3

259 35 24
                                    

Suara sepatu berdecit dari arah lapangan Basket outdoor.

Boruto melempar bola agar melambung tinggi dan masuk ke ring sehingga mendapat three point.

Duk duk duk

Suara bola yang memantul dengan pelan di lapangan.

Matahari akan datang, bulan akan pergi. Mungkin beberapa planet akan terlihat seperti setiap hari di pagi hari. Sinar kuning terlihat dari timur, hawa dingin seketika menjadi hangat dengan perlahan.

Kedua remaja laki-laki itu mengatur nafasnya setelah melakukan battle bersama.

"Aku jarang melihat Sarada." Mitsuki melempar botol minum kearah Boruto.

"Entah, aku bertemu dengannya kemarin di perpustakaan."

"Apa yang dia lakukan?" Boruto mengangkat bahunya, ia tidak tahu.

"Entah, dia berdiri di rak komik."

"Hemm sedikit mencurigakan."Mitsuki membuka tutup botolnya dan meminumnya hingga tersisa setengah botol.

"Kau benar, gadis memang sulit ditebak."

"Begitupun dengan adikmu?" Boruto mengangguk, ia berjalan mendekati Mitsuki yang sedang meluruskan kakinya.

"Apa Kagura juga mengejarmu?"

"Tidak aku rasa, dia tertarik padamu karena kau mantan ketua basket sekolah dulu."

"Mungkin, tapi aku sedikit muak dengannya."

"Berbicara basket, kau akan mengikuti ekstrakulikuler apa?"

"Kau apa?"

"Aku akan mengikuti mu."

"Ayolah Mitsuki, sampai kapan kau akan mengikuti ku, akan ada banyak rumor kalau kita ini menjadi sepasang kekasih."

"Tidak apa-apa aku senang, selama itu kau." Mitsuki tersenyum kearah Boruto, membuatnya menatap Mitsuki dengan datar.

"Bagaimana dengan ketua kelas? Dia cantik bukan?"

"Ya cantik, aku harus akui itu."

"Aku merasa dia seperti ibumu yang lembut dan baik."

"Mereka dua orang berbeda, ayolah jangan seperti perempuan yang selalu bergosip."
Mitsuki tertawa.

Boruto didepan orang lain selalu memasang wajah lempeng dan datar. Berbeda di depan orang-orang tertentu yang berharga menurutnya, ia akan menunjukkan kejahilannya dan ketengilannya.

"Aku kira kau suka dengan ketua kelas."

"Jangan berbicara kosong."
Mitsuki berdiri, ia berjalan mendekati bola yang tergeletak begitu saja.

"Ayo kita pulang."

🔩🥗

Sarada memijat kepalanya, ia merasa pusing sekarang.
Ia beberapa kali mengedipkan matanya.

Ia rasa matanya berkaca-kaca dan ingin menangis.

"Ada yang bisa dibantu?" Sarada menoleh kearah ibunya yang ternyata memperhatikan tingkahnya.

"Tidak aku tidak ada kesulitan."

"Benarkah? Apa kau sakit?"
Sakura menyentuh dahi Sarada yang terasa hangat.

"Dirumah dulu saja 1 hari, mama akan buatkan surat izin." Sarada menggeleng.

Ia tidak suka dirumah sendirian, ya walupun disekolah dia sendiri, tapi setidaknya ia bertemu banyak orang dan tidak merasa kesepian.

silenzioso (Borusara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang