Chapter 4

4 0 0
                                    

hehe kayak ny chapt ini chapt ter duar duar

selamat baca

Sehabis mengantar Tiara ke rumah teman nya, Lucius langsung pergi ke arah toko permen yang gak jauh dari sana.

Sesampai nya di toko tersebut, dia buru-buru nyari coklat untuk si 'seseorang' itu. Takut nya 'seseorang' itu sudah berangkat, jadi dia harus buru-buru.

"Ini kayak nya enak." Bisik nya ke diri sendiri sambil memengang batang dark chocolate. "Mahal si. Tapi kayak nya worth it."

Akhirnya dia memutuskan untuk membeli coklat itu dan beberapa permen-permen lain nya.

"Jadi berapa?" Tanya nya saat di kasir.

"140rb."

"Buset, permen doang segitu harga nya." Katanya di dalam hati sambil memberikan uang nya ke kasir.

Tadinya Lucius ingin membelikan beberapa barang lain, tapi melihat dompet nya yang sudah tipis dia gak jadi.

Tanpa aba-aba, Lucius langsung ngebut ke arah rumah orang itu. Tapi saat di jalan langit tiba-tiba gelap. Rintik-rintik hujan mulai turun.

"Yah, hujan lagi." Gumam nya sambil menginjak gas.

Akhir nya dia sampai juga di rumah 'seseorang' yang dia maksud. Ternyata itu Seth. Niat Lucius itu mau berterima kasih buat kalung yang di beri ke adek nya, makanya dia sampe se-effort itu.

Tetep aja, walaupun Lucius udah naik mobil, dia masih harus jalan beberapa langkah ke teras rumah Seth yang agak jauh dari tempat parkir nya.

"Seth!" Teriak nya sambil mengetok pintu, rambut nya yang rapih malah jadi basah dan berantakan. Sama saja kayak baju nya. Untung hadiah untuk Seth gak basah.

"Ya?" Seth yang mendengar suara dari luar langsung membuka pintu. Mata nya sedikit melebar, ngapain anak itu kesini? tanya nya ke diri sendiri.

"Hehe, boleh masuk dulu gak?" Senyum Lucius.

"Ngapain kesini?" Tanya Seth tanpa menjawab pertanyaan Lucius lebih dahulu.

"Gw bawa hadiah buat lu."

"Buat apa?"

"Buat berterima kasih karna udah ngasih kalung ke adek-" Belum juga selesai ngomong, Lucius yang udah kedinginan bersin.

"Masuk dulu." Kata Seth, dia langsung memegang paksa tangan nya untuk masuk. "Duduk dulu di kursi, gw bawain handuk."

"Makasih." Ucap Lucius. Menurut nya Seth lucu, apalagi pas dia khawatir dengan keadaan Lucius tadi.

"Nih." Kata Seth sambil memberikan handuk sebelum duduk di samping Lucius. "Lu kenapa ampe hujan-hujanan dah?"

"Basah sedikit doang."

"Pret, tadi aja bersin."

"Emang gw udah sakit dari 2 hari lalu, Seth." Jawabnya dengan lembut. Yah, semenjak Seth ngasih kalung itu Lucius jadi baik ke dia.

Seth hanya ber-oh saja saat dia bilang begitu. "Mau teh anget?"

"Gak usah. Oh ya, nih." Lucius menyodorkan paperbag yang berisi permen dan coklat.

Seth yang membuka paperbag itu langsung menghadap ke Lucius. "Gw gak suka manis."

Lucius yang mendengar itu langsung terdiam. Dia kira Seth suka manis, dari tampang nya udah kayak penyuka manis soal nya.

"Tapi gapapa. Makasih buat effort nya." Seth langsung tersenyum.

Melihat senyuman Seth, pipi Lucius memerah sedikit. Rasa nya kayak pengan di hap. "Oh, yaudah. Kasih aja ke pembantu mu kalo gak."

"Emang itu rencana nya."

"Gw.. boleh gak diem disini dulu? setidak nya sampe adek gw minta di jemput. Biar sekalian gitu."

"Boleh, asalkan lu gak berantakin rumah gw."

"Emang nya gw anak kecil? Umur gw 18 tahun." Jawab Lucius yang emang merasa di katain.

"Gw 25. Dibanding umur gw, lu tuh masih bocil ingusan." Dia menggoda nya.

"Seth, lu udah punya pacar?"

"Belum. Kenapa?"

"Gapapa." Diam-Diam Lucius malah seneng pas Seth jawab 'belum'. "Kan sekolah gw deket sini. Kalo gw kapan-kapan nginep gapapa?"

"Serah sih, gw juga agak sepi disini."

Lucius sedikit tertawa sebelum ngomong, "Udah tua kesepian. Kasian banget deh nasib orang tua ini."

"Brisik. Umur gw masih muda."

"Kalah muda sama gw."

Seth hanya memutar bola mata nya sebelum bertanya, "Lu kedinginan gak?"

"Iya, butuh pelukan ayang."

"Yang bener, njing."

"Iya gw kedinginan. Emang kenapa?"

"Mau gw bikinin teh? Atau selimut mau?"

"Ih, perhatian banget." Goda si Lucius ke Seth.

"Najis. Jawab yang bener napa."

"Mau dipeluk lu boleh gak?" Ceplos Lucius. Bukannya malu dia malah senyum-senyum.

"Gak, lu bau. Cabul lagi."

"Dih, gak yah." Lucius yang tadi nya senyum malah manyun karna ucapan Seth. "Sethan."

"Gak sopan ke yang lebih tua." Gumam Seth.

Lucius hanya tertawa. "Lu cantik."

"Gw cowok."

"Iya, tapi muka lu cantik. Kalo lu cewek udah gw ewe."

"Cabul. Pulang sono, takut gw."

"Gak mau pulang." Jawab Lucius, niat nya emang mau lebih lama di rumah Seth, tapi adek nya malah keburu nelpon minta di jemput. "Gak bisa pulang sendiri?"

"ADEK ADUIN KE AYAH ABANG PACARAN."

"GW BUKAN JOMOK."

"YAUDAH SINI."

"YAUDAH GAK USAH NGEGAS."

"YAUDAH." Ucap Tiara sebelum mematikan telpon.

"Maaf ya, tadi nya gw pengen lebih lama, tapi si Tiara nya ngeselin."

"Iya, gapapa. Kapan-kapan jangan kesini lagi ya."

"Dih, di usir." Gumam nya sambil berdiri dari kursi. "Dadah."

"Jan ngebut-ngebut."

"Aw, care banget sih." Goda si Lucius sambil keluar rumah Seth.

-----------------------------------------------------------

segini dulu lah

sedikit aja jangan banyak banyak

Cuma KenalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang