Siapa sangka jika kehadiran Helena membuat Rumi merasa ada teman bermain. Jika sebelum adik lahir Rumi merasa takut akan terasa diasingkan, nyatanya ia sangat sayang kepada Helena dan bersyukur atas kehadiran adiknya. Setelah satu bulan terlewati Rumi tidak merasa canggung lagi dan sampai tidak mau jauh dari sang adik.
"Ibu adik tidurnya dimana?"
"Di kamar ibu sama bapak dong, kan adik masih suka nangis malem - malem."
"Di kamar aku aja, nanti aku yang jagain."
"Emang mas bisa? Jangan deh, mas istirahat aja yang banyak biar di sekolah gak ngantuk."
Walaupun Rumi tidak begitu telaten mengurus sang adik, ia tetap tidak pernah menyia - nyiakan waktunya sekedar menatap adiknya yang belum bisa apa - apa kecuali tidur dan menangis itu. Berbeda dengan Rumi, Hazel semakin terampil mengurus adiknya. Sosok Hazel sangat membantu ibu supaya tidak kewalahan. Ibu sangat bersyukur merasa ada banyak yang membantu menjaga Helena.
...
Rumah Wiryadamara semakin ramai setelah kehadiran personil baru, anak ketiga, yaitu Helena. Bayi yang belum lancar berbicara itu sering memanggil dirinya dengan sebutan "Enya", membuat orang - orang juga ikut memanggilnya dengan sebutan tersebut.
Jika Hazel dekat dengan bapak, lalu Rumi dekat dengan ibu. Berbeda dengan Helena, ia sangat senang bersama dengan kakak laki - lakinya, mas Rumi. Padahal Rumi bukan kakak yang baik, banyak kejahilan yang ia berikan kepada Helena. Tapi entah mengapa, hatinya selalu jatuh kepada mas Rumi. Setiap kali ia mendapat perlakuan jahil masnya, ada kakak Hazel yang menolong Helena. Walaupun tetap bapak yang menjadi super hero di hidup Helena, begitu juga dengan yang lain.
"Eumm, ibu, roti siapa nih? Enak banget mana masih anget lagi."
Rumi menghampiri ibu di dapur yang sedang memanggang roti untuk keluarganya. Seisi rumah harum roti garlic yang baru saja ibu keluarkan dari panggangan.
"Enya mas."
Dari arah bawah kaki Rumi, terdengar suara bocah yang sedang berusaha mengambil hak milik roti garlic enak buatan ibu. Padahal ibu buat bukan untuk satu-dua orang, tapi untuk satu keluarga mereka.
"Suara darimana ya bu?"
"Mas ... Enya mas ..."
Tanpa peduli dengan kicauan mungil Helena, Rumi langsung melahap roti hangat ke dalam mulutnya. membuat isi mulut penuh dengan hangatnya roti dengan rasa bawang dan mentega.
"Huaaa, mbuuu!"
"Ini loh ibu buat banyak."
Ibu menggendong Helena supaya ia bisa melihat betapa banyaknya roti garlic yang baru dimakan oleh Rumi. Tapi tetap saja Helena selalu ingin makanan yang diambil oleh Rumi. Mungkin, karena sudah terbiasa makanannya di curi oleh masnya, jadi ia merasa roti tersebut harusnya masuk ke mulut mungil Helena bukan mulut rakus mas Rumi.
"Nih mas kasih."
"Mas Rumi ... jorok dong. Ini adik ambil lagi aja yang masih hangat, sama susu mau?"
Jijik juga Helena rasa jika memaksa untuk makan roti bekas masnya. Akhirnya ia meminta kepada ibu roti baru dan sebotol susu untuk disantap bersamaan. Namun, lagi - lagi kegaduhan ditimbulkan dari keduanya. Rumi meminta susu Helena tanpa sebab.
"Rumi apaan sih, kayak gak ada gelas lain aja buat kamu minum."
"Hahahaha, aku nyicip aja sih kak. Rasa penasaran aku langsung naik liat Enya minum susunya. Nih nih nggak mas abisin kok, masih sisa banyak susunya."
"Orang aneh. Dia juga jijik lah dotnya udah kamu pake buat nyicip. Enya ganti aja dotnya ya."
Berkat pertolongan kakak Hazel, Helena bisa kembali meminum susunya dari botol yang baru. Sedangkan Rumi, ia mendapat ceramahan dari kakak dan ibunya.
...
Tidak sekali - dua kali Rumi menjahili sang adik yang masih bayi dan manja itu. Bahkan kadag Hazel pun ikut menjahili Helena, karena ekspresi dramatis Helena tidak pernah gagal menghibur keluarga tersebut.
"Enya," panggil Rumi, "Enya liat mas."
Panggilan Rumi dicueki oleh Helena yang sedang asyik dengan dunianya. Sampai beberapa kali panggilan akhirnya Helena merasa risih lalu membalikan badannya untuk melihat kelakuan apalagi yang masnya berikan kepada dirinya.
"Mas peluk bapak wle wle."
Bapak yang sedang fokus menonton tv menjadi objek kejahilan Rumi kepada Helena yang kesekian kalinya. Rumi duduk di sebelah bapak sambil memeluknya, mencari antensi sang adik sampai kesal lalu menangis.
Tapi nyatanya, kejahilan Rumi kali ini tidak berbuah hasil yang sempurna. Helena tidak peduli, ia kembali sibuk bermain dengan wortel yang sedang ia masak di panci mainannya.
"Kak sini kak."
Hazel yang baru datang di ajak oleh Rumi untuk memeluk bapak bersamaan supaya Helena merasa panas oleh cemburu.
"Enya," panggil Rumi lagi, "Enya bukan anak bapak ya. Enya anak siapa deh."
Ucapan jahil yang terkesan jahat dari Rumi akhirnya berhasil membuat Helena terbakar api cemburu. Helena berjalan tak seimbang sambil merengek menghampiri bapak yang sudah dikepung oleh kedua kakaknya. Jalannya yang masih belum seimbang membuat dirinya sulit sampai ke tujuan dengan cepat.
"Lama banget lagi jalannya. Bye Enya ditinggal, bapak bukan punya Enya."
"Hahahaha, kasian Rumi parah banget."
Bapak yang sejak tadi pasrah menjadi objek kejahilan Rumi hanya tertawa melihat Helena yang masih berjuang untuk bisa sampai kepelukannya. Saat sudah sampai, Helena merentangkan tangannya supaya bapak bisa menggendongnya.
"Tangan bapak penuh, disini kakak, disini ada mas."
Bukannya membela, bapak malah ikutan jahil kepada Helena dan membuatnya menangis semakin kencang. Apakah benar jika ia bukan anak bapak, setelah bapak tidak melakukan aksi apapun saat dirinya meminta untuk di gendong.
"HHUUAAAA!"
"Hahaha kasihan .... Enya anak bapak kok. Sini Enya masih bisa di tengah."
Tangisan histeris Helena memanggil ibu. Dikira ada kejadian yang serius karena tangisannya yang bergema di seisi rumah, yang membuat ibu khawatir. Tapi ternyata, semua ulah Harvey Rumi lagi. Ibu hanya menggelengkan kepalanya, namun secara bersamaan tersenyum hangat saat melihat ketiga anaknya berkumpul bersama dalam pelukan bapak.
The end.
Sedikit aja special chapter 'My Heart Calls Out For You' ini, semoga kalian suka dan terhibur. Tungguin kisah - kisah mereka di update akun x @.fairytalice ;)
KAMU SEDANG MEMBACA
(special chapters) My Heart Calls Out For You
FanfictionA few new chapter from the previous stories, enjoy.