kelima

998 69 19
                                        

ia rasa dunia seakan berhenti, jantung bumi serasa mati. ini benar benar diluar ekspetasi, nafasnya memburu, alisnya menukik tajam. iris hitam pekat dengan kerlingan putih itu mulai memerah karena tak kuasa menahan pedih yang teramat.

"k-kenapa?" lirihnya lemah dan jatuh terduduk dibawah lantai sambil bersandar pada kasur dibelakangnya.

buku itu terus ia genggam dengan erat, sesekali meremat satu halaman yang membuahkan fakta mengejutkan.

"kalian berdua pembohong." pecah sudah tangisnya, dengan cekatan ia langsung meletakan kembali buku itu ke tempat semula dan keluar.

berlari kearah ruang tengah dan segera mengambil jaket, tanpa basa basi langsung pergi dan tak menghiraukan pertanyaan dan juga keheranan saudaranya yang lain.

"ada apa dengan Wain?" ujarnya dalam hati dan memutuskan untuk tidak terlalu memikirkan. walau hatinya resah, tetapi ia bisa apa? ia tahu, wain sedang tidak ingin diganggu sekarang.

"kurasa ada yang tidak beres. bukankah tadi ia habis dari kamar appa dan oemma?"

🥀🥀🥀

zayyan rasa, ini semua terjadi bukan pertama kali atau kedua kalinya, tapi yang kesekian kalinya. melihat bagaimana dirinya berada diruang kepala sekolah dengan wajah penuh memar, sekumpulan remaja bejat itu tanpa beban terus memberi penerangan kalau hal yang mereka lakukan hanyalah bercanda.

sial, bagaimana bisa bercanda dengan cara kasar seperti ini?

zayyan menunduk lesu, berharap dalam hati kepala sekolah tidak memanggil appa atau keluarganya yang lain kemari. bisa bisa mereka murka, pasal yang kemarin saja mereka masing menyimpan dendam dan juga amarah.

"mana ada bercanda dengan pakai kekerasan fisik?! kalian sudah menghancurkan nama baik sekolah! kalian tau kan resiko apa yang akan diterima?" kepala sekolah itu memijat keningnya yang berdenyut. menghela nafas kasar setelah menyadari kebodohan para remaja pembully itu yang berani nya bermacam macam dengan anak sosok yang bahkan sangat ia takuti .

"nak, kurasa konsuenkesi yang kalian terima akan jauh lebih berat dari pada tindakan pembullyan sebelumnya. kalian sudah melakukan kesalahan besar, dan jika terjadi apa apa. pihak sekolah tidak akan bertanggung jawab. karena ini murni kesalahan kalian."

ia mulai merogoh ponsel didalam saku, setelah dapat langsung menekan kontak seseorang dan mulai menelpon nya.

seketika itu juga, harapan Zayyan runtuh seketika. jantungnya berdetak seakan ingin retak, ketakutan nya akan segera terjadi. ingin membuka mulut tetapi mulutnya terasa kelu, lidahnya mati rasa. ia meremat ujung seragam nya dengan keringat dingin yang mulai membasahi sekujur wajahnya.

ia memejamkan mata dengan erat kala merasakan suara berat sang ayah yang berkata akan segera kemari.

'oh.. tidak...'

'lagi lagi aku gagal, aku payah! kenapa aku membiarkan kepala sekolah memanggil appa kemari?'

'...'

[Flashback]

zayyan rasa relung hatinya terasa ditusuk ribuan jarum tajam yang seakan mulai menghancukan raganya dan menarik paksa jiwanya yang kaku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 08, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MPF (my possessive Family)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang