「 𝟎𝟗 」

103 85 53
                                    

Hampir tiga tahun mereka berada dalam bangunan itu. Bangunan yang katanya tempat mendapatkan ilmu, tempat mendapatkan banyak teman sekaligus musuh.

Biar diperkenalkan, karena sejak pertama kali, kami belum membahasnya.

ARCE-HS (Academy Arcane School) alias sekolah yang berbeda dengan sekolah pada umumnya. Sekolah ini didirikan pada tujuh tahun yang lalu. Terdengar masih baru. Sekolah yang kata orang sangat menjunjung tinggi kemenangan. Sekalipun ada kekalahan, sekolah ini pasti akan bertindak.

Sejarah ARCE-HS tidak banyak. Sekolah nuansa hitam, sama seperti yang ada, sekolah itu misterius. Sejauh ini, angkatan delapan adalah angkatan terbaik. Tiga tahun berturut-turut, mereka semua bisa bertahan di ARCE-HS, tanpa ada kendala. Tentu saja, hanya tujuh orang. Karena sisanya menghilang bak ditelan ombak.

Pendiri ARCE-HS pun tidak banyak yang tau. Para guru mungkin saja, tapi para murid sama sekali.

Seharusnya mereka tidak menyesal bisa memasuki bangunan terkenal dengan kehebatan itu bukan? Namun, anehnya ... mereka semua tidak menyadari banyak hal janggal yang terjadi. Termasuk dari awal didirikannya sekolah ini.

Jadi, mereka yang hilang itu ke mana?

Apakah karena mati sia-sia karena telah kalah?

"Kita harus bangga? Apa harus joget-joget?" Taehyung menautkan kedua alisnya, bingung.

Sejauh ini, ini yang paling jauh. Taehyung tidak tau kapan permainan ini akan selesai. Game ujian sekolah, yang siapa tidak bisa mendapat kemenangan, maka dia akan musnah.

Bukankah itu terdengar kejam?

Sudah dua tahun lebih ia bersekolah di sini. Bersama enam temannya yang lain, tapi Taehyung tidak menampik. Bahwa ia telah banyak kehilangan, termasuk dirinya sendiri.

"Kayang aja, udah lama kita nggak olahraga," sahut Jimin. Raut wajahnya berbinar memancarkan aura keceriaan. Ia sama sekali tidak menyadari, ada pasang mata menatapnya dengan tatapan dalam.

"Waktunya istirahat, digunain dengan baik." Namjoon mengeluarkan suara lembut.

Taehyung merosotkan bahu sambil bergumam, "Kangen banget sama Jungkook."

"Sama, gue juga," kata Seokjin.

Di hari biasa saat di sekolah, pasti mereka tidak akan bermain sampai tengah malam. Namun, jika waktunya ujian tiba, semua murid layaknya berada dalam asrama. Menginap bahkan bisa berhari-hari lamanya. Para orang tua memaklumi hal tersebut, sebab beliau-beliau tau. Lebih tepatnya, tidak tau jika nyawa anak mereka dipertaruhkan di sana.

Tentu saja, siapa yang peduli?

Selagi masalah pendidikan bagus, semua akan bisa diatasi. Termasuk harus mengorbankan sesuatu berharganya.

"Rasanya gue deg-degan, Hyung." Hoseok memegangi dadanya─tepat di bagian jantung, ia bisa merasakan degupan cepat. Aliran darahnya mengalir deras selaras napasnya semakin memberat.

Yoongi segera merangkul Hoseok. "Jangan terlalu dipikir, semua akan baik-baik aja."

Walaupun cuma sepuluh persen.

Bukan hal mengherankan lagi jika Hoseok akan mengalami hal tersebut. Berulangkali─tak terhitung lagi. Hoseok tidak boleh berpikir keras, tidak boleh panik dan juga ... Hoseok seharusnya tidak dibiarkan begadang.

Namun, malam ini ... mimpi buruk itu harus datang. Terpaksa, harus mau, Hoseok melakukannya. Karena game ini termasuk dari bagian hidupnya. Hidup Hoseok bergantung pada malam ini. Juga malam seterusnya, mungkin.

Exam Games Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang