2

287 30 5
                                    

Apa yang diharapkan dari pertemanan masa kecil?

Sarada berfikir tidak ada yang sepesial.

Dunia ini berputar seperti halnya kehidupan.

Sarada yakin, jika ia datang kembali di kehidupan Boruto, maka laki-laki itu akan merasa kurang nyaman di dekatnya, karena ia sudah cukup lama bersamanya.

Sepertinya benalu yang tidak tahu malu.

Sarada memikirkan sesuatu yang tidak bisa dia katakan pada siapapun, bahkan pada ayah atau ibunya.

Kenapa ia berubah hanya karena ia suka dengan sahabatnya.

Melihatnya dari jauh sudah membuktikan jika laki-laki itu tidak bisa ia gapai.

Selain itu, ia baru berada di bangku pertama Senior.

Tidak seharusnya ia memfokuskan diri pada hal semacam itu. Tapi ia tidak bisa melupakan semuanya dengan mudah.

Sarada menghela nafasnya, ia menggeleng-gelengkan kepalanya. Berusaha mengusir bayangan Boruto.

Didalam apartemen hanya ada dirinya.

Sang papa sedang menjalankan bisnis di luar kota, sedangkan mama dia lebih sering mengabdikan diri di Rumah sakit.

"Fokus!! Fokuss!! Jangan seperti ini!!"
Sarada memegang kepalanya, ia menunduk dalam sambil memejamkan matanya dengan erat.

Selamat pada tuan muda Uzumaki Boruto yang berhasil membuat fokus Sarada terpecah.

Ia tidak menyangka sama sekali kejadian ini.

Sarada meraih ponselnya, ia sudah tidak tahu lagi.
Ia membuka akun sosial medianya.

Terpampang jelas di Story sosial medianya, Boruto membuat story.

Kehidupan Boruto juga sudah terlihat, jika laki-laki itu menunjukkan dirinya sudah mengalami masa dewasa.

Berbeda dengan dirinya yang kemana-mana selalu diantar, bahkan ia tidak pernah pergi ke supermarket di bawah sendirian.

Niat hati ingin menghilangkan bayangan laki-laki itu dengan membuka sosial media, malah memperkeruh keadaan.

Sarada menutup ponsel.

Ia menatap bukunya yang masih bersih tanpa coretan tinta hitam.

Sarada menyandarkan punggungnya di kursi, ia menghela nafas.

Jika seperti ini terus ia akan mendapatkan nilai buruk. Dan dia tidak mau itu.

🔩🥗

"Selamat pagi mama."

"Ehh pagi sayang." Sakura mencium sekilas pipi Sarada.

"Mama kemarin pulang jam berapa?"

"Emm sekitar jam 10. Mama lihat kamu juga udah tidur," Sarada mengangguk.

Tangannya terjulur mengambil lembaran roti, ia mengolesinya dengan selai coklat.

"Maaf ya, mama bangun agak kesiangan, jadi Sarada makan seadanya ya."

"Tidak apa-apa, aku akan menghabiskannya." Sarada mentap Sakura yang memasukkan bento dan tumblr kedalam tas bekalnya.

"Ehh.. kamu kenapa?" Sarada menatap Sakura dengan tanda tanya.

Tangan hangat ibunya membelai pipi kanannya.
"Ada apa?"

"Kamu jerawatan? Kapan? Astaga, putri ibu." Sakura tentu histeris.

Sedangkan Sarada meraba wajahnya, saat ia mandi tadi ia merasakan benjolan di pipinya, ia tidak menggubrisnya karena ia pikir itu bentol digigit serangga. Dan itu terasa sedikit sakit.

silenzioso (Borusara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang