Chapter 8

1.6K 205 48
                                    

Edisi spesial ulang tahun Mark Lee yagesya, makanya up, padahal mager sekali🗿

Betewe selamat ulang tahun uri Markie kesayangan sijeuni!💚❤

....

"Cil, yang bener aja lo? Ini di luar dari kesepakatan kita semalem!"

"Terserah sayalah, ini sebagai bentuk hukuman kamu karena ngerusakin laptop saya. Anggap sebagai bonus."

Malvin menghela napas kasar. Lembar kertas berisi perjanjian Malvin selama tidak kuliah yang ditambahi oleh Angga membuatnya frustasi.

Itu semua berkaitan dengan dunia malamnya, dan dosen muda itu melarang Malvin agar tidak ikut-ikutan untuk sementara waktu. Perjanjian lainnya yang dituliskan masih sedikit bisa diterima, tapi kalau menyinggung soal balapan, Malvin tidak bisa menerimanya.

"Ntar malem gue ada tanding, sekali aja dah."

"Nggak."

"Anjing!"

"Di dalam surat perjanjian point nomor empat, segala umpatan tidak diperkenankan selama kamu masih berada di dekat saya."

Malvin ingin protes, tapi urung niatnya saat dosen pengampu bahasa inggris itu melototinya. Malvin menghela pasrah, tak bisa membantah, meskipun sebenarnya bisa. Namun, biarkanlah kali ini dirinyalah yang mengalah.

"Oke, walaupun sekarang aktivitas kamu harus di rumah, tapi ingat point nomor sepuluh. Selalu kabari saya. Kamu juga di rumah nggak akan bosan, saya akan buatkan rangkuman materi dan kamu bisa mempelajarinya. Kamu bisa tanya kalau sekiranya kurang paham. Tugas tetap ada, jadi kamu jangan berharap tinggi tidak akan ada tugas."

"Tck! Iya-iya, bawel dah lo."

Angga memasukkan buku-bukunya ke dalam tas ransel miliknya. Setelah selesai, Angga melirik Malvin yang justru tengah memerhatikannya.

"Apa?" tanya Angga ketus.

"Lo cantik."

Tangan Angga yang bersiap mencangklong tas ke pundak, terhenti. Netra jernihnya memandang Malvin dengan kerutan di dahi dan satu alis terangkat bingung.

"Tapi berisik, mirip cewek."

Terserah! Terserah, Angga tak ingin peduli! Dosen muda itu memilih pergi daripada meladeni Malvin. Selain karena tidak baik untuk jantungnya, juga tidak baik untuk kesabarannya.

"Dateng ke rumah saya sehabis saya mengajar nanti," ucapnya sebelum benar-benar pergi dari hadapan sang mahasiswa.

....

"Untuk hari ini saya rasa cukup, terima kasih atas perhatiannya, kalian boleh pulang. Hati-hati di jalan, see you then."

"See you, Pretty!"

Angga mengulum senyum. Ia harus membiasakan diri oleh panggilan-panggilan aneh dari mahasiswa-mahasiswanya. Selagi itu masih wajar, Angga tak ingin mempermasalahkannya.

Kini dosen muda itu tengah berjalan keluar dari ruang dosen seorang diri. Rencananya Ia ingin menghubungi Natan, mengingat tidak bisa menghubungi Haikal terlebih dahulu lantaran nomornya diblokir pria itu. Namun, saat baru menghidupkan layar ponsel, sebuah moge berhenti di depannya.

"Kenapa kamu ke sini?" tanya Angga menyadari orang itu adalah Malvin.

"Jemput lo sekalian ke rumah lo."

"Oh, yaudah."

Malvin mengernyit. "Yaudah, naik, ngapain plonga-plongo gitu?"

"Siapa juga yang plonga-plongo!" Angga memprotes tak terima. Tatapannya berubah sinis, lantas berpegangan ke pundak Malvin guna mendudukkan dirinya di jok belakang pemuda itu. "Dah, jalan."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pak AnggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang