07. Sinyal Merah

184 36 7
                                    

Chris segera mengemudikan mobilnya menuju rumah, tapi sesampainya di rumah ia pergi lagi ke bukit belakang dengan membawa senter di tangannya. dalam pikirannya hanya ada satu; menemukan kapal ulang alik milik Kylo yang tertinggal di sana.

Langit sudah gelap, dan ia masuk ke dalam hutan sendirian berbekal cahaya seadanya seperti yang ia lakukan beberapa minggu lalu kala Kylo jatuh dari angkasa. Chris tak peduli apakah nanti akan ada hantu yang muncul atau tidak, belas-puluh batang pohon ia lewati, semak belukar dan akar yang melintang di tengah jalan ia lompati hanya agar segera tiba di titik jatuh si alien yang ia ingat dalam pikirannya kini.

"AHA!" pekiknya kencang kala mendapati benda yang sejak tadi dicarinya.

Sama seperti yang terakhir Chris temukan, telur dengan tinggi sekitar tinggi 2 meter dan berdiameter antara 1 sampai 1,5 meter masih ada di sana hanya sajan tertutup ilalang yang tumbuh subur di sekitarnya.

"Gimana cara ngebukanya?" bingung Chris. Ia mengeluarkan telur raksasa itu dari semak belukar dan meraba-raba sekitar cangkangnya untuk mencari apakah ada knop pintu atau tombol agar bisa membuka si cangkang.

Tap!

Tanpa sengaja Chris menyentuh sebuah titik kecil berwarna abu-abu gelap dan ia tak mengira kalau itu adalah tombol untuk membuka pintunya. Si telur pun terbelah dua, Chris terperangah seketika melihat bagian dalamnya yang ternyata cukup nyaman meski hanya bisa dimasuki satu orang saja. Saat hendak memeriksa apakah mesin kapalnya masih hidup atau tidak tiba-tiba ponselnya di saku celana berdering nyaring. Satu panggilan masuk dari Sam.

"Halo?" Chris segera menjawabnya.

"Chris, kamu di mana?" tanya Sam segera.

"Di bukit belakang," sahut Chris sambil melirik ke sekitar telur Kylo, berusaha mencari tempat di mana bagian mesin berada.

"Hah? Ngapain di situ?"

"Aku nemuin kapal telur Kylo, tapi kayaknya rusak," jawabnya.

"Oke, kurasa kamu harus balik ke lab sekarang. Kylo udah sadar tapi dia menangis dan sekarang malah ngumpet di kolong kasur," urai Sam kemudian.

"Hah? Kok bisa?"

"Gak tau, kayaknya dia masih shock soal kelakuan Sky tadi. Kamu cepet balik ke sini."

"Coba bujuk pake makanan yang aku bawa deh, Sam. Mungkin dia mau keluar."

"Dibujuk sama aku? Gak mau!"

"Kenapa kamu gak mau?!"

"Takut! Tanganku baru sembuh, nanti digigit lagi!"

"Aish!" Chris mengusap wajahnya kasar, frustrasi dengan kelakuan temannya ini. "Ya sudah, aku segera ke sana," katanya kemudian, dan panggilan itu pun dimatikan sepihak olehnya.

Buru-buru Chris pergi dari bukit kecil itu, namun ia sempatkan untuk menutupi telur Kylo dengan dedaunan lebih dulu agar tak ada yang menemukannya.

Nyuuttt ...

Lagi, seperti sore tadi Chris merasakan dadanya berdenyut sesaat, meski tak menyakitkan tapi membuatnya terus bertanya-tanya mengapa selalu terasa demikian jika ia sedang mencemaskan Kylo.

Namun, andai saja Chris tahu kalau kedua antena kecil di kepala Kylo yang mirip serangga itu bukanlah untuk mendeteksi keadaan di sekitarnya, melainkan mengirim sinyal darurat pada orang yang Kylo ingat atau ada dalam pikirannya. Sinyal merah yang memberitahukan kalau ia sedang dalam bahaya atau situasi darurat dan membutuhkan pertolongan.

🌠🌠🌠

Seperti yang Sam katakan di telepon tadi, Kylo sedang menangis saat Chris datang. Ia berbaring meringkuk di kolong kasur dengan memeluk lututnya dan terisak-isak di sana. Perlakuan Sky yang tak bermoral padanya jelas memberikan dampak traumatis yang kentara.

LACUNA KYLO : A Missing Part Of Sky [Banginho]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang