Cerita Kinara

0 0 0
                                    

Pov Kinara

Jam di dinding menunjukan pukul dua malam, aku terbangun karena merasa haus, melangkah keluar dari kamar menuju dapur.

Saat melewati satu ruangan, samar aku melihat bayangan pada satu sisi ruangan yang terbuka, kucoba mendekati tempat itu, ternyata, sebuah musala kecil, aku melihat Bang Lery sedang salat.

Aku duduk lalu memperhatikan dia yang sedang salat, tanpa kusadari bulir-bulir air mata turun membasahi pipiku, tubuhku pun bergetar, kala Bang Lerry membuka alqur'an dan membacanya. Ya Tuhan ... suaranya begitu indah.

Sudah terlalu lama aku tak melaksanakan perintah-Mu, ya Allah, maafkan aku yang telah lalai, lirih aku berucap. Aku pun terus memperhatikan Bang Lery yang masih khusyuk melaksanakan aktivitasnya.

Pemuda itu tersadar, kala tahu aku sedang memperhatikannya

"Nara, sedang apa di sini? kenapa tidak tidur?"

Aku mengatakan jika ingin mengambil air untuk minum.

"Kamu sudah salat?"

Aku menghapus air mata. "Ma-maaf sa-saya ...."  Aku berhenti bicara tak sanggup meneruskan kata-kata dan menundukkan wajah, pemuda itu mendekat dan duduk di hadapanku. Aku menceritakan padanya jika selama ini telah lalai, dan tak pernah melaksanakan kewajiban lima waktu itu.

Bang Lery menggeleng, tampak jelas raut kekecewaan pada wajahnya.

Pemuda itu menjelaskan salah satu ayat Al-qur'an yang memerintahkan kewajiban untuk salat, yang terletak pada surah Al-baqaroh ayat 43 yang artinya, Dan dirikan lah salat, tunaikan lah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'.

❤FahrianiSyahputri❤

Aku semakin menangisi diri ini. Penjelasan Bang Lerry semakin membuatku merasa berdosa dan menjadi orang yang terbodoh selama ini.

"Apakah diri saya masih pantas untuk bersimpuh kepada-Nya? Sedangkan ... saya sangatlah kotor, Bang?"

"Bukan masalah pantas tidaknya, Nara, tapi ini kewajiban kita sebagai umat muslim, taat atas perintah Allah, kamu paham?"

Aku mengangguk. Menatap penuh arti padanya. "Benar Bang Lery, maukah kamu mengajarkan saya untuk salat? Bahkan cara berwudlu pun saya lupa."

"In syaa Allah, sekarang ... kamu tidur, besok subuh bangun, kita salat sama-sama, bareng Maura juga, kamu bisa belajar juga dengan dia, meskipun Maura tuna netra, tapi dia tidak pernah melupakan kewajibannya."

Maura? Ingin kutanyakan kepadanya tentang Maura, tetapi, bukan waktu yang tepatbbuat menanyakan hal itu sekarang. Jadi biar nanti saja, jika waktunya tiba.

❤FahrianiSyahputri❤

Azan subuh berkumandang. Terdengar ketukan pintu dari luar. Maura memanggilku.

"Nara, boleh aku masuk?"

"Iya, Maura. Masuk saja."

"Ayo kita salat, Bang Lery sudah menunggu."

Aku mendekati Maura. "Aku malu, Maura. Aku tidak tahu cara salat itu seperti apa."

"Ikuti gerakan Bang Lery dan nanti kita sama-sama belajar, ayo! Nara, keburu waktunya habis ...."

Aku menuntun Maura menuju musala kecil di rumahnya, sesampai di sana, terlihat Bang Lery sedang membaca sebuah buku, mungkin mengisi waktu sampai kami datang. Maura memberikan sebuah mukenah kepadaku. "Pakai ini, Nara."

"Iya, makasih, Ra ...," ucapku lalu memakai mukenah pemberian Maura.

Usai melaksanakan salat, aku merasakan ada hal yang berbeda di hati, perasaan tenang dan nyaman yang tidak pernah aku rasakan selama ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BUKAN WANITA PENDOSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang