Aku ingat perasaan itu. Perasaan dimana tangan ibu yang hangat memegang tangan ku yang kecil sambil berbincang dan tertawa bersama. Dan aku pun ingat saat dimana ibu yang beranjak pergi dari rumah dan entah kemana dia pergi. Ayah... Aku pun tidak tahu ayah pergi kemana, dia pergi dengan amarah yang meluap-luap setelah menampar ibu. Mereka.. Mereka tidak ada lagi bersamaku sekarang, dan aku sendirian disini.
Aku yang masih berumur 4 tahun tidak tahu apa apa soal apa yang terjadi. Aku menjalani hari yang biasa saja, yaa seperti tidak terjadi apa-apa. Aku belajar, bermain, bersenang-senang, seperti anak pada umumnya. dan tidak terasa 1 tahun pun berlalu, aku yang merasa heran mengapa orang tuaku tidak kunjung pulang selama 1 tahun ini sehingga aku bertanya kepada nenekku "Enin.. Ibu sama ayah kok ga pulang-pulang yaa? mereka kemana?." Tanyaku
"Nanti juga mereka pulang kok re, disini juga kan ada enin." jawab nenekku.
"Tapi rehan kangen sama mereka, rehan nakal ya nin?, Kok mereka ninggalin rehan?." ucap aku dengan mata berkaca-kaca.
"Engga.. Rehan ga nakal kok, mamah sama papah cuman pergi kerja jauh aja, nanti mereka pulang." Ucap nenek dengan kalimat yang menenangkan.
"Tapi.. Tapi rehan kangen nin.. Hwaa..Rehan mau ayah sama ibu pulang.." Ucap aku sambil menangis.
"Iyaa re, enin ngerti.. rehan yang sabar yaa, Rehan kan anak kuat.." Ucap nenek sambil menangis juga. Waktu itu aku terus menerus menangis di pelukan nenekku sampai tertidur.
Aku pun melanjutkan hidup seperti biasa dan tinggal bersama nenekku saja. nenekku yang merawat ku, memanjakan ku, mengantarku ke sekolah, dan membuat tempat dimana aku bisa mendapatkan kenyamanan yang mungkin bisa meredakan rasa rindu kepada orang tuaku.
-1 Tahun kemudian-
Hari ini adalah hari dimana aku berulang tahun yang ke 6 tahun. Aku merasakan bahagia karena ulang tahun ku yang sekarang dirayakan oleh keluarga ku.
"Happy birthday to you.." "Happy birthday to you.." Nyanyian keluarga ku didalam rumah sambil bertepuk-tepuk tangan.
Aku bahagia.. aku senang.. dan juga sedih. Selama 2 tahun, tidak bertemu dengan orang tuaku benar benar membuatku merasa kehilangan. "Rehan.. Sok ditiup lilinya sekarang terus berdoa minta sesuatu semoga di kabulin." Ucap tanteku sambil mengusap rambutku. Aku pun meniup lilin dan berdoa "Ya allah.. Semoga ayah sama ibu pulang dari kerjaannya yang jauh. Aminn.." Aku tidak bergumam, tapi aku mengatakan itu sehingga membuat keluarga ku menangis mendengar doaku dan tanteku pun memeluk ku.
Umurku sudah genap 6 tahun, dan tahun ini aku sudah mulai masuk sekolah dasar yaitu SD. Memang umurku itu masih terbilang muda untuk masuk SD di umur 6 tahun tapi itu saran dari tanteku, dan nenekku setuju setuju saja.
Aku gemar berolahraga, apalagi sepak bola. Aku juga gemar membaca dan belajar, dan terbilang aku amat berminat belajar dan beraktivitas. Di lingkungan rumah, aku sering bersosialisasi dengan yang lain. Teman ku cukup banyak dan aku mempunyai sahabat dekat yang bernama zidan dan alvin. Kita sering bermain bersama dan aku sangat menyukai mereka. Kemudian pada saat itu aku bermain bersama mereka."Sekarang kita main apa yaa .." Ucapku kepada teman temanku.
Posisi disitu ada 5 orang. Ada Zidan,Alvin,Rekha,Yanuar,Dan juga aku. "Kita main boy-boy an aja." Ucap Yanuar yang memberikan saran. Boy-boyan adalah permainan kucing-kucingan yang dimana kita harus menendang kearah pemain agar yang kena bisa menjadi kucingnya. "Boleh deh aku setuju." Ucap Zidan
"Boleh aku juga setuju." Ucap alvin"
"Aku mah ngikut lah ya." Ucap Rekha satu-satunya perempuan yang bermain dengan kita,
"Apa ga bahaya? kita kan lagi main di gang, Nanti takut kena rumah." Ucap aku dengan nada memperingati.
"Halah, Kalau takut mah pulang aja sana ke nenekmu." Ucap Yanuar dengan nada meledek.
"Yaudah deh aku ikut." Ucapku.
Kemudian kita pun bermain. Awal permainan, Yang menjadi kucing itu Alvin. Alvin pun memulai menendang bola ke arah Zidan, dan Zidan pun kena tembakan Alvin dan menjadi kucing. Kemuudian Yanuar berteriak. "Dann.. Kenain si rehan.. Tembak yang kenceng, Haha." Teriak Yanuar yang menyuruh Zidan untuk menendang ke arah ku. Zidan pun menendang ke arah ku dan aku pun terkena tendangannya. Kemudian aku menjadi kucing dan mengejar Rekha karena dia berada dalam jangkauan ku. *BOOM* Aku menendang dan bolanya mengenai Rekha. "Sialan si miskin ini, berani-beraninnya dia nembakin bola ke aku, Awas yaa." Gumam Rekha dengan perasaan kesal. Setelah dia kena, Rekha terus saja mengejarku untuk menendang bola ke arahku. Hingga aku terpojok karena belakang ku adalah rumah warga yang pemiliknya dikenal garang. "Rekha.. Jangan nendang kesini, Takutnya kena kaca rumah belakang." Ucapku.
"Halah, Bodo amat gua mah yang penting bisa kenain lu, Soalnya lu rese." Jawabnya.
Lalu dia pun menendang bola ke arahku dan aku pun reflek menghindar karena kalau tidak menghindar bolanya akan mengenai wajahku. Dan *BOOM* *PRANGG* Bolanya mengenai kaca dari rumah tersebut. Hal yang aku takutkan pun terjadi. Aku menoleh kebelakang dan pemiliknya sudah keluar rumah dan berkata "WOYY, ANAK-ANAK SIALAN. SIAPA YANG PECAHIN KACA RUMAH GUA." Teriak pemilik rumah dengan nada amarah. "Bukan saya pak. Itu yang pecahin si Rehan.. " Ucap Rekha dengan nada ketakutan. "Bukan.. Bukan saya pak.. Itu Rekha yang nendang, Kalau ga percaya tanya aja ke yang lain." Ucapku yang membela diri.
"Emang gua yang pecahin kaca?" Tanya Rekha kepada teman-teman yang lain.
"Bukan pak bukan Rekha, itu yang pecahin kaca si rehan. Woy han ngaku aja.. Lu udah miskin suka bohong lagi." Ucap Yanuar yang membela Rekha.
"Iyaa pak yang pecahin kaca si rehan." "Iyaa pak rehan itu." Ucap Zidan dan Alvin.
Aku ga nyangka kalau teman yang aku sukai dan aku percaya malah membela Rekha. Mungkin karena Rekha kaya raya dan serba ada jadi mereka takut kehilangan Rekha dibanding aku yang miskin ini. "Hayu anak sialan. Kita ketemu sama orang tuamu buat minta ganti rugi." Ucap pemilik rumah itu dengan nada marah. Aku berkaca-kaca.. Aku ingin menangis karena di fitnah seperti ini. Tiba saatnya sampai dirumah ku dan pemilik rumah pun berkata kepada nenek ku. "bu kuraesin. Cucu anda mecahin kaca rumah saya dan sekarang saya minta ganti rugi." Ucap pemilik rumah itu kepada nenekku.
"Aduh pak.. Saya minta maaf ya pak.. Berapa yang harus saya ganti?." Tanya nenekku kepada pemilik rumah.
"Saya minta 400rb. Hari ini ya bu, saya sekalian mau beli kepasar." Jawabnya.
"Maaf pak.. Kalau hari ini saya belum ada uang. Paling 1 mingguan saya ganti." Jawab nenek dengan nada memelas.
"Heleh.. Dasar keluarga miskin.. 400rb aja kok harus seminggu. Yasudahlah.. Saya pulang saja!!." Jawabnya dengan nada marah. Begitu pemilik rumah pulang. Aku minta maaf kepada nenek dan menangis memeluk dia. "Enin.. Maafin rehan.. Maaf banget nin. Rehan nakal, Rehan jadi nyusahin enin." Ucap ku sambil menangis. "Aduh duh.. Kok cucuku malah nangis? Rehan jangan nangis, nanti enin ganti rugi. Rehan ga nakal, Dah ree jangan nangis. Masa cowo nangis." Ucap nenekku sambil memeluk dan mengelus kepala ku.
"Iyaa nin.." Jawabku.
"Main lagi gih sana sama temen temen mu." Ucap nenek
"Gamau nin. Mereka jahat udah fitnah aku, padahal bukan aku yang pecahin kaca itu."
"Yasudah.. kamu dirumah aja.. Kamu belum makan ya?." Tanya nenek
"Belum enin. Enin masak apa?." Tanyaku.
"Enin ga masak re. Paling enin mau keluar dulu sebentar yaa.." Jawab nenek
"Iyaa nin rehan tunggu." Kataku. Sebenarnya aku sudah tau nenekku akan pergi kemana. Dia akan pergi minta lauk kepada tetangga atau meminta uang kepada anaknya yang lumayan jauh jarak nya dari rumah. Aku tidak bisa mengatakan tidak karena takut nenek bersedih karena aku tau yang sebenarnya. Jadi ketika nenek berangkat keluar, aku makan seadanya dengan nasi ditambah garam saja. Itu sudah menjadi menu biasa untukku.
-1 Minggu Kemudian-
Hari ini adalah hari pertama aku masuk sekolah dasar di SDN CIMUNCANG. Itu adalah SD Negeri yang letaknya berada di kota Bandung, dan sekolah ku tidak jauh dari rumah cuman menghabiskan waktu sekitar kurang lebih 15 menit untuk sampai dengan jalan kaki.
Hari pertama kesekolah, aku diantar nenek ku menuju sekolah dengan jalan kaki. Aku tidak tega melihat nenekku yang sudah tua mengantarku ke sekolah "Nin.. Rehan sendiri aja gapapa ke sekolahnya. Rehan udah tau kok dimana sekolahannya." Ucap ku dengan nada khawatir kepada nenekku. "Gapapa re.. Enin anter rere kesekolah. Enin mau liat rere belajar di hari pertama." Jawab nenekku.
"Yasudah nin kalau gitu. Kalau enin ga kuat kita istirahat dulu ya." Jawabku.
"Gini-gini juga enin mantan penggulat re, masa enin kecapean haha." Jawab nenekku.
"Hahaha rere percaya enin kuat.. Rere sayang enin.. Makasih ya nin udah jadi nenek rere." Ucapku dengan nada rendah.
"Ututu.. Cucuku udah pinter ngomongnya ya. Enin juga sayang rere." Jawab nenekku sambil mengelus rambutku.
beberapa menit kemudian, kami tiba di sekolahan.
"Rere.. Rere belajar yang bener ya.. Nurut apa kata guru. Jangan nakal ya sayang." Ucap nenekku dengan nada rendah.
"Iya nin, Rere ga akan nakal. Rere bakalan inget nasehat enin." Jawabku.
Akupun beranjak pergi menuju lapangan untuk melaksanakan upacara pagi.
"Hiduplah Indonesia raya..." Nyanyian mereka yang berada dilapangan.
-Beberapa jam kemudian-
Setelah upacara selesai, kami pun beranjak pergi ke kelas masing masing. Yang mana kelasku adalah kelas 1-B. Aku masuk ke kelas dan melihat anak-anak yang lain diantar oleh orang tuanya masing masing. Ada yang tersenyum senang, ada yang sedih karena belum terbiasa di lingkungan baru, dan ada pula yang perasaannya campur aduk antar senang dan sedih yaitu aku. Perasaan ku benar benar campur aduk disitu. Aku senang karena akan membuka lembaran baru disini, apalagi di temani nenekku yang sekarang berada di jendela sedang melihat aku duduk di kursi. Tapi disisi lain, aku sedih, aku cemburu, aku iri melihat anak anak lain yang di antar oleh orang tuanya.
Di hari pertama, pembelajarnya cuman perkenalan diri, bermain game, guru menghibur, dan kegiatan umum yang lainnya.
-5 jam kemudian-
Nenekku menunggu ku pulang, dia tidak pulang duluan dikarenakan tidak kuat untuk menjemputku kembali, kami pun berjalan pulang menuju rumah. Sesampainya dirumah, aku berterimakasih kepada nenek karena sudah di antarkan lalu aku berjalan menuju kamarku dan mulai tiduran dikasur. Kemudian aku berfikir "Aku rindu ayah dan ibu. Mereka lagi ngapain ya sekarang. Dan apa mereka tidak rindu padaku." Gumam ku dengan mata yang berkaca-kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Yang Bukan Rumah
RomanceBercerita tentang seorang manusia yang mempertanyakan arti dari kehidupan. Hidup yang dia rasakan seolah tidak berarti, menyedihkan, hampa, dan terasa berat dirasakan. Rumah yang bukan rumah ini adalah potret kehidupan dikala bermacam konflik terus...