5

1.1K 115 22
                                    


*
*
*


Drttt drttt drttt

Sudah beberapa menit yang lalu hp Jeno terus saja bergetar, sedangkan sang pemilik hanya melihat sekilas tanpa berniat menerima panggilan masuk pada hp miliknya.

"Ckk ganggu aja!" Decak Jeno matanya tetap fokus pada layar laptop yang berada di depan wajahnya, ia sedang mencari lowongan pekerjaan karena sungguh ia bosan jika terus berdiam diri di dalam rumah. Kali ini Jeno bertekad jika dia di terima di mana pun itu ia akan memaksa Julian untuk membolehkannya bekerja.

Sebenarnya bukan dia yang malas-malasan atau tidak niat mencari kerja, hanya saja sang Ayah penyebabnya. Sudah kesekian kali panggilan kerja yang Jeno dapat namun alih-alih mendukung, Julian malah melarangnya dengan berbagai alasan.

"Apa sih!!?? Lu ganggu tau gak?!" karena terus saja bergetar akhirnya Jeno menerima panggilan masuk pada hp nya. Berbeda dengan Jeno yang menjawab panggilan penuh emosi, Haechan si pelaku di ujung sana malah tertawa terbahak-bahak

"Wih santai bro pagi-pagi dah ngamuk aja lu, nono belum mimi cucu ya?"

"Bacot setan alas!" Jika saja Haechan berada tepat di depan wajahnya sudah bisa dipastikan tangan Jeno akan langsung mendarat sempurna di wajah temannya itu

"Hahaha aduh perut gua keram, betewe tolong bilangin ke bang Jae dong gw mau kerja di Cafe dia."

"Ogah bilang aja sendiri." Jeno sengaja meloudspeaker hp nya lalu ia taruh asal di atas kasur, karena kedua tangannya masih asik berkutat dengan laptop.

"Ah lu mah pelit! Ayolah Jen nanti gw traktir eskrim deh."

"Emang gw bocil?!"

"Lah ya kan emang hahaha."

Tanpa menjawab lagi Jeno memutus panggilan sepihak, dia terlalu kesal mendengar suara tawa Haechan yang begitu menyebalkan.

Kini Jeno tidak mood ia menutup laptop dengan kasar lalu merebahkan badannya sambil mengutak atik hp bermain game di sana.

Matanya melirik kesana kesini mencari cemilan di sekitar kamar namun tidak ada. Jeno memutuskan untuk mencari di dapur, berjalan menuruni tangga dengan mata yang fokus pada layar hp. Tanpa berniat memperhatikan langkah kakinya seakan sudah hapal dengan ketukan tangga yang ia pijak.

Di lantai bawah Jaehyun berdiri di ujung tangga menatap adiknya "Jeno! Jang-" belum sempat Jaehyun menyelesaikan kalimat teguran, Jeno tersandung salah satu tangga dan hampir membuatnya jatuh namun dengan reflek Jaehyun berlari menangkap tubuh Jeno. Jika tidak ada Jaehyun sudah pasti Jeno akan jatuh terguling sampai tangga terakhir.

"Udah dibilangin kalo turun tangga jangan sambil main hp!" mengabaikan Jaehyun yang sedang menatapnya kesal, mata Jeno malah langsung mencari keberadaan hp nya yang terlempar dan sekarang sudah tergeletak di lantai bawah dengan kondisi yang mengenaskan.

"Yahhh retak banget, abangggg hp nya gak mau idup." Jaehyun hanya menatap sang adik malas dia memilih berjalan ke arah ruang tv.

"Abangggggg!!" melihat sang kakak yang berlalu begitu saja tentu membuat Jeno kesal, dia menarik baju Jaehyun cukup kencang sampai langkah sang empu terhenti.

"Apa? Hp lu rusak? Salah sendiri!" Menjauhkan tangan Jeno dari baju miliknya, Jaehyun kembali berjalan menjauhi Jeno.

"Orang kena musibah bukannya dibantuin!! Dasar Abang gak guna!"

Jaehyun berbalik menatap Jeno kali ini tatapannya tajam "kalo gw tadi gak nolongin, sekarang badan lu ini gk jauh beda sama hp yang lu pegang!" Ucapan Jaehyun yang begitu menusuk seketika membuat Jeno menunduk. Jaehyun mendekati sang adik, mengambil hp yang retak dan sudah mati total dari tangan Jeno.

"Besok-besok kalo turun tangga sambil main laptop atau sambil nonton tv, sekalian lu bopong tuh tv!" Ingat kemarahan Jaehyun adalah yang paling Jeno takuti dan kini dia hanya bisa menunduk sambil meremas ujung baju menahan air mata yang akan lolos keluar dari kedua matanya.

Bagaimana bisa Jaehyun tidak semarah ini, terakhir kali Jeno jatuh dari tangga kepalanya terbentur sampai mengeluarkan darah beruntung tidak sampai dijahit. Tapi Jeno tidak ada kapoknya berkali-kali Jaehyun maupun yang lain mengingatkannya untuk memperhatikan langkah saat menuruni maupun menaiki tangga. Namun tetap saja Jeno yang keras kepala dengan kebiasaannya berlarian di tangga atau sambil bermain hp seperti tadi.

"Perasaan gw ngomong biasa gak bentak apalagi tereak, nih bokem satu dah nangis aja." Jaehyun bergumam dalam hati sambil memperhatikan sang adik.

"Nangisin apa? Nangisin hp? Gk usah kaya orang susah, hp rusak ditangisin kaya gak bisa beli yang baru aja." Bukannya mereda Jeno malah semakin menangis membuat Jaehyun tak tega lalu memeluknya.

"Ada yang sakit? Mau ke rumah sakit?" Jeno langsung menggelengkan kepalanya cepat.

"Udahan nangisnya. Kalo masih mau nangis ayo ke rumah sakit."

"Gak mau hiks abangggg hiks, gak bisa berhenti hiks."

"Cup cup cup mukanya makin jelek. Awas ah baju mahal Abang jadi basah kena air mata kamu." Jaehyun mendorong pelan tubuh Jeno agar menjauh darinya, menghapus air mata di pipi Jeno dengan lembut.

"Mau makan jelly?" Jeno berhenti menangis ia mengangguk tatapannya begitu lucu di mata Jaehyun.

Tatapan yang selau membuat orang-orang mudah luluh dan tidak bisa menolak keinginannya.

Termasuk Jaehyun yang tak bisa berlama-lama marah pada Jeno.


***

"Gak mau!! Abang jelek!"

"Enak aja ganteng paripurna gini."

"Jelek buktinya masih jomblo!"

"Bukan jomblo, lagi gak mau pacaran aja."

"Alesan bilang aja gk laku."

"Wah ngajak ribut." Dengan iseng Jaehyun mengusap wajah Jeno dengan tepung kering

"Abang!!! Kotor!!" Tak terima dengan apa yang sang kakak perbuat, Jeno langsung mengambil sebutir telur

"Jangan!! Jangan telor! Heh Jeno jangan macem-macem yah amis!" Jaehyun berjalan mundur menghindari Jeno yang kini tersenyum penuh arti sambil mengangkat tinggi-tinggi telur itu.

"Jeno, kalo sampe dapur Jaemin berantakan dia pasti marah." Ucap Jaehyun mengingatkan karena sekarang mereka berada di dapur milik Jaemin. Setelah Jaehyun mengambilkan Jeno sebungkus Jelly, sang adik malah meminta Cookies yang belum sempat Jaemin buatkan untuknya.

Jadilah sekarang mereka berada di dapur Jaemin, karena Jaehyun yang menawarkan diri untuk membuat cookies. Di rumah Julian memiliki dua dapur satu dapur utama dan satu dapur khusus untuk Jaemin bereksperimen dan dibuat atas permintaan sang anak. Jaemin juga melarang siapapun menggunakan dapur tersebut tanpa seizinnya, dia sangat menjaga kebersihan dan kerapihan dapur miliknya.

"Abang yang mulai duluan." Jaehyun semakin mundur sedangkan Jeno semakin terkekeh geli benar-benar seperti bocil kematian didukung dengan wajahnya yang cemong karena belum sempat ia bersihkan.
















Baru saja Jaehyun hendak berlari keluar, namun tiba-tiba.....























Tiba-tiba apa?? Tiba-tiba cinta datang kepadaku.....


Sampai jumpa Minggu depan👋🏻

Adakah yang mau kalo besok update sekali lagi??? Atau mingdep aja🤔

Jangan lupa likenya ya guys, terimakasih☺️

PermataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang