Chapter 23

33 8 0
                                    

Selamat datang, terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca. 🥀

Bolehkan saya mendapatkan emot : 🥀 ?

Enjoy, turn on your fantasy music!

*

*

*


Asap.



Asap-asap.



Aku terus mengikuti arah asap, semuanya gelap. Tidak ada lampu gantung yang dengan ajaibnya mengapung tanpa penyangga, maupun langit yang di renggut untuk di tempatkan pada sebuah aula megah.

"Apa ini nerakaku?"

Tempat ini tidak memiliki tembok. Sejauh apapun aku melangkah, semua yang kulihat hanyalah asap yang berada di antara mata kakiku.

"Khaos?"

Aku terus berjalan, tanpa arah.

Semuanya terlalu terang bagiku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semuanya terlalu terang bagiku.

Kulihat langit-langit yang melukiskan langit biru dan para malaikat bersayap. Dengan kain transparan putih yang dengan mudahnya mendayu terbawa angin lembut, mengelilingi ukiran perak di atas tempat tidur ini.

Mereka tidak bergerak seperti langit yang ada di aula.

Kulihat sekeliling, semuanya terlihat berwarna perak. Dengan bunga-bunga mawar merah pada setiap vas di sisi ruangan ini. Tubuhku di balut selimut putih. Dan gaun berwarna merah yang menutupi seluruh tubuhku hingga leher, aksesorisnya adalah kelopak-kelopak mawar yang berjatuhan. Dengan kancing-kancing perak di sepanjang leher hingga perut, dan rambut ikal hitamku yang terurai rapi di atas tempat tidur.

Ketika kulihat jendela tanpa kaca patri itu, matahari masuk melaluinya. Rumput-rumput dan tanaman di taman itu terlihat lebih hijau dan subur, dengan beberapa semak-semak bunga mawar merah yang tertata rapi.

Harpa kecil ajaib itu masih bersenandung dan mengapung terpetik angin.

Namun ini bukan kamarku, ini kamar yang belum pernah aku singgahi di dalam kastil Khaos. Namun tempat ini terlihat lebih indah dan terurus di banding kamar dengan jendela kaca patri buket bunga itu.

Pintu besar berwarna putih itu terbuka, Khaos masuk ketika aku hendak bangun dari tidurku.

Matanya melebar, kurasa ketidakpercayaan datang begitu saja dari benaknya. Sebelum terburu-buru berjalan padaku untuk memelukku. "Kau kembali." Suaranya masih dalam dan serak, namun rendah dan lara menguasai nadanya.

Seribu tahun lagi - cozyrinnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang