12

966 57 5
                                    

𝙃𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙍𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜...

𝙎𝙚𝙗𝙚𝙡𝙪𝙢 𝙗𝙖𝙘𝙖 𝙟𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙡𝙪𝙥𝙖 𝙛𝙤𝙡𝙡𝙤𝙬 𝙙𝙪𝙡𝙪𝙝 𝙖𝙠𝙪𝙣 𝙞𝙣𝙞 𝙙𝙖𝙣 𝙟𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙡𝙪𝙥𝙖 𝙫𝙤𝙩𝙚 𝙨𝙖𝙢𝙖 𝙠𝙤𝙢𝙚𝙣𝙣𝙮𝙖 𝙮𝙖.

.
.
.

Perlahan ia jatuhkan tubuh si manis di atas kasur di susul dengan tubuhnya yang kini menindih si manis, bibir tebal miliknya menyapa bibir tipis milik si manis menciptakan sensasi yang lebih menggairahkan, tangan kekarnya tak tinggal diam mulai membuka satu persatu kancing piyama si manis.

Mulut dingin sang dominan itu turun pada leher jenjangnya kalah semua kancing piyama sudah terbuka, di hisapnya dengan kuat leher mulus yang belum di beri tanda sama sekali olehnya, lalu mulut dingin itu turun lagi ke dadanya menghisap kuat tonjolan kecil tepat di dadanya menciptakan sensasi yang semakin panas.

"Sshhh" si manis meringis pelan kalah mulut dingin itu semakin kuat melahap dadanya.

Pond dengan mudah melucuti pakaian bawah si manis menyisakan pakaian atas yang sudah terbuka semua kancingnya, setelah semua pakaian itu terlepas dari tubuh si manis dan Damn tubuh itu sangat mulus dan kulit itu seputih salju, membuat gairah sang dominan itu naik.

Keduanya kembali beradu lidah dengan tangan Pond yang meremas kuat dada si manis yang sedikit berisi, ringisan ringisan merdu mulai terdengar kalah tangan kekarnya dengan mudah menjama tubuh indah yang kini menjadi hak miliknya.

Pond mengangkat paha mulus itu ke pinggangnya, menatap sebentar si manis yang kini tampak ketakutan.

"Aku mencintaimu sayang" ucap Pond pelan.

Si manis tak menjawab namun gurat gelisah terlihat jelas di wajahnya.

"Takut hm" suara berat itu membuat yang lebih mudah mengangguk seketika.

"Kalau sakit cakar aja punggung kakak ya"

"A-apa sesakit itu?"

"Kakak akan melakukannya sepelan mungkin" si manis tak menjawab hanya menganggukkan kepalanya dan...

𝘑𝘓𝘌𝘉𝘉!

"AKHHH!"

.
.
.

Pond sudah selesai memberi tahu orang tuanya tentang keinginan si manis yang ingin pulang lebih duluh, dan orang tuanya juga memutuskan untuk pulang bersama.

Setelah memberitahu orang tuanya Pond kembali ke kamar hotelnya,

Ceklek!

Pintu kembali di tutup, Pond tersenyum melihat kesayangannya yang masih setia terlelap setelah semalaman melayani hasratnya. Pond mendekati Phuwin di kasur, kemudian mengecup pelan wajah si manis dan hal itu membuat tidur si manis terganggu.

"Enghhh" lenguhan kas bangun tidur si manis, penglihatannya tidak langsung bertemu dengan sinar matahari melainkan ada punggung lebar yang menghalanginya.

"Kakak" suara serak itu menjadi pertanda bawah kesayangan Tuan muda sudah bangun dari lelapnya.

Pond tersenyum melihat mata sembap milik kesayangannya itu, mata itu yang semalaman menangis dan mulut kecilnya yang berteriak minta berhenti dari permainan panas yang mereka ciptakan, mengingatnya membuat Pond ingin kembali melakukannya saja, namun ia tidak tega pada malaikat manisnya ini yang pasti masih merasa sakit di bagian sensitifnya.

.
.
.

Malam hari ini mereka sudah tiba kembali di Thailand Pond meminta supirnya untuk mengantarkan mobil miliknya agar si manis nyaman di dalamnya, Pond mengemudikan mobilnya sendiri menuju mansion sedangkan orang tuanya dan orang tua Phuwin pulang bersama supir.

Setelah menempuh perjalanan cukup lama kini keduanya sudah tiba di mansion megah milik keluarga Naravit. Pond merapikan helai helai poni yang menutupi wajah si manis, lalu kemudian tangannya bergerak mengangkat tubuh kecil itu.

Ceklek!

Pond memasuki kamar miliknya, langka kakinya terhenti tepat di samping tempat tidurnya, perlahan ia turunkan si manis ke tempat tidur tak lupa memberi kecupan lembut di ranum tipis milik si manis.

"Bobok yang nyenyak ya" ucapnya sebelum keluar dari kamar miliknya.

.
.
.

"Jadi kabar apa yang kau dapatkan?" suara tegas itu membuat seseorang yang sejak tadi duduk di sebuah gedung tua menoleh kearah sumber suara.

"Kabar yang akan membuatmu marah tentunya" balas seseorang yang tadi menunggu.

"Katakan!" suara itu pelan namun terdengar tegas.

"Si tua bangka itu hampir melecehkannya"

Degh!

"Bicara dengan jelas" terdengar amara dari suara itu namun pemiliknya masih berusaha menahannya.

"Ya, Dosen sialan itu hampir saja melakukan itu, untungnya tu bocah bisa kabur" ujar orang tersebut.

"Lo nggak tau soal ini?" lanjutnya lagi.

"Nggak sama sekali"

"Mungkin tu bocah takut lo marahin kalau lo tau soal ini"

"Semarah apapun gue, gak perna gue main tangan sama istri gue"

"Yak elah Pond dia masih bocah baru aja delapan belas tahun, fikirannya belum panjang kayak lo" ujar Gemini.

Ya saat ini kedua sahabat itu sedang berada di gedung tua tempat mereka membicarakan sesuatu seperti sekarang ini, orang yang di perintahkan oleh Pond untuk mengawasi Phuwin adalah Gemini sahabat sekaligus anak buahnya.

"Hm gue ngerti, yang penting sekarang adalah bawah bajingan sialan itu ke hadapanku, akan ku berikan hadiah yang memuaskan untuknya. Berani sekali dia mengusik kesayanganku"

"Ngerih lo, kalau udah nyangkut bocah lo itu" tutur Gemini membuat tawa Pond pecah, melihat itu bukannya ikut tertawa Gemini malah bergidik ngeri melihat tawa itu. Itu sama sekali bukan tawa biasa melainkan tawa kematian fikir Gemini.

.
.
.

𝗦𝗲𝗲 𝘂 𝗻𝗲𝘅𝘁 𝗰𝗵𝗮𝗽𝘁𝗲𝗿 ☺



He is my HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang