninggalkan seorang pria yang berdiri dengan raut wajah menakutkan tepat di belakang mereka.

Rollercoaster [CheolHan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang