___________________________________
𝐀𝐮𝐭𝐡𝐨𝐫'𝐬 𝐏𝐎𝐕
Yukimiya (Name) tidak mengerti apa-apa selain materi pelajaran dan tidur, apalagi soal pertemanan juga perasaan spesial terhadap seseorang. Pernah beberapa ia mencoba pendekatan dengan teman-teman sebaya. Namun, hal itu tidak berlangsung lama, sebab mereka hanya menginginkan harta miliknya.
Begitu pun pendekatan dengan lelaki. Terlampau sering dirundung seperti itu membuatnya sulit percaya bahwa masih ada bisa menerima tanpa melihat siapa dirinya.
Ia terbuai oleh suara-suara insan tak kasat mata yang menjeratnya bersama kesepian, hingga membuatnya tersiksa. Kendati lara menggerogoti jiwa dan raga (Name) tetap berusaha menutupi, biarpun kesulitan.
Semua orang yang menatapnya penuh damba, semua orang yang menyunggingkan senyum kepadanya, ia anggap omong kosong belaka. Insan-insan itu hanyalah penjilat, sampah masyarakat tak bermoral.
Muak atas segala peristiwa yang menyayat sukma, (Name) lebih memilih menyibukkan diri, mengabaikan segala sesuatu yang melelahkan juga merepotkan.
Tetapi, setelah mengenal pemuda bermanik amethyst itu, hari-harinya seolah menjadi lebih bermakna. Kala guratan senyum indah nan menawan itu terpancar, ia merasa harsa yang selama ini hanyalah angan menjadi kenyataan.
(Name) merasa, ada sesuatu yang aneh membuncah dalam benak seolah mengisi segala kekosongan yang ada.
Kelopak mata terbuka, menelisik sekitar dengan tidak minat. Ruangan yang didominasi warna putih dan aroma khas obat-obatan itu entah mengapa membuat (Name) merasa sedikit lebih nyaman dibanding sebelumnya.
Kepalanya menoleh ke samping. Sedikit terkejut karena mendapati sang kakak yang nampak sedang membaca buku. Oh, jangan lupakan sosok juga sosok pemuda yang akhir-akhir ini mengusik pikirannya, Mikage Reo, sedang tertidur.
"Kakak..." panggilnya samar, namun ternyata didengar oleh Kenyu.
"(Name)!" kaget pemuda berkacamata itu. Dengan sigap ia menghampiri sang adik yang nampak lemah.
"Bagaimana perasaanmu? Ingin sesuatu? Bagaimana kalau kita pulang saja?" tanyanya secara beruntun.
"Kau bisa menanyakan satu persatu, kak Yukimiya. (Name) baru saja bangun..." ucap Reo tiba-tiba.
"Ekhem, benar juga. Maafkan aku, adikku," Kenyu berdiam sejenak, kemudian melanjutkan. "Baiklah, jadi...?"
"Aku ingin roti keju dan kopi." ucap (Name) secara tiba-tiba. Yang mana, hal itu membuat kedua pemuda di depannya menatapnya heran.
Pasalnya, gadis tu baru saja sadar dari pingsan. Masa minum kopi?
"T-tapi... Kau yakin? Di kantin sekolah kita banyak makanan yang lebih sehat untuk orang sakit, lho." ucap Kenyu menyakinkan sang adik.
"Aku mau itu." ucap (Name) mutlak.
Nampaknya hal itu tidak bisa diganggu gugat lagi. Kenyu pun beranjak dari tempatnya, kemudian melangkah keluar UKS. Namun, Reo menahannya.
"Biar aku saja yang beli. Kak Yukimiya di sini saja menjaga (Name)." ucapnya.
Kenyu tersenyum. "Biar aku saja. Reo jaga (Name) saja. Aku akan segera kembali."
Tanpa menunggu jawaban dari pemuda bersurai ungu itu, Kenyu melenggang pergi meninggalkan kedua insan itu di UKS. Tidak ada percakapan. (Name) kembali menutup matanya, mencoba meresapi ketenangan di sana. Sementara Reo duduk di kursinya lagi.
Terjebak dalam situasi seperti itu membuat Reo merasa kesepian. Ia yang pada dasarnya terbiasa dengan lingkungan yang ramai, mencoba untuk membangun interaksi hangat, barangkali hal itu membuat (Name) merasa lebih baik. Meskipun gadis itu terlihat lebih menyukai ketenangan. Apa salahnya mencoba?
Tetapi, begitu Reo hendak membuka obrolan, suara lembut (Name) seketika menyapa pendengaran.
"Terima kasih," ucap (Name).
"Y-ya?" Reo menatapnya.
"Terima kasih karena sudah membawaku ke UKS." ucap (Name) lagi.
"Bagaimana kau tau? Kau, kan pingsan." Pemuda itu diam sejenak, kemudian melanjutkan. "Oh! Jangan-jangan, kau pura-pura pingsan agar supaya tidak mengikuti upacara, ya? Atau, agar kau ingin ku gendong?" Reo menatap curiga gadis di depannya itu.
Alis (Name) menukik. "Apa untungnya bagiku? Dan lagi, aku bisa tau karena suaramu masih terdengar di telingaku." tukasnya. "Hanya tidak bisa bangun saja..." Lanjutnya lirih.
"Tapi, tadi kau terdengar khawatir tuh. Aku jadi penasaran ekspresimu saat di barisan tadi, hahaha." (Name) menggoda Reo dengan alisnya yang naik turun. Jangan lupa dengan senyum tengilnya.
"A-apa-apaan? Siapa yang mengkhawatirkan mu? Percaya diri banget!" elak Reo. Lihatlah wajahnya yang nampak merona itu. (Name) hanya bisa menahan tawanya.
"Ya, ya. Terserah kau saja." (Name) menyelipkan anak rambutnya, lalu menatap Reo dengan guratan senyum tipis yang candu di mata Putra Mikage itu.
Alis Reo menukik. "Ada apa? Kenapa kau tersenyum seperti itu?" Tanyanya heran. Sebenarnya ia mencoba menyembunyikan rasa gugupnya. Ya, siapa yang tidak salah tingkah ketika ditatap seperti itu oleh gebetan?
"Kau baik sekali. Terima kasih, ya. Aku senang bisa mengenalmu.." Ucap (Name) tulus. "Dan sepertinya,"
Putra Mikage itu harap-harap cemas menunggu lanjutan kalimat dari gadis di depannya. Dan, bolehkah ia berharap lebih?
(Name) menunduk dengan pipi yang merona bak tomat. "...Aku menyukaimu, Reo." Ungkapnya.
Oh, God!
Perasaan apa ini?
Gemuruh dalam dada terasa begitu berisik, wajah merona padam, keringat bercucuran. Reo tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya. Perasaan asing yang biasanya hanya ia baca pada sebuah novel juga mendengar cerita dari teman-temannya, kini ia rasakan sendiri.
Ternyata, seindah itu.
<3 Bonus!
"Aku kembali! Maaf atas—" Ucapan Kenyu terhenti ketika memasuki ruangan sang adik, menatap tak percaya pemandangan yang seolah-olah hanya disuguhkan untuknya.
Di bangsal itu, (Name) dan Reo tertidur dalam posisi duduk dengan kepala yang saling bertumpu. Jangan lupakan earphone yang menyumbat telinga keduanya.
Sempat mematung beberapa saat, tak lama Kenyu menghampirinya bangsal itu dan menaruh titipan sang adik di atas nakas. Senyum tipis terlukiskan di wajahnya yang tampan nan tegas itu.
"Dasar tidak tau tempat..." Pemuda itu menghela napas lelah.
"Tapi, lucu juga, sih. Aku kapan, ya?"
Udah sebulan, ya? 😔☝🏻
Mianhaeyo 🙇🏻♀️🌻
Seperti yang saya bilang sebelumnya, chp 5 dan 6 sempat hilang 😔 jadi saya berusaha buat ngembaliin chp nya lagi, dan Alhamdulillah nya bisaa!!! HOOREYYY 🎉🎉🎉Segitu dulu aja, makasiiihhh🫶🏻🧡
Saya harap kalian suka✨
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐀𝐆𝐄𝐑 - Mikage Reo
Подростковая литератураReo berpikir, tidak ada seorang pun yang memiliki tingkat kemalasan seperti Seishiro. Hingga akhirnya ia menemukannya sendiri. Dan anehnya, ia malah jatuh hati terhadapnya. ____________________________________________ 𝐌𝐚𝐠𝐞𝐫 (𝘕) 𝘈𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 �...