11. Kekasih lama

88 7 1
                                    

Denzel meninggalkan rumah itu. Kini Denzel menginap di salah satu hotel yang ada di Jakarta.

Malam ini langit Jakarta hujan. Denzel meringkuk di atas ranjang sambil mengusap usap perutnya.

Denzel harus merawat anaknya. Padahal Denzel itu mau childfree, dia tidak ada minat untuk mempunyai keturunan meskipun dirinya bisa hamil. Tapi selama 6 bulan anak anak ini tumbuh di rahim Denzel, ada rasa sayang yang tumbuh dalam dirinya kepada kedua bayi nya.

Denzel butuh uang yang sangat banyak untuk menghidupi anak anaknya di masa depan. Uang upah yang diberikan Mafka harus Denzel kembalikan. Dirinya juga mau benar benar lepas dari Mafka. Termasuk pernikahan yang sah di mata Tuhan dan hukum harus Denzel akhiri.

"Apa aku hubungin mas Baron?? Karena katanya kalau ada apa apa kabarin dia?" pikir Denzel sembari menyantap buah mangga.

Sudah berapa bulan lamanya Denzel tidak bertukar kabar dengan kekasihnya itu ya?? Ah Denzel bahkan sudah lupa. Semoga saja laki laki itu benar benar menunggunya atau waktu itu hanya salam manis perpisahan?

Denzel meraba handphone nya di atas meja. Saat Denzel menyalakan tombol power banyak sekali notifikasi dari Mafka. Puluhan panggilan tak terjawab darinya. Denzel mengabaikan suaminya itu. Dia lebih dulu mengirimkan pesan kepada kekasihnya? Atau mantan kekasih? Ah intinya Baron Gennadi.

Setelah mengirimkan pesan kepada Baron. Kekasihnya itu sangat cepat membalas pesan yang Denzel kirimkan. Kini mereka sedang asyik telfonan, Denzel menceritakan apa yang terjadi pada hari ini, menceritakan dari awal hingga kejadian ini bisa terjadi.

"Kalau orang lain jahat sama kamu, sentuh aja apa yang dia anggap berharga dalam hidupnya, hingga orang itu bertekuk lutut di hadapan mu. I know, kamu sangat pintar Denzel." seru laki laki yang berada di negeri para singa.

Baron ada di belakangnya, kini Denzel punya tameng baru yang menguatkan nya.

"Kamu punya rekaman nya saat Sheren mengancam mu?? Ahh u so gorgeus Denzel Kavish"

Benar, Denzel merekam obrolan nya dengan Sheren tadi siang dari pertama hingga akhir. Semua ancaman yang Sheren ucapkan tersimpan rapih di handphone nya.

"10 Miliar? Kurang ahh minta yang lebih. Kata kamu kan kamu mau ngembaliin uang 50 miliar nya ke Mafka? Rugi dong kamu."

"Iya, aku emang mau ngembaliin uang itu mas. Aku minta uang ke Sheren cuman bikin dia jera aja. Terus aku harus minta berapa ke Sheren?? 20 Miliar?? Ah masa sih Sheren mau ngasih uang ke aku cuma cuma mas? Dia bisa gunain pengacara dan membungkam nya ga sih mas??

"Engga, Sheren ga akan bisa gunain pengacara, yang kaya kan si Mafka. Dia kaya karena dia istrinya Mafka. Apalagi kata kamu pesan terakhir Mafka dia bilang dia cinta kamu kan? Jelas Mafka bakal belain kamu. Ancam si wanita iblis itu, minta 50!"

"Dia bakalan ngasih apapun yang kamu minta Ezel!" lanjutnya.

"Tapi 50 miliar banyak banget mas?? Habis kali tabungan dia."

"Biarin lah, karena dia bodoh. Dia hanya mendekatkan pisau ke tubuh kamu sedangkan kamu bisa menghancurkan hidupnya dalam sekejap."

Denzel hanya diam mencerna semua omongannya Baron.

"Denzel jangan terlalu baik, orang bisa seenaknya sama kamu. Ayo saatnya tunjukkin Denzel Kavish yang selalu berhasil buat ibu ngasih black card nya dengan lapang dada."

Ini alasan Denzel mau mengembalikan uang ke Mafka. Karena dia juga sudah menyimpan cukup banyak uang dari ibu nya Baron. Ibunya selingkuh, itu kartu as yang selalu Denzel pegang.

Apakah Baron tau? Jelas dia tau, mereka berdua malah bekerja sama mengancam ibunya.

Denzel hanya tertawa. "Jadi, aku harus minta 50M nih? Terus aku ceritain ke Mafka semuanya??"

"Good boy. Jebak Sheren!"

"Engga ahh jangan sekarang, kita ancam perlahan dulu."

"Ahh aku ga sabar nunggu selanjutnya. Ehh kita telfonan udah 1 jam tapi aku ga tau kamu sekarang ada dimana, kamu lagi dimana Ezell?" Mereka telfonan sudah 1 jam lamanya.

"Hotel The Langham, Jakarta." Salah satu hotel bintang lima yang berada di Senayan. Denzel mengeluarkan hampir 4 juta rupiah untuk dirinya menginap satu malam di hotel itu.

"Besok mau pindah aja ah, sayang banget di pikir pikir tidur doang 4 juta."

"Nomor rekening nya masih yang lama kan??"

"Iya sih—Ehh engga ya jangan tf. Aku ga mau ngerepotin kamu mas" tolak Denzel.

"Alahh kayak ke siapa aja kamu."

"Gamau ahh mas, jangan ihh masa belum ketemu udah tf tf ajaa"

Senyap.

"Udah aku tf yaa. Buat nginep di hotel itu, gapapa ga usah pindah kalau kamu nyaman disana."

"Aku nanti nyamperin kamu kesana boleh ga??"

"Bolehhh!! Masa sihh ga boleh. Kangen juga aku. Makasih yaa buat uangnya."

"Sama sama, biar si kembar nyaman sayang."

"Aku ga sabar liat kamu, usia kandungan kamu udah 6 bulan pasti makin..."

"Makin apaa?? Kok ga diterusin? Kamu mau bilang aku makin gendut ya??"

"Makin semok"

"IHH MAS BARON!! Tapi berat badan aku beneran naik drastis lohh, ga adaa pinggang ramping yang biasa kamu peluk lagi mas."

"Video call yaa!! Mau liat kamu. Jujur penasaran bangett Ezel ku pasti makin cantik banget."

"Kalau ga sesuai ekspektasi mu gimana??"

"Aku tuh suka kamu karena sikap mu, tingkah kamu, bukan karena tubuh kamu." timpal Baron.

"Kalau aku cuman mau tubuh kamu, udah dari kapan kamu jebol," lanjutnya.

"HAHAHA JEBOL BANGET BAHASANYA. ADUHH PERUT KU GERAKK!!! EHH BAYI BAYI NYA GERAKK!"

Mereka lanjut video call hingga Denzel tertidur dan Baron sengaja tidak mematikan telfon nya. Dia ingin melihat Denzel sambil mengerjakan berkas berkas nya malam itu. Hingga Denzel kembali terbangun di pagi hari yang pertama kali dia lihat dalam handphone nya yaitu Baron sedang tertidur di meja kerjanya.

DWARA - BXBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang