07. Masih Jauh dari Kata Selesai.

281 58 11
                                    

Mereka dua dikagetkan sesuatu yang tiba-tiba menabrak mobil mereka.

Caine memutuskan untuk turun, melihat sebuah kelapa. Ia menghampirinya disusul Garin yang takut-takut. Caine bingung, menatap sekeliling.

Nggak ada pohon Kelapa bjir.

"Caine, ini... Nyeremin sumpah, Caine! Kelapa darimana coba, disini nggak ada pohon kelapa." Garin gemetar, ia menggenggam erat tangan Caine dengan panik.

Caine mengedarkan pandangannya, menatap penginapan tua di ujung jalan. Ia berjalan terlebih dahulu, diikuti Garin.

Caine menghampiri wanita tua yang menyapu dihalaman itu. ,

"Selamat Malam." sapa nya.

Wanita tua mendongak dan menatapnya dengan kasar. "Apa, apa... Kalian, pasti kalian orang tidak tahu malu yang mau menumpang? Bah!"

Caine mengernyit, "Ya."

"Tidak! Tidak ada tempat, pergi kalian. Pergi!" amuk Wanita itu.

Garin menarik ujung baju Caine, berharap mereka segera pergi dari sini.

"Empat Juta, untuk satu malam." ujar Caine.

Mata wanita itu tiba-tiba berubah menjadi cerah, ia mengubah nada bicaranya menjadi ramah. "Tentu, tentu. Aku perlihatkan kamarnya."

Mereka dituntun masuk melewati lorong-lorong sunyi yang pencahayaan nya temaram. Sampai di salah satu ruangan, wanita itu memberikan kuncinya dan pergi dengan riang bersama uang di pelukan nya.

Cklek

Pintu dibuka, debu berterbangan. Caine dan Garin sama-sama menelisik seisi ruangan. Ada dua kasur usang dan satu lemari berdebu, seluruh ruangannya penuh debu.

Garin menatap ngeri pada ruangan yang pencahayaannya bergantung pada satu lentera di sudut. "Buset, empat juta mahal amat buat tempat buluk."

Caine melirik sebentar sebelum akhirnya melangkah masuk kedalam ruangan tersebut, diikuti Garin.

Tangannya menyentuh debu diatas meja kecil di sudut ruangan. "Debu nya banyak, kemungkinan udah lama enggak dipakai."

Garin mengangguk. Ia menatap seisi ruangan dengan cemberut.

"Terus kita tidur dimana, Caine?" ujarnya.

Caine melirik. "Bersihin dulu aja, Rin. Setidaknya kasurnya, di lemari ada selimut bersih kok."

Garin memandangi kasur kotor itu dengan acuh tak acuh. "Nyebelin."

Garin berdecak, tapi tetap melakukan apa yang dikatakan Caine. Ia melakukan dengan serangkaian gerakan malas dan lambat.

Caine meliriknya dan tertawa kecil, dan mulai merapihkan kasurnya juga.

Setelah selesai, keduanya langsung bersiap untuk tidur. Mereka melepas sepatu mereka dan berbaring nyaman diatas kasur sederhana. Saat mereka bergerak diatas kasur, akan ada suara derit besi yang terdengar di penjuru ruangan.

Pada akhirnya, keduanya jatuh kedalam mimpi bersama.

.
.
.

00.00

Garin enggan membuka mata sama sekali karena ini adalah tidur nyenyak sehabis melepas lelah. Tapi kenapa ia merasa ada yang menepuk pipinya lagi dan lagi?!

Garin membuka matanya yang berat, ia tersentak kala wajah seseorang muncul didepan wajahnya. "Ah!"

Caine dengan segera membekap mulutnya, "Sst."

Garin mengangguk buru-buru, dan Caine langsung menarik tangannya. Garin dengan cepat duduk diatas kasur, serangkaian gerakannya menyebabkan derit besi terdengar.

PAYTONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang