˗ˏˋ ꒰ 𝐒𝐡𝐞 ꒱ ˎˊ˗

60 14 1
                                    

___________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

___________________________________

𝐑𝐞𝐨'𝐬 𝐏𝐎𝐕

Hari ini cukup cerah meskipun udaranya sangat dingin. Dan seperti biasa, aku berangkat bersama Nagi. Awalnya hanya kebetulan aku bertemu dia di jalan saat aku diantar oleh supir. Tapi lama-kelamaan, akulah yang mengajaknya berangkat bersama.

Sesampainya di sekolah, aku langsung menyuruh Nagi agar mendahuluiku, sebab aku harus ke ruangan OSIS. Ini sudah menjadi rutinitas sehari-hari semenjak aku dilantik. Dan, tentu saja melelahkan!

Aku melewati taman. Seketika kembali teringat akan gadis semalam. Biar ku beritahu, di sekolah ini tidak ada asrama. Dan pihak sekolah tidak memperbolehkan adanya aktivitas kegiatan ekstrakurikuler pada malam hari.

Hal itu dilakukan agar meminimalisir terjadinya perampokan dan penguntitan terhadap anak sekolah. Sebab, di daerah ini sangat rawan.

Oke, kembali pada topik gadis semalam. Hadeh, apa dia gila? Apa dia tidak takut? Jika aku melihatnya di sekolah saat malam hari lagi, aku akan melaporkannya kepada pihak sekolah.

Aku sudah sampai di ruangan OSIS. Tapi ternyata ruangan itu sudah tidak terkunci. Artinya, ada yang masuk. Seingatku, yang memegang kunci ruangan ini hanya aku dan mantan ketua OSIS, Kak Yukimiya. Apa dia ada urusan di sini?

Pintu berderit ketika aku membukanya. Begitu masuk, aku langsung disambut dengan hawa dingin yang berasal dari pendingin ruangan. ORANG GILA MANA YANG MEMAKAI PENDINGIN RUANGAN SAAT MUSIM DINGIN?!

Amethyst milikku tak sengaja menangkap sosok yang sedang terlelap di sofa. Jika diperhatikan lamat-lamat, ia mirip dengan kak Yukimiya, tapi versi rambut panjang. Apa adiknya? Atau jangan-jangan, kak Yukimiya berubah jadi seorang gadis?!

Mana mungkin! Ini bukan dunia sihir! T-tapi, dia cantik, sih. Dan, dadanya-

SIALAN!

APA YANG KAU PIKIRKAN MIKAGE REO?!

Ah, dia bergerak. Sepertinya sebentar lagi dia akan bangun. Apa aku terlalu berisik? Astaga, bagaimana ini? Tunggu, kenapa aku panik seperti ini? Bukankah aku yang harus menanyakan maksud kedatangannya?

"H-hei, apa yang kau lakukan di sini? Kau tidak boleh sembarang memasuki ruangan ini." Tanyaku. Ku harap ia mendengarkan dan segera keluar dari sini.

"Hanya mengantar barang dari kak Kenyu." Ucapnya. Apa? Kak? Jadi dia sungguhan adik kak Yukimiya? Pantas saja cantik dan- apasih!

Ia menunjuk barang tersebut menggunakan dagunya. Ternyata barangnya ada di atas mejaku. Aku menganggukkan kepala.

"Baiklah, terima kasih. Sekarang kau boleh keluar." Apa aku terkesan mengusir? Hm, menurutku tidak. Aku hanya merasa kurang nyaman berada di ruangan sama dengan seorang gadis. Kami hanya berdua, ingat? Aku tidak mau ada yang salah paham.

Namun ternyata dia tidak bergerak sama sekali, dan malah menyandarkan punggungnya ke sofa. Jemarinya yang lentik menyelipkan anak rambut ke telinga.

"Malas." Ucapnya singkat. Aku langsung memasang ekspresi cengo. Apa-apaan gadis ini?

"Ha? Kenapa begitu?" Tanyaku tak percaya. Santai sekali wajahnya.

"Di luar dingin." Ucapnya. Ha? Apa? Dingin? TERUS KENAPA MENYALAKAN PENDINGIN RUANGAN, SIH?!

"Ck, baiklah. Hanya sampai bel berbunyi. Jika saat bel berbunyi kau tidak kembali ke kelas, maka aku akan melaporkanmu pada pihak sekolah." Ancamku, berharap dia mengerti. Ia hanya mengangguk patuh.

Aku menghela napas. Aku pun segera menuju mejaku dan menyelesaikan tugas. Ku periksa barang dari kak Yukimiya, ternyata itu adalah data-data ekskul yang ku minta. Syukurlah ia masih menyimpannya. Jika tidak, maka aku harus memulai dari awal lagi.

Di sela-sela pekerjaan, sesekali aku melirik gadis yang masih betah berada di sofa. Ku lihat dia kembali tertidur dalam posisi duduk. Astaga, apakah lehernya tidak sakit?

Sebenarnya aku punya bantal leher. Bantal ini biasa ku pakai ketika tidur. Tanganku terulur mengambil benda empuk itu di dalam lemari kecil. Aku beranjak dan menghampiri gadis itu.

Entahlah, tanganku bergerak dengan sendirinya untuk memasangkan bantal di lehernya. Ia melenguh, kelopaknya perlahan terbuka menampilkan bola mata yang indah. Jika diperhatikan lamat-lamat, ia memiliki tahi lalat tepat di bawah mata.

Kami menatap satu sama lain. Ada sekiranya sepuluh detik, aku memutuskan tatapan itu sepihak. Sudah ku bilang, aku kurang nyaman. Apalagi dengan ekspresinya yang datar itu. Seperti tidak punya semangat hidup saja.

"Bisakah kau mengambilkan handphone ku? Tolong." Pintanya padaku.

"Tunggu, apa? Kenapa harus aku? Di mana handphone mu?" Tanyaku beruntun.

"Itu." Jemarinya menunjuk benda pipih yang terletak di atas meja.

Aku berkedip. Dan tau tidak, apa yang paling bodoh? Ya, AKU MALAH MENGAMBILKANNYA! Jangan tanyakan padaku. Aku bahkan tidak mengerti mengapa tubuhku bergerak sendiri.

"Halo, kak. Bisa tolong jemput aku di ruang OSIS?... Baiklah, sampai jumpa." Ia terlihat mematikan telepon. Aku berasumsi yang dia telepon tadi adalah kak Yukimiya.

Selang beberapa menit, pemuda berkacamata itu pun datang. Ia menatap adiknya dengan senyuman teduh khasnya. Ia berjalan mendekati sofa, kemudian menggendong gadis itu ala pengantin.

"Kau ini mageran sekali." Ucapnya yang tidak digubris oleh gadis itu. Yang ada, ia malah menyembunyikan wajahnya di dada kak Yukimiya, lalu tertidur lagi.

"Maaf jika (Name) merepotkan mu, Reo." Ucapnya padaku. Ya, sebenarnya tidak merasa direpotkan sama sekali. Hanya terheran-heran.

"Tidak masalah." Aku tersenyum.

"Baiklah kalau begitu. Kami pamit, permisi." Pamitnya. Mereka berdua pun keluar dari ruangan OSIS.

(Name), ya?

Gadis yang manis.

𝘌𝘯𝘫𝘰𝘺 𝘨𝘶𝘺𝘴

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𝘌𝘯𝘫𝘰𝘺 𝘨𝘶𝘺𝘴

𝐌𝐀𝐆𝐄𝐑 - Mikage ReoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang