Barbara telah sampai di istana, meski terasa seperti ada tsunami diperutnya. Ya bisa dibayangkan dari perjalanan udara dengan sapu terbang dihutan dan perjalanan darat dengan kuda menuju istana, siapa yang tahan.
Lalu sekarang ia harus berlari secepat mungkin ke kamar Jisoo. Kalau bisa terbang ia ingin terbang saja. Asal kalian tahu kamar Jisoo itu ada dilantai delapan menara istana, itu kenapa satu-satunya olah raga yang tidak dilakukan Barbara adalah cardio.
"Ah akhirnya nona pirang barbar ini datang juga". Terlihat pria berambut pirang dengan pakaian besi bersandar ditembok samping pintu kamar. Itu Albert, beta sepupu Barbara yang diberi tugas oleh Barbara menjaga sementara ia pergi.
"Diamlah ini upahmu, sekarang pergilah." Barbara menyerahkan sekantung koin emas pada pria itu.
Disambut pria itu dengan menunduk 90° dengan kedua tangan mengadah. "Baik, terma kasih nona barbar."
Setelahnya Albert memberi salam hormat dengan mengangguk, memutar lengannya ke perut, lalu menekuk ke belakang satu kaki miliknya. Layaknya salam bangsawan. Sangat efektif menjadi support system mual Barbara. Namun, memuntahkan isi perut adalah pilihan yang buruk saat ini meski ia ingin sedari tadi.
"Kalau bukan karena ia kekasih Marie sudah ku buat ia menjadi pakan burung hering." Lirik Barbara pada Albert yang tengah melompat-lombat riang dikoridor.
Ceklek
Barbara masuk lalu berlutut, ia menyerahkan parfum itu. "Yang mulia saya berhasil mendapatkan parfum alpha itu".
Jisoo menghampiri Barbara, memeluknya erat. "Terima kasih telah kembali dengan selamat."
"Terima kasih telah mengkhawatirkan saya yang mulia," ucap Barbara haru.
♡
Seokmin dan Jun baru saja selesai berburu. Kali ini mereka mendapatkan argali dan moose. Jun memang pemakan segala darah. Namun, ia lebih menyukai darah hewan liar, mereka terasa lebih segar. Mungkin karena organik.
Seokmin sedang memikul seekor moose dibahunya sedangkan Jun menarik troli kayu berisikan argali. Sesekali Jun melirik ke belakang pada argali mati itu dengan liur sedikit menetes, ia sudah sangat lapar. Disisi lain Seokmin memasang ekspresi miris, orang tua Jun benar-benar gagal dalam acara mendidik anaknya menjadi bangsawan.
"Honeyy kami pulang." Jun membuka pintu semangat.
"Raja telah meninggal." Tanpa babibu dan sambutan, kabar duka tercetus begitu saja dari lisan Minghao.
"Wah sangat mendadak." Itu respon si vampire karena bingung bereaksi seperti apa.
Seokmin mendengus."Kau pikir raja akan memberikan spoiler ajal lalu meninggal, huhh!"
Mata Minghao berbinar ia menatap kedua pria yang masih kumuh pulang berburu itu dengan semangat. "Ini kesempatan kita untuk merampas tahta milik klan Estele!"
"Apa itu tidak terlalu gegabah?" Jun menopangkan dagu pada tangannya.
"Tidak, lagipun Seokmin telah terbangkitkan," ujar Minghao Mantap.
Jun menoleh pada Seokmin. "Seok apa kau siap?"
Seokmin menatap yakin Jun. "Demi adinda Jisoo aku selalu siap!"
"Euw," ucap geli Minghao dan Jun kompak.
♡
Dapur istana sedang benar-benar sibuk, para koki dan pelayan tak mendapatkan kesempatan untuk beristirahat. Terutama Barbara yang harus mengepalai seluruh hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possible (Seoksoo) (Junhao)
FantasyDeskripsi cerita ini terdengar terlalu bersih untuk mewakili keseluruhan cerita. Deskripsi cerita : Seokmin seorang alpha muda yang harus menelan pil pahit melarikan diri dari pembantaian di pack nya menjadi seorang rogue disebuah hutan terlarang...