Pagi ini Amara bangun lebih awal dari sebelumnya. Sebelum berangkat sekolah dia akan pergi ke rumah tetangga nya untuk membantu membersihkan rumah. dengan niat mendapatkan upah untuk membayar kripik-kripik singkong yang rusak kemarin.
Disana Amara melakukan banyak pekerjaan rumah. Mungkin sangat lelah bagi Amara jika harus bekerja dan diimbangi dengan menuntut ilmu, tetapi itu semua dia lakukan demi mimpi yang dia inginkan.
Amara yang sedang menyapu pun sesekali melihat ke arah jarum jam.
Jam sudah menunjukkan pukul 06.45 WIB.Amara yang terburu-buru untuk berangkat ke sekolah nya pun bergegas untuk menyelesaikan tugas nya. Dia berpamitan untuk berangkat ke sekolah kepada tetangganya.
"Buu, aku udah selesai nyapu, aku izin pamit ke sekolah yaa" ucap Amara.
Tetangga Amara pun mengambil beberapa lembar uang dari dalam saku nya.
"Iyaa Amara, ibu ada sedikit upah buat kamu nak" sahut tetangga Amara sembari menjulurkan beberapa lembar uang dari tangannya untuk Amara.Amara berterimakasih, lalu segera pergi untuk berangkat ke sekolah nya.
Tetangga nya memberikan upah sebanyak 30.000 untuk pekerjaan yang di lakukan Amara. Memang kurang bila untuk menggantikan kerugian kripik singkong bos nya, tetapi Amara tidak menyerah disitu.
Tak lama kemudian, Amara telah sampai di sekolah nya dengan berjalan kaki dari desa. Kurang lebih 15 menit perjalanan.
Merasa upah yang diberikan hari itu tidak cukup untuk membayar ganti rugi, Amara berinisiatif untuk kembali membantu pedagang di kantin nya berjualan. Setelah jam pelajaran nya selesai.
"THRIINGGGGG" bel istirahat berbunyi kencang.
Amara memasukkaan buku nya ke dalam tas dan dia bergegas untuk pergi ke kantin.
Amara melihat keadaan kantin yang sangat ramai, dia pun langsung bertanya kepada pedagang kantin nya.
"Mbak, Amara boleh bantuin jualan disini ga?" tanya Amara.Pedagang itu pun langsung mengiyakan pertanyaan Amara.
Dia masuk ke dalam kantin dan langsung membantu mengantarkan makanan untuk pembeli.
Namun, disaat Amara sedang mengantarkan 3 mangkok bakso di meja paling ujung. Orang yang memesan bakso itu adalah orang-orang yang menghancurkan kripik singkong Amara kemarin.
Orang-orang itu tak lain dari teman-teman sekelas nya. Ayra, Desya, dan Eca. Tak lain, salah satu dari mereka adalah teman baik Amara dulu. Mereka selalu saja merendahkan dan menghancurkan hari-hari Amara.
"Waduhh, ada cewe miskin lagi nih."
"Di kelas liat lo, di kantin liat lo juga, bosen gw liat muka lo yang kaya orang autis gitu."
Ucap mereka secara bergantian, merendahkan Amara.Amara tidak ingin membuat masalah di sekolah nya itu. Dia tidak menjawab sama sekali hinaan dari mereka.
Amara hanya fokus kepada pekerjaan nya. Dia meletakkan bakso-bakso itu di atas meja.
"I-ini pesenan kalian" ucap Amara dengan senyum tipis di wajahnya."Gw jadi ga selera makan deh, soalnya udah di pegang-pegang sama cewe miskin ini" ucap Desya dengan raut wajah jijik.
Amara tidak menyangka bahwa teman baik nya dulu berkata seperti itu kepadanya. Dulu Desya dan Amara adalah sahabat, mereka selalu bersama. Sampai akhirnya Desya menjauhi Amara dan memiliki teman baru.
"DUHH...LO MENDING PERGI DARI SINI DEH, JIJIK GW LIAT NYA" ucap Eca kepada Amara dengan nada yang membentak.
Amara langsung meninggalkan ketiga wanita itu. Mata Amara berkaca-kaca, setelah mendengar perkataan jahat dari mereka.
Amara berpikir bahwa semenjijikan itukah dirinya disini.
"Kenapa ya, mereka benci banget sama aku, apa aku ada salah?" tanya Amara kepada diri nya sendiri.Amara pun mengusap air mata nya yang terjatuh di pipi. Dia kembali membantu berjualan di kantin sampai jam masuk kelas tiba.
"THRIINGG...THRIINGG...THRIINGG" bel sekolah berbunyi tiga kali. Itu berarti jam istirahat berakhir.
Amara izin untuk memasuki ruang kelas kepada penjual kantin nya. Dia diberikan upah 20.000, namun jika untuk membayar kripik singkong, upah-upah nya hari ini masih sangat kurang.
Sesampainya dia di kelas, Amara diganggu lagi oleh ketiga teman nya itu.
"HEH AUTIS KOK KE KELAS SIH."
"Muka lo kayak orang kurang gizi woyy."
"Ga bantu jualan lo? ngapain ke kelas coba."
"Miskin tuh tempat nya di dapur aja, bukan di kelas buat belajar."
"Mending lo balik ke kantin sana."
"DASAR MISKIN."
Ucap mereka secara bergantian, menghina Amara."HUUUUUUUUU...HUUUUUU" teman-teman sekelas Amara yang lain pun ikut-ikutan menyoraki Amara yang berdiri di depan pintu kelas.
"Kalian ga capek ngehina aku terus? aku aja capek lho dihina" ucap Amara dengan air mata nya yang menetes di pipi.
"MAKANYA KALO GA MAU DIHINA TUH CANTIK, MUKA LO NOH KAYA MONYET" Teriak Ayra.
Amara yang sudah tidak tahan pun berlari ke arah toilet sekolah. Disana dia mengeluarkan semua tangisan nya.
Air mata nya yang jatuh dan suara tangisannya yang dia tahan membuat hati Amara semakin sakit.
Tempat ini menjadi saksi
rasa sakit yang aku tahan
selama ini
~AMARA~"Kenapa ya semua nya ngehina aku.''
"Aku sejelek itu ya?.''
"Salah aku apa sih, sampai-sampai mereka giniin aku."
Semua pertanyaan-pertanyaan itu terlintas di pikiran Amara.Beberapa menit kemudian, setelah hati Amara menjadi lebih tenang. Dia pun kembali ke kelas nya.
Ternyata di dalam kelas nya sudah ada guru yang mengajar hari itu.
''Dari mana kamu Amara, kamu ga denger bel udah bunyi dari tadi?'' tanya guru itu kepada Amara."M-maaf bu, tadi saya dari kamar mandi" jawab nya.
''Bohong itu bu, dia pasti mau bolos tadi" sahut Eca dengan kebohongan nya."Sudah anak-anak lupakan ya."
"Amara, kali ini ibu maafin kamu, tapi kalau kamu ulangin lagi kamu akan ibu hukum Amara." Jawab guru itu, menenangkan situasi kelas.Amara pun langsung duduk di bangku nya. Hari ini dia mendapatkan pelajaran Sejarah.
Amara membuka tas nya yang sudah rusak dan kotor itu, untuk mengambil buku yang dia bawa.
Namun, tiba-tiba buku sejarah yang dia bawa tidak ada di dalam tas.
"Perasaan kemarin aku udah masukin deh" ucap Amara dalam hati."Kenapa Amara, mana buku kamu?" tanya guru itu ketika melihat Amara yang seperti kebingungan.
"E-ehh, anu bu a-nu."
"Apa Amara, jangan bilang kamu ga bawa buku pelajaran lagi" ucapnya."Pasti dia ga bawa itu bu, dia kan cuma inget cari duit doang" sahut Desya dari bangku pojok depan.
"Saya bawa bu, tapi sekarang tiba-tiba ga ada."
"Pasti ada yang ngambil buku saya bu." Ucap Amara.Seperti yang kita ketahui, Amara adalah anak yang teladan dan rajin. Jadi tidak mungkin jika dia melupakan hal sepele seperti itu.
Pasti salah satu dari teman Amara telah mengambil buku sejarah yang dia bawa, namun tidak ada yang mengakuinya.
Malang sekali nasib gadis ini, sampai dia harus merasakan hal yang sama berkali-kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Demi Sebuah Mimpi
Teen FictionAku adalah seorang gadis desa. Keadaan keluarga ku yang sederhana dan paras ku yang tidak cantik membuat mereka sangat membenciku. Aku direndahkan oleh mereka yang merasa dirinya sempurna. Mengapa semua nya harus terjadi pada ku? apa salah jika ak...