CHAPTER 23

1.5K 136 2
                                    

----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-
-
-
-

Alangkah baiknya tekan tombol bintang sebelum membaca.

Tandai Bila Typo.

"NO, CICI!!" teriak Adel, berlari kearah Shani dan melindungi Shani dengan tubuhnya.

Dorr!!

Detik itu juga, suara tembakan menggelegar, memenuhi ruang dengan gema memekakkan telinga. Semua seolah bergerak dalam slow motion.

Shani menjerit, tubuhnya bergetar ketakutan saat tembakan itu terlepas. Namun, seiring dengan asap yang membubung, mereka semua menyadari bahwa tembakan itu tidak mengenai Shani.

Adel berdiri tegak di depan Shani, dengan wajah putih pucat namun tekad yang tidak tergoyahkan. Pistol di tangan wanita bertopeng jatuh, terlepas karena ketegangan yang meresap ke dalam setiap orang di ruangan.

Ketegangan memuncak, dan suasana penuh dengan kecemasan dan harapan, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Mira!" teriak Olla, Oniel, Lulu, Flora.

Ketika wanita bertopeng itu menarik pelatuknya, Mira tidak ragu lagi.

Dengan keberanian luar biasa, Mira melompat di depan Shani dan Adel, menggunakan tubuhnya sebagai tameng. "AWAS!!" teriaknya, suaranya menggema di seluruh ruangan.

Adel heran mengapa tidak ada rasa sakit pada tubuhnya. Lalu Adel dan Shani menoleh kearah belakang seketika mata mereka membelalak, tubuh mereka membeku melihat Mira melompat ke arah peluru yang ditembakkan. Mira terhuyung-huyung ke belakang, wajahnya menunjukkan rasa sakit yang tak terlukiskan. Dia jatuh ke tanah, darah mengalir dari luka tembak di dadanya.

"MIRA!!!" teriak Adel dan Shani serentak. Mereka bergegas ke arah Mira, mencoba menahannya agar tidak jatuh sepenuhnya. Adel memeluk Mira, matanya berair, sementara Shani berlutut di samping mereka, air mata mengalir deras di pipinya.

Olla, Oniel, Lulu, dan Flora, yang juga menyaksikan kejadian itu, terdiam sesaat. Namun, mereka segera bangkit, kemarahan dan ketakutan berkobar dalam diri mereka. Olla dengan cepat mengambil alih situasi, memberikan isyarat kepada Oniel dan Lulu untuk bergerak.

"Jangan berani-berani menyakiti mereka lagi!" serunya, matanya menyala penuh amarah.

Pertarungan pun kembali meletus. Olla dan Flora bergerak cepat, menghalau penyerang-penyerang lainnya yang mencoba mendekat. Lulu, dengan kecerdasannya, membantu mengoordinasikan perlawanan mereka, mengarahkan teman-temannya untuk menyerang atau bertahan sesuai kebutuhan.

Di tengah kekacauan, Adel tetap berada di sisi Mira, berusaha menekan luka di dada Mira untuk menghentikan pendarahan. "Tahan, Mir! Tolong tahan!" teriak Adel, suaranya bergetar.

Shani, yang berlutut di samping mereka, tidak bisa menahan tangisnya. "Mira, kenapa kamu harus melakukan ini? Kenapa kamu harus...?" suaranya tercekat, tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Air mata mengalir deras di pipinya, dan dia menggenggam tangan Mira erat-erat, seolah mencoba untuk menyalurkan kekuatannya melalui sentuhan itu.

I'M ADELIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang