Chapter 6

1 0 0
                                    

selamat baca

"HEH, gak yah."

Lucius hanya tertawa kecil, sedikit kecewa. Emang sih salah waktu dia ngajak nya. "Cantik."

"Siapa?"

"Lu." Senyum Lucius. "Bisa masak gak?"

"Bisa, tapi jarang masak gw. Paling kalo chef nya gak masuk." Jawab Seth dengan bangga nya.

"Ih, idaman banget." Goda Lucius.

"Najis. Siapa juga yang mau sama lu. Genit, cabul, paket lengkap lah."

"Ya kalo begitu-" Lagi-lagi omongan Lucius di potong dengan dering telpon ponsel nya. Ternyata itu ayah nya.

"Lucius. Ayah ada kerjaan di luar kota, ibu sama adek mu mau ikut, kamu mau ikut juga atau gimana?" Tanya ayah nya.

"Tumben ajak keluarga."

"Kebetulan banyak wisata gitu disana. Jadi ibu mu maksa. Adek mu sama aja lagi."

Tadinya Lucius pengen ikut, tapi dia baru inget, kan kalo keluarga nya gak dirumah dia bisa nginep. Kalo nginep bisa dirumah Seth dengan alasan, lebih deket ke sekolah. "Lucius gak ikut yah. Luci mau nginep dirumah temen."

"Ya sudah kalau begitu. Jangan bikin masalah disekolah kamu."

"Iya." Senyum Lucius. Rada cabul senyum nya.

"Kamu kesini dulu, ambil baju sama kunci, sekalian pamitan." Ucap ayah nya. Ayah nya udah biasa kalo denger Lucius nginep. Itu pun kadang Lucius gak minta izin dulu.

"Siap, bentar lagi Lucius ke situ." Setelah bilang begitu ayahnya langsung mematikan telpon. "Seth, gw ke rumah dulu ya. Ambil baju."

"Ngapain emang?"

"Buat nginep."

"Dimana?"

"Di sini."

"Buat apa, anjing."

"Lu tega ninggalin anak kecil di rumah sendirian?"

"Lu udah gede bego."

"Tega lu?" Manyun Lucius, yah tega gak tega tetep aja. Pasti Seth terpaksa.

"2 hari."

"5 hari. Ortu gw pergi selama 6 hari soal nya." Senyum Lucius. Ide-ide gajelas nya sudah mulai menampakkan diri di otak Lucius.

"Yaudah, sono ambil dulu baju lu. Gw gak mau ya minjemin."

"Badan lu juga kayak nya 2 kali lipat lebih kecil dari gw." Goda Lucius sembari berdiri dari kasur. "Tungguin yahh, sayang ku." Senyum Lucius sambil berjalan keluar.

"Najis, geli gw ngeliat nya."

Sambil menunggu Lucius, Seth akhirnya main sama Chooky. Yah, satu dua kali si Seth di cakar, salah siapa kucing mau makan malah di gendong-gendong.

"Ayang Seth! Dimana kamuuu." Teriak Lucius sambil masuk kedalam rumah Seth.

Seketika semua mata menuju Lucius dan Seth. Nah loh, ntar di jadiin bahan gosip pembantunya lagi. "Berisik. Lu manggil-manggil gitu lagi gw aduin bapak lu."

"Oke, om." Senyum Lucius sambil menaruh tas nya sembarangan.

"Gw masih muda, goblok."

"Oh, oke bang." Seth yang makin lama makin kesel akhir nya menyentil dahi Lucius. "Aw, atit."

"Jijik. Mandi dulu sana, barang-barang lu taro di kamar kosong sebrang kamar gw tdi."

"Lah, nggak tidur bareng aja?"

"NAJIS, NGGAK YAH." Ucap Seth, suara nya rada di naikkan, lagian pertanyaan Lucius bikin kaget. "Dah ah, sono mandi. Bau mulut lu."

"Ih, atit ati atu." Senyum tengil Lucius muncul sambil dia mengangkat ransel nya menuju Lantai atas.

"Mas Seth, mas suka cowok?"

"Nggak yah. Dia jelek. Atutid nya jelek."

"Attitude kali, mas." Jawab pembantu yang tadi bertanya.

"Sama aja. Udah, saya mau ke atas dulu."

"Mas, gak baik loh ngintip-ngintip orang mandi." Chef Seth yang sedang masak makan siang gak sengaja keceplosan.

"Heh, nggak yah." Jawab Seth. Muka nya memerah sedikit. Tapi kan dia harus terlihat cool di depan pembantu nya.

Sambil berjalan ke kamar nya, Seth kepikiran mau ngapain ada Lucius disini? kalo cuma diem-dieman di rumah nanti Lucius nggak mau lagi ke rumah. Yah, walau dia sendiri rada bodo amatan, tetep aja dia mau kok ada temen di rumah.

"Ngapain ya." Tanya Seth ke diri sendiri sambil tiduran di kasur. "Kalo gw ajak jalan mau gak yah."

"Mau kok." Ternyata Lucius baru keluar kamar mandi, dia masih pake handuk doang. "Tapi di rumah bareng kamu juga udah seneng aku."

"Bisa nggak sih ngetok pintu dulu?" Gumam Seth, mata nya sedikit mengarah badan Lucius yang masih basah.

"Lu sendiri yang gak nutup pintu." Senyum Lucius.

"Pake baju dulu sono."

"Nggak ah. Kayak nya lu suka gw begini."

"Najis. Sono pake."

"Kalo nggak mau gimana?" Tanya Lucius sambil berjalan menghampiri Seth.

"Yang malu gw."

"Halah, alesan." Muka Lucius gak jauh dari Seth. Bahkan hitungan Sentimeter. "Lu dari deket makin cantik keliatan nya." Gumam Lucius, tangan nya tiba-tiba memegang pinggang Seth.

"Pake baju dulu, bego. Malu-maluin lu mah." Manyun Seth, muka nya sedikit memerah. Baju yang Seth pakai kena air dari tubuh Lucius sedikit.

"Diatas nggak ada orang ini. Sekali-kali gapapa lah." Senyuman Lucius berganti dengan seringai khas nya.

"Lu kenapa dah." Gumam Seth. "Serem tau nggak."

"Lu suka nggak sih sama gw sebenernya?" Tanya Lucius sambil mengangkat satu alis nya.

"Nggak tau."

"Boong. Ketauan banget." Senyum Lucius.

"Mas! Makan siang nya sudah siap." Terdengar suara salah satu pembantu Seth yang diiringi dengan langkah kaki menaiki anak tangga.

Dengan panik nya Seth mendorong tubuh Lucius sebelum pembantu nya berpikir yang tidak-tidak. "Oh, iya, mba. Bentar."

"Kok di dorong?"

Seth memutar bola mata nya sebelum berjalan keluar. "Gw tunggu di bawah."

"Nah kan, ngambek."

-----------------------------------------------------------

sori ges jarang up

tapi bakal aku coba sebisa buat up yah

Cuma KenalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang