Nuansa Melodi menatap tak minat makanan di hadapannya. Bukan, bukannya ia tak betah berada di sini. Hanya saja suasana kali ini berbeda karena tak ada Ayudia ataupun temannya yang lain, ia belum punya teman di sini.
Pekerjaannya memang terbilang tidak sulit, ia masih diberi tugas yang mudah karena hanya membantu sekretaris bos-nya saja.
"Hallo Nuansa.."
Nuna sedikit terperanjak kala nama depannya disebut. Ia menoleh dan mendapati Asya—sekretaris bos-nya yang menjadi partner Nuna bekerja
"Panggil Nuna aja, mba Asya. Eh—duduk mba.." ujar Nuna kala melihat Asya tengah membawa nampan yang berisi makan siangnya
Asya—perempuan cantik itu duduk tepat di hadapan Nuna. Sudah sejak tadi ia memperhatikan gadis itu karena tengah murung sendirian
"Betah gak magang di sini?" tanya Asya. Nuna tersenyum kikuk
"Baru satu hari sih, Mbak. Jadi belum bisa bilang betah atau enggak-nya. Hehe"
Asya tersenyum dan mengangguk paham
"Kamu kalau makan siang ajak aku aja. Biar ada temen" ucap Asya. Tentu Nuna mengangguk meng-iyakan. Akhirnya ia mempunyai teman
"Mba, direktur kita itu baru ya?"
"Pak Januari?" tanya Asya memastikan. Nuna menjawab dengan anggukan
"Iya, dia baru disini. Pak Sukarta kasih perintah supaya pak Januari pindah ke sini, sebelumnya dia pegang anak perusahaan lain yang emang dirintis dari nol sama pak Januari sendiri"
"Jadi, pak Januari bisa kaya sekarang itu memang dia hebat dari dulu ya? Bukan karena beliau anaknya pak Sukarta?"
"Seratus !!"
Nuna mengangguk paham. Dia cukup kagum pada sosok Januari Batara Cakrawangsa karena kesuksesannya. Apalagi setelah ia tahu bahwa Januari bisa seperti sekarang bukan karena ayah atau keluarganya. Tapi ia merintis usahanya sendiri dari nol, walaupun masih satu anak perusahaan yang sama.
Nuna memang baru bertemu Januari satu kali, sewaktu ia diwawancara Senin yang lalu. Pria itu terkesan tegas dan cuek? Entahlah.
Asya dan Nuna mengakhiri percakapan mereka seputar Januari, dan larut dalam pembicaraan seputar perkuliahan Nuna. Membicarakan itu membuat Nuna memikirkan Theondra.
Sejujurnya Nuna masih berharap pada Theondra. Tapi ia juga lelah dengan sikap pria itu, yang terkadang seperti memiliki perasaan yang sama dengannya, namun terkadang juga bersikap seperti teman biasa. Membuat Nuansa Melodi merasa perasaanya seperti ditarik ulur. Melelahkan.
***
Ginandra Eleandro menatap Curriculum Vitae bernamakan Nuansa Melodi. Bukannya pria itu berniat modus, hanya saja ia nampak tak asing dengan sosok gadis ini.
Tok..tok
"Masuk.."
"Mas Ginan, buat kunjungan lapang besok jadinya sama siapa ya?"
Ginan melirik Asya—sekretaris baru Januari. Pria itu berpikir sejenak. Sepertinya Asya cukup dekat dengan Nuansa Melodi, apa mungkin ia tanyakan pada Asya saja?
"Mas?" sahut Asya kala tak ada jawaban dari Ginandra
"Eh? iya. Sama saya, Sya"
"Pak Januari ikut juga?"
"Harusnya ikut kan? tapi kamu pastikan lagi aja sama Januari. Mood dia kadang suka berubah" ujar Ginandra sedikit jengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
LoveTweet
RomanceNuansa Melodi menatap gedung tinggi menjulang di hadapannya. Gadis itu masih tak percaya bahwa ia berhasil masuk ke salah satu anak perusahaan terbesar di Indonesia. Bermodalkan menfess yang ia kirim di Twitter, dan tanpa disangka banyak akun yang m...