Bonus Chapter 2 : Fly High

160 17 0
                                    

Riuh isak tangis berpadu satu begitu dokter menyebutkan waktu meninggal Jeno. Bukan hanya Tzuyu, tapi teman-temannya yang lain juga tak sanggup menahan tangis. Tzuyu bahkan jatuh terduduk karena belum bisa menerima kenyataan bahwa Jeno nya sudah pergi meninggalkannya untuk selamanya.

Tak lama kemudian, satu persatu keluarga dari Jeno datang menemui adik kecil mereka yang terbaring dengan wajah pucat namun raut mukanya tenang. Melihat itu, Tzuyu berusaha ikhlas agar Jeno pun tak merasa berat di alam sana.

Taeyong yang ikut datang bersama Jaehyun menghampiri adiknya lalu membantunya berdiri.

"Pulang yuk." ajaknya namun Tzuyu menggeleng lemah.

"Mau pulangnya sama Jeno, bang."

"Iya, Jeno juga ikut pulang."

"Bangunin dulu Jeno, bang. Pliss.. dia belum tiup lilin ulang tahunnya." ucap Tzuyu dengan lirih. Ternyata berusaha ikhlas pun sulit.

"Dek, istighfar. Ikhlas, sekarang tugas lo kirim doa banyak-banyak buat Jeno."

"T-tapi Jeno, bang.."

Tangis Tzuyu kembali pecah membuat Taeyong langsung memeluk erat adiknya. Perlahan, membawa Tzuyu keluar dari kamar rawat Jeno agar tak mengusik yang lain.

Sebelumnya ia pamit dengan Haechan dan meminta dikabari bila Jeno sudah dibawa ke rumah.



---



Esok harinya setelah pemakaman, Tzuyu masih enggan keluar dari kamar. Dirinya terus mendekam duduk di ujung tempat tidur sambil melihat ke arah jendela kamarnya. Ia menatap langit dengan pikiran yang kacau.

Ia terus memikirikan hal yang membuatnya sedih sendiri, ia sulit menerima bahwa ia tidak akan bisa mendengar suara Jeno lagi.

Takkan ada lagi yang membantunya belajar untuk setiap ujian.

Tak ada lagi pesan yang menunggu balasan darinya.

Tak ada lagi yang akan menyanyikan lagu dengan gitar untuknya.

Tak ada lagi sosok yang cemburu jika ada yang mendekatinya.

Sosok itu, tidak akan ada lagi. Jeno sudah pergi selamanya dari hidupnya.

"Kenapa harus lo sih, Jen?" tanya Tzuyu.

"Sumpah, kenapa harus lo sih??"

Kali ini Tzuyu marah dengan kenyataan yang menyakitinya. Ia bergerak menuju meja riasnya lalu mengambil benda asal lalu melemparnya ke cermin hingga pecah tak beraturan. Suara pecahan itu sungguh menggelegar sampai-sampai Jisung yang sedang berada di lantai dasar pun telonjak kaget.

Seolah belum puas ia terus melempari cermin itu dan tak menyadari bahwa kakinya menginjak beberapa pecahan dari cermin itu.

"Balik Jeno, balik!!"

"Ya allah.. Kak!"

Jisung datang dan langsung memeluk Tzuyu menjauhi meja rias itu. Tak lupa ia pun mengambil sisir dari tangan Tzuyu agar tak lagi di lempar.

"Lepasin gue!" teriaknya pada Jisung.

"Gak. Gak akan gue lepasin kalo lo masih begini."

"Lepas gak? Lepasss!!"

Sekuat tenaga Jisung menahan Tzuyu yang terus memberontak sambil berteriak histeris. Hatinya pedih melihat sang kakak yang jadi begini, ia tahu kepergian Jeno membuat luka yang amat dalam untuk kakaknya.

"Lo jangan gini, kak.. Gue yang sedih kalo lo begini." ujar Jisung dengan Tzuyu yang masih memberontak.

"Tolong lah, kak. Belajar ikhlas biar Bang Jeno juga tenang. Lo gak kasihan emangnya?"

Memories of Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang