5. Fact

224 20 2
                                    

Penobatan telah usai para tamu werewolf telah meninggalkan kastil. Seokmin sendiri sibuk untuk urusannya meninjau istana. Hingga ia tak mengetahui sesuatu telah menghilang dari istana.

Disini, daerah yang berjarak beberapa kilometer dari istana Jisoo tengah berlari dengan Barbara. Mereka telah melewati perkebunan, lahan rawa, dan ladang ilalang.

Jisoo membawa Barbara melarikan diri. Jisoo merasa setelah ini Seokmin akan membunuhnya, Jisoo tak masalah dengan hal itu hanya saja ia tak ingin itu akan berdampak pada Barbara. Setidaknya dipenghujung hidupnya, ia ingin dapat melindungi orang terakhir yang ia sayangi.

"Ayo Barbara lebih cepatt." Genggaman tangan Jisoo pada Barbara terlepas. Jisoo menoleh, dapat terlihat Barbara yang tengah berlutut kelelahan.

Berbara mengangkat lima jaringnya ke udara, memberi gesture berhenti pada Jisoo. Barbara sangat kelelahan, hari ini seakan tiada akhir. "Tunggu yang mulia perlahan."

Jisoo menghampiri Barbara, berlutut dan melepas kalung pemberian ibunya. Menarik satu tangan Barbara dan menelipkannya. "Barbara bila aku tertangkap, bawalah ini."

"Yang mulia ini kan...." Barbara jelas tahu seberapa berharganya kalung itu bagi Jisoo.

Jisoo ingin Barbara menikmati hidup dengan layak dan indah seusai semua ini. "Hiduplah dengan kehidupan baru. Berkeluargalah dan carilah kebahagiaanmu."

Air mata Barbara menggenangi pelupuk matanya. "Yang mulia saya hanya ingin terus disisi anda."

Jisoo tersenyum, lalu mengenggam tangan Barbara untuk berdiri. "Sekarang kita harus berlari lebih cepat kalau tidak-"

"Kalau tidak apa sayang?"

Suara itu, berhasil membuat keduanya merinding. Bahkan mereka telah sejauh ini dan tetap terkejar.

Jisoo menarik Barbara ke balik tubuhnya. Jisoo agak takut sebenarnya, bukan takut kehilangan nyawa namun pada aura dominasi kental yang dipancarkan pria dihadapannya. "Sudah sampai ya? Sekarang saatnya kau membunuhku agar kutukkan itu mutlak terwujud."

"Tidak, mana mungkin aku membunuh mate ku sendiri." Seokmin tersenyum geli. Jisoo terlihat seperti anak kucing yang sejang merajuk.

Jisoo menukikkan alisnya meski kaķinya agak bergetar. "Sampai matipun aku tak akan sudi bersama denganmu!"

"Ayo kita pulang istriku."

Tiba-tiba kaki Jisoo berpisah dengan tanah yang dipijaknya, tubuhnya seakan ringan diudara.

Seokmin meraih tubuh Jisoo dan menggendongnya ala bridal style, tak sepenuhnya salah karena mereka baru menikah barusan. Seokmin memutar tubuhnya kearah pulang, menuju istana.

"Kyahhhh turunkan Barbara tolonggg!" Jisoo memunculkan kepalanya dibalik lengan Seokmin. Menolehkan diri pada Barbara.

Barbara kini hanya mematung hingga tiba-tiba saja dua orang pengawal kini menautkan lengan mereka pada masing-masing lengannya dan membawanya berjalan mengekori Seokmin yang menggendong Jisoo.

Seokmin menatap Jisoo yang histeris digendongannya. "Sayangku, diam atau aku lumat bibirmu itu?"

"..." Seketika Jisoo membisu.

Jun dan Minghao kini berada pada ruangan disalah satu lantai menara istana. Tidak buruk, mereka mendapatkan satu lantai untuk tinggal berdua. Aroma kehidupan makhluk supernatural lebih terasa disini.

Jun baru saja menyelesaikan acara mandinya, melunturkan segala aroma alpha tiruan yang melekat pada tubuhnya. Ia dapat melihat istrinya dipojok ruangan.

Possible (Seoksoo) (Junhao)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang