Hari demi hari berlalu, tak disangka-sangka lomba cipta puisi yang diwakilkan Amara sudah dekat.
Setiap hari, Amara selalu mengumpulkan ide nya. Mulai dari keseharian nya pun dia renungkan. Dan setelah sekian lama dia berpikir dia lebih memilih untuk menulis puisi yang bertema kan cinta.
Amara tidak pernah merasakan cinta dari seorang laki-laki selain ayah nya. Semua ide itu, dia dapatkan setelah mendengarkan cerita dari orang-orang disekitarnya mengenai percintaan.
Amara merasa bahwa dunia percintaan adalah dunia yang sangat sulit ditebak. Rasa sakit, senang, maupun biasa saja pasti akan dirasakan saat sedang jatuh cinta.
20.00 WIB.
Setelah Amara selesai berdoa dan membersihkan diri, dia pergi ke kamar nya untuk melanjutkan membuat puisi yang akan dia bacakan di lomba nanti."Kira-kira nanti aku bisa ga ya menampilkan yang terbaik" ucap Amara yang merasa ragu dengan diri nya sendiri.
Semua dia pikirkan dan renungkan, demi hasil yang terbaik untuk sekolah nya. Cara membaca, gerakan tubuh, bahkan ekspresi wajah pun dia pelajari sedikit demi sedikit.
"Hari hari ku berlalu tanpa mu
kehidupan ku yang sekarang
sangatlah hampa tanpa kehadiran
kasih sayang muAwalnya yang kukira kau
adalah yang terbaik, ternyata salah
sesuatu yang terjadi dulu tak akan
pernah pudar di kehidupan ku,
sampai kapan pun itu. Rasa sakit
yang kau berikan tidak setara
dengan kasih sayang mu...Tetapi, aku disini masih menunggumu.
Menantikan dirimu kembali...
untuk cinta yang harus kita perbaiki.
Walau kita terpisah karena rasa sakit
yang kau berikan."
~AMARA~Hari ini adalah hari dimana Amara akan pergi membawa nama sekolah nya itu Dia berangkat ke lokasi lomba dengan diantar oleh guru dan kepala sekolah nya.
Di dalam mobil, Amara tak pernah henti di semangati oleh mereka.
"Semangat ya Amara."
"Nanti kamu pasti paling keren nak."
"Pasti menang sekolah kita pak..."
Ucap dari kedua guru nya secara bergantian.Amara merasa senang, selain ayahnya dirumah sudah menyemangati dirinya, di dalam mobil pun dia disemangati oleh kedua guru nya itu.
"Haduh pak-bu, Amara ga janji ya bisa menang, tapi Amara bakal nampilin yang terbaik untuk sekolah kita" sahut Amara.
Bu Risma yang ikut mengantar Amara, merasa terharu. Dia mengelus rambut Amara, dan berkata.
"Kamu pasti menang kok nak, tunjukkin ke semua orang kalo kamu itu hebat."Guru bahasa Indonesia itu tau, bahwa di sekolah Amara selalu dihina dan direndahkan. Amara selalu dicap seperti orang bodoh yang tidak mengerti apapun oleh teman-teman nya. Hal itu menyebabkan bu Risma sangat ingin membuktikan bahwa Amara adalah anak yang cerdas dan berprestasi.
10.00 WIB.
Mereka sudah sampai di tempat lomba. Setelah mengambil nomor, Amara mendapatkan nomor urut 5."Kamu dapat nomor urut 5 nak..." ucap kepala sekolah nya.
"Semangat ya nak...dikit lagi kamu pasti bisa tunjukkin kehebatan kamu" ucap bu Risma kepada Amara.
"Iya pak-bu, doain Amara ya biar ga gugup didepan nanti" sahut Amara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Demi Sebuah Mimpi
Teen FictionAku adalah seorang gadis desa. Keadaan keluarga ku yang sederhana dan paras ku yang tidak cantik membuat mereka sangat membenciku. Aku direndahkan oleh mereka yang merasa dirinya sempurna. Mengapa semua nya harus terjadi pada ku? apa salah jika ak...