Pagi yang begitu cerah, begitupula yang terjadi di Kerajaan Geonvere yang beberapa hari ini telah dipimpin oleh Seokmin. Seokmin begitu serius dalam pekerjaannya lebih dari makhluk supernatural manapun. Tak ada yang dapat mengusiknya ketika bekerja kecuali satu hal. Istrinya.
Seokmin sedang bekerja diruang kerjanya, menelaah dokumen dan surat kerja sama. Namun, sosok imut itu mengalihkan konsentrasinya. Bagaimana tidak? Pria cantik itu bersimpuh dilantai dengan tangan terlipat dimeja kerja Seokmin, beserta wajah polos itu menatapnya dengan tatapan berkilauan. Bagai anak kucing meminta diajak bermain dan dimanja. Seokmin menyukai istrinya lebih dari siapapun justru karena itulah ini menjadi semakin sulit untuknya.
Seokmin meletakkan dokumennya lalu berujar, "Jisoo sayang, Minnie sedang bekerja jadi tolong jangan membuat Minnie tidak fokus ya."
Jisoo terkejut, lalu mengerjapkan matanya bingung. "Ehh kan Jisoo hanya diam."
Seokmin memejamkan matanya kuat-kuat. Ini terlalu berat, Seokmin tersenyum membujuk. "Bagaimana kalau Jisoo duduk di sofa, nanti setelah Minnie selesai kita akan memiliki waktu bersama?"
Jisoo mengangguk, ia berpikir itu mudah "Baik!"
Ternyata tidak mudah. Ia sudah menahan selama lima menit untuk tidak menoleh dan menganggu Seokmin tapi itu sangat menyiksanya. Hanya duduk memunggungi Seokmin tanpa melihatnya cukup membuat setiap detik seperti terhitung hari. Ada dalam satu ruangan namun tak dapat bermanja-manja dan berguling pada Seokmin saja sudah berat, terlebih tak boleh melihat.
"Ahhh Jisoo pergi saja!" Jisoo mengeram imut. Ia mengehentakkan kaki frustasi lalu beranjak ke pintu untuk pergi.
Seokmin melirik gemas, lalu berucap, "Sayang, setelah selesai Minnie akan menuruti semua permintaan Jisoo, bagaimana?"
Jisoo reflek memutar tubuhnya 180° dengan raut semangat. "Bernarkah?"
"Err iya..." jawab Seokmin ragu.
Jisoo segera berlari lalu mencium bibir Seokmin. "Baiklah, Jisoo sayang Minnie!"
Seokmin tersenyum seraya menyentuh bibirnya dan mengamati Jisoo yang berjalan dengan sedikit melompat berakhir dengan pintu tertutup. "Dia memang lucu sekali."
Pada sudut lain ruangan terdapat Chan yang hanya dapat meratapi hidupnya dengan berkas-berkas sialan. Tatapan iri dan ingin bermanis-manis dengan pasangan ia berikan sedari tadi. "Mereka memang tak punya empati!"
♡
Jisoo dan Barbara kini ada pada salah satu gazebo ditaman istana. Barbara diboyong oleh Jisoo untuk bersama-sama tenggelam dalam kesuntukkan.
Jisoo tak ingin tetlihat bosan sendiri. "Bosan sekali kau tahu Barbara."
"Ya mau bagaimana lagi yang mulia. Yang mulia Seokmin begitu detail dalam mengurus pekerjaannya. Hingga tak menyisakan kegiatan untuk kita." Seokmin telah merombak seluruh tatanan istana, memangkas yang tak perlu dan menambah yang kurang.
Raja baru itu bahkan merekrut beberapa asisten kepala pelayan untuk meringankan kerja Barbara. Agar Barbara dapat menemani Jisoo bermain lebih tepatnya.
"Haiii Barbara, haii Jisoo."
Ah suara itu, Barbara sangat mengenalinya.
Jisoo menjawab kikuk. Mengangkat tangannya separuh kaku. "Eum hai."
Minghao menepuk dahinya pelan, lalu mengulurkan tangan. "Oh ya kita belum berkenalan, aku Minghao rekan suamimu."
Jisoo membalas uluran tangan Minghao dengan menunduk. "Saya Jisoo, salam kenal tuan Minghao."
KAMU SEDANG MEMBACA
Possible (Seoksoo) (Junhao)
FantasyDeskripsi cerita ini terdengar terlalu bersih untuk mewakili keseluruhan cerita. Deskripsi cerita : Seokmin seorang alpha muda yang harus menelan pil pahit melarikan diri dari pembantaian di pack nya menjadi seorang rogue disebuah hutan terlarang...