"Aku mau kau menerima segala kekurangan Marcus apa adanya. Tidak ada yang sempurna di dunia ini, begitu pula dengan anak buahku yang lain. Ini demi keamananmu juga, Arseno. Marcus tidak selalu mengikutimu kemanapun kau pergi. Dia akan datang di saat kau membutuhkan bantuan saja. Kalian seumuran, jadi kuharap kalian cepat akrab."
Arseno menggaruk belakang kepalanya yang benar-benar gatal. Belum usai kepalang kejutnya dengan jalan pikiran ayahnya yang menyerang anak sendiri untuk menggertaknya, sekarang ia dihadapkan oleh fakta jika pemuda yang barusan ia tertawakan adalah seorang yang bisu.
Pantas saja saat ia berusaha bernegosiasi dengan pemuda itu, dia hanya diam.
"Ayah, ini- astaga! Aku bingung dengan situasi ini! Mau Ayah apa sebenarnya?!" ucap Arseno kepalang frustasi.
"Mauku adalah jaminan keselamatanmu." jawab Jeffrey tak ambil pusing.
"Tapi bagaimana caraku berkomunikasi dengannya?"
"Marcus paham bahasa manusia. Kau hanya tinggal berikan perintah padanya saja."
Arseno terdiam sejenak, "Berarti telinganya masih berfungsi dengan baik?" Setahunya, orang yang bisu pasti akan tuli juga. Akibat pendengaran yang bermasalah maka tak ada kata yang dapat ia tiru untuk kemudian terucapkan dengan lugas dari mulutnya.
"Tentu saja." sahut Jeffrey.
Arseno memicingkan matanya curiga, "Apa dia sebelumnya normal kemudian suatu kejadian membuatnya cacat dan tidak bisa berbicara lagi?"
"Kau tidak perlu tahu latar belakangnya."
"Setiap orang yang berhubungan dengan Ayah pasti memiliki kecacatan di tubuhnya. Apa Ayah yang memotong lidahnya?"
"Jangan berlebihan, Arseno."
Arseno tak peduli pada tatapan tak mengenakkan yang Jeffrey tunjukkan padanya. Ia berjalan cepat ke arah Marcus, menjambak surai legam tersebut hingga Marcus merintih tanpa suara dengan mulut terbuka.
Arseno menahan rahang Marcus agar tetap terbuka. Matanya meneliti mulut lelaki itu, menemukan keberadaan benda tak bertulang yang ternyata masih ada di mulut itu.
"Lidahnya ada. Berarti pita suaranya yang tidak ada."
Jeffrey buru-buru menghentikan sang anak yang ingin memasukkan jarinya ke dalam tenggorokan Marcus untuk memeriksa pita suara lelaki tersebut.
Sepertinya kegilaannya menurun ke putra tunggalnya.
"Ayah!"
"Cukup, Arseno!"
Akhirnya keduanya terpisahkan dengan Marcus yang kembali bangkit berdiri setelah terjungkal ke lantai akibat diterjang tiba-tiba oleh Arseno.
"Setelah ini aku akan pergi ke istana. Ada rapat penting yang harus dihadiri. Kau, berakrab-akrablah dengan Marcus." ucap Jeffrey pada anaknya. Kemudian ia beralih ke Marcus, "Dan kau Marcus, putraku adalah majikanmu sekarang. Apapun yang ia perintahkan padamu, jangan sekali-kali membantahnya. Lindungi dia saat ada ancaman yang mengarah padanya. Kau mengerti?" Marcus mengangguk. Jeffrey menepuk pundak sang anak sebelum menerima jubah dari anak buahnya.
"Mulai sekarang Marcus adalah anjing setiamu. Terserah padamu dia tinggal di mana setelah ini. Tapi kalian jangan sampai berjauhan. Akan sulit mengingatmu yang suka berjalan kemana-mana. Kalau perlu bawalah dia tinggal di kamarmu."
Arseno seketika melotot tak terima, "Aku tidak mau menghadapi Ibu!"
"Ibu biar menjadi urusanku. Seluruh pengawal di rumah mengenali Marcus. Jadi tak ada kecurigaan jika Marcus tinggal bersamamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
1751; MURMUROUS✓
Fantasy[TERBIT] [PART TIDAK LENGKAP] Seorang anak kecil korban peperangan yang telah kehilangan segala-galanya dihidupnya, menerima uluran tangan dari seorang pria berbaju zirah yang mengatakan ingin mengangkatnya sebagai anak. Pikirannya yang masih polos...