"GILAAAAA! JEON JUNGKOOK UDAH BALIK!"
"LIHAT TUH, LIHAT! TAMBAH GANTENG AJA YA?!?!"
"Tapi kalian ngerasa aneh nggak sih? Dia nggak ada luka sama sekali loh."
"Ck, nggak tau aja orang kata gimana. Pasti Jungkook udah berobat dan ngeluarin banyak uang buat ngilangin bekas luka dia, makanya nggak ada sisa sama sekali."
"Betul tuh! Bisa jadi kayak gitu."
"NGGAK PAPA SUMPAH NGGAK PAPA! DIA TETEP GANTENG APA ADANYA KOK!"
Seruan demi seruan menyeruak di halaman sekolah Akademi Arcane. Terutama bagi semua siswi, mereka berbondong-bondong keluar hanya untuk melihat sosok pria tampan kembali menginjakkan kaki setelah sekian lama. Jeon Jungkook, nama yang melegenda sejak awal menjadi murid Akademi Arcane. Dia tampan? Iya. Dia cerdas? Oh tentu. Dia berasal dari keluarga berada? Jelas. Jungkook memang sempurna, tapi sayang tidak ada yang tau 'kan sifat asli seseorang itu bagaimana?
Dari gedung belakang, Jay mengamati kedatangan Jungkook dengan raut biasa saja, seolah itu bukanlah hal yang patut dielu-elukan. Jay kerap bersikap seperti itu, ia tidak ingin terlihat dengan kehidupan orang lain. Selagi itu membuatnya tenang, Jay malas berurusan terhadap manusia.
Berbeda dari kebanyakan orang yang senang atas kehadiran Jungkook, maka berbeda dengan Jay. Ia memilih berdiri tegak di rooftop sambil memandangi kejadian itu dari atas.
"Jay."
Sang empu menoleh. Ia tersenyum tipis melihat seseorang yang datang. Tepatnya, senyuman remeh. "Kenapa di sini? Nggak disambut pangerannya?" tanyanya tanpa basa-basi. Jay memang tipe orang yang jika berbicara akan ceplas-ceplos dan apa adanya. Jika saja yang mendengar itu adalah orang tua, maka dipastikan ia dilabeli anak tak punya etika.
Bibir Seokjin berkedut. "Pangeran yang mana? Di sini banyak pangerannya, nggak cuma satu."
"Tuh, sahabat baik lo," ujar Jay menekankan kata 'sahabat baik' seperti memiliki dendam tersendiri.
Seokjin hanya berdecak saja, tidak menanggapi candaan Jay. Ia kemudian duduk pada pembatas rooftop tanpa takut. Jadilah sekarang ia berhadapan dengan Jay yang setia berdiri. "Gue bingung, ngerasa aneh juga."
"Hm, kenapa? Apa tentang obat itu?"
Seokjin menghela napas berat. "Bukan. Kalau masalah itu kita diskusiin aja pas di rumah, jangan di sini. Gue yakin banyak kuping pajangan."
"Terus tentang apa dong?"
"Aneh nggak sih? Kita lihat sendiri pas di game itu Soobin ketabrak kereta, iya 'kan?"
Jay mengangguk, ia sangat ingat betul kejadian itu.
"Tapi kenapa dia bisa balik lagi ke sini? Sedangkan Sunoo malah nggak ada."
"Sunoo ada," bantah Jay.
"Hah? Terus dia di mana sekarang?"
"Sunoo di rumah sakit, dia dirawat. Gue nggak tau kejadian awalnya gimana, tapi Sunoo bilang tulang tangannya retak. Makanya harus nunggu bener-bener pulih dulu baru bisa sekolah," jelas Jay.
Seokjin mengusap dagu, ciri khasnya ketika tengah berpikir dengan matanya yang terus menatap ke arah lain. "Di kelas gue yang nggak hadir ... hadir semua. Termasuk Jimin sama Namjoon. Dan sekarang Jungkook ikut masuk."
Jay ikut terdiam. "Di kelas gue semua hadir, kecuali Sunoo. Bahkan Jungwon ada di kelas, nggak ada bekas luka sama sekali. Dia kayak ... orang sehat yang bener-bener sehat."
"Apa ... jangan-jangan kita juga kena obat itu? Tapi konyol juga karena kita nggak pernah ketemu sama monster yang mereka maksud."
"Gue yakin, Hyung. Kemarin itu kejadian nyata. Cuma yang kena obat itu bakal nggak inget atau mungkin menganggap itu cuma mimpi."
